Sudah
hampir 69 tahun negeri ini merdeka, namun nyatanya bangsa yang besar ini belum
mampu mendidik anak bangsanya secara paripurna. Sistem pendidikan yang terus
berubah-ubah seenak jidatnya, maupun para pendidiknya yang masih kurang
terdidik untuk mendidik. Semakin getir rasanya saat sekolah sudah tak bisa lagi
dipercaya seutuhnya untuk mendidik anak-anak kita, baik mendidik secara
intelektual, moral, dan spiritual. Rasa-rasanya semakin jauh sekolah untuk bisa
melakukan itu semua. Bahkan diperpahit dengan fakta-fakta sekolah menjadi
tempat kekerasan seksual, kekerasan fisik, dan berbagai macam
penyimpangan-penyimpangan moral.
Mengutip
perkataan salah seorang pemuda yang telah membuat perubahan besar pada
masanya,“Beri aku 1.000
orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya
akan kuguncangkan dunia”. Rasa-rasanya itu semua hanya menjadi sebuah omong
kosong warisan zaman belaka, bukan masalah pada redakturnya, tapi coba lihat
realitanya saat ini. Saya yakin kalau Bung Karno masih hidup pada zaman ini,
pasti beliau hanya bisa menangis pilu melihat pemuda bangsanya yang semakin
hitam pekat. Apa mungkin bisa 10 pemuda yang cangkruk di angkringan
warung kopi itu mengguncangkan dunia dengan obrolan-obrolan payah? Apa mungkin
bisa 10 pemuda geng motor itu mengguncangkan dunia dengan suara derum knalpot
yang bikin pekak telinga? Apa mungkin bisa 10 pemuda yang tawuran itu
mengguncangkan dunia dengan batu-batu dan pentungan kayunya? Apa mungkin bisa
10 pemuda pemakai narkoba mengguncangkan dunia dengan jarum suntik dan penghisap
ganja? Apa mungkin bisa 10 pemuda-pemudi yang genap 5 pasang itu sedang pacaran
di sudut hotel melati mengguncangkan dunia dengan melahirkan bayi-bayi
penggedor bangsa yang orang tuanya saja tak menginginkannya? Maaf kalau pikiran
saya terlalu terbelenggu dengan apa yang membungkam panca indera pribadi, tapi
inilah realitanya. Mana mungkin ada 10 pemuda yang bisa mengguncangkan dunia
kalau moral saja mereka tak punya? Jangankan pemuda, bocah-bocah kecil bangsa
ini sudah banyak juga yang seperti itu, Miris!
Apa
yang salah sehingga semua ini bisa terjadi? Mental! Mental bangsa kita yang
sudah rusak. Keadaan ini diperparah dengan sistem pendidikan yang semakin acuh
bersinggungan dengan masalah agama dan etika. Pendidikan kita sat ini hanya
mulai bergesr orientasinya hanya berkutat masalah pengetahuan dan bagaimana
menciptakan manusia-manusia pintar dan terdidik, tapi lupa bagaimana
menciptakan manusia bermoral. Disadari maupun tidak, sistem pendidikan
Indonesia yang seperti ini hanya akan menciptakan generasi robot yang hanya
siap berpikir dan bekerja, bahkan bangga bisa bekerja menjadi karyawan
peruasahaan luar negeri, yang notabene
mereka sebenarnya menjadi kacung-kacung
di negeri sendiri. Mereka bukan manusia seutuhnya, karena manusia seharusnya
punya etika dan perasaan. Masihkah kita sistem yang seperti ini akan bisa
mengubah masa depan bangsa kita?
Sempat
saya berpikir bagaimana sebenarnya sistem pendidikan kita ketika zaman orde
baru, mungkin memang masa pemerintahan Soeharto dulu banyak cacat demokrasi. Tapi
lihat, para peserta didiknya -mahasiswa- kala itu adalah orang-orang terpelajar
yang peduli nasib rakyatnya, punya rasa empati tinggi terhadap masyarakat, dan
mereka mau bergerak dan berkorban untuk kepentingan masyarakat menengah
kebawah, meskipun terkadang terlalu reaktif dengan sistem pemerintahan.
Setidaknya mahasiswa Indonesia kala itu dididik untuk peka dengan lingkungan
sekitar. Tidak seperti sekarang yang menciptakan generasi mahasiswa-mahasiswa
individualistis yang hanya peduli masa depan pribadinya saja.
Tidak
bisa kita bohongi bahwa kita butuh sistem pendidikan baru yang mengedepankan
agama, moral, dan etika. Apalah arti pintar jika tak punya hati. Siapapun Menteri
Pendidikan kabinet baru 2014-2019, saya cuma berharap kita bisa menciptakan
manusia-manusia terdidik, tak hanya otaknya yang terdidik tapi juga hati,
pikiran, dan perasaannya. Kalau masalah fundamental seperti moral saja kita tak
punya, bagaimana kita bisa jadi bangsa besar yang bermoral? Nampaknya itu hanya
impian kalau kita tak mau segera realisasikan dalam kerja nyata.
Pak Menteri Pendidikan yang baru, saya cuma berharap anda bisa
menciptakan sistem pendidikan baru yang lebih mengedepankan moral. Terima kasih
Pak!