Tampilkan postingan dengan label Romansa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Romansa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 September 2013

Apa kau akan tetap mencintaiku meski aku buta, tuli, dan mati rasa?

      Dinda lama rasanya aku tak menyapamu, atau bahkan sekedar menyapa langit sore ini sedang apa gerangan terjadi. Kalau kulihat-lihat memang sedikit berbeda langit sore ini dengan langit kemarin. Sinar biasnya sekejap membutakanku, menelisik tajam melewati lapisan korneaku, menghujam bintik kuning mataku, dan aku merasa buta sementara. Sedih rasanya melihat paradoks langit indah ini yang menciutkan segala perasaanku yang semakin kelu. Memandangmu lagi meresapi senyum ditengah lingkaran itu sore ini.
     Hati ini senyap sejenak, menenangkan pikir, menanti kejernihan datang memecah keheningan. Sholat ashar nampaknya adalah pilihan terbaik saat ini. Aku hanya khawatir qolbuku akan semakin rancu memandang jauh ke tepi lingkaran itu. Kubasuh wajah ini dalam-dalam, menghilangkan segala kerak yang sempat sejenak menutup indera penglihatanku, mengusap sampai hitungan ketiga, menjernihkannya, membuang semua kotorannya.
      Dinda aku sedih melihatmu sore ini, bukan karena dirimu yang terlalu suram untuk memunculkan bayang-bayang dibalik retina. Aku sedih, melihat langit cantik sore ini tak mampu memudarkan bayangan wajahmu, angin semilir yang berhembus pelan pun tak dapat mengalahkan kelembutan yang melekat pada ronamu. Aku sedih, aku merasa telah buta, aku tak mau buta seperti ini, atau memang Allah yang membutakanku. Ah tidak sungguh aku berdosa berpikir begitu, mata ini buta karena aku yang tak bisa merawatnya, aku yang tak seronok dalam menggunakannya. Tak bisa dipungkiri bahwa paras ayumu seakan menarik nyawa dari tiap tulang rawan diujung tenggorokanku, tapi sungguh aku takut aku telah buta.
      Aku tak bisa berbohong bahwa relung ini menjadi milikmu, tapi sungguh aku tak mau jatuh cinta karena mata ini, ini semu, dan ini cuma ilusi. Aku hanya tak mau kelak tua nanti meninggalkanmu dalam keriput yang melekati paras ayumu, aku tak mau jatuh hati karena mata yang tak terjaga ini, karena hakikatnya semua ini hanya membutakanku. Biarkan mata ini menangis daripada harus buta, aku hanya tak mau buta karenamu.
      Pernah sekali telinga ini juga terenyuh meredam getaran suara semiinfrasonik yang tenggelam dalam liang telingaku, syahdu, lembut, pelan, nadanya rendah, penuh pesona. Tapi aku juga takut, aku tak mau tuli, aku tak mau kau hadir dalam batin hanya karena lembutnya suara yang menggerogoti pikiranku. Semakin aku jatuh karena suaramu, semakin jelas hakikatnya bahwa aku tuli. Aku hanya tak mau tuli mendengar tutur wicaramu yang lemah lembut itu, hanya itu saja.
      Atau aku tak akan pernah mau jemariku yang tak lentik ini menua tanpa pahala hanya karena menyentuh ujung jilbabmu. Sedikitpun aku tak mau memati rasakan segala refleks sentuh disekujur tubuhku. Tak akan meski hanya sekali, biar ini kusimpan hanya untukmu kelak. Terkadang aku harus sedih ketika aku jatuh cinta padamu dinda. Aku malu jika aku harus jatuh karena parasmu, aku ingin menangis jika memang gendang telinga ini pernah mendengar suaramu, atau jangan sampai sekalipun aku menyentuhmu sebelum waktuku.
Sungguh terkadang aku ingin sejenak membutakan mataku, menulikan telingaku, mematirasakan peraba tanganku, hanya untuk merasakan kehadiranmu yang sebenarnya.

Selasa, 06 Agustus 2013

Terlalu Banyak Polemik di Negeri, Mahasiswa Wajib Ambil Satu Peran

Sedikit angkat bicara dengan berbagai polemik masa kini, nampaknya permasalahan dalam negeri masih terlalu banyak yang belum kita jamah. Berbagai macam masalah silih berganti datang dan pergi, dan saya yakin masalah-masalah ini tak akan pernah ada habisnya. Selesai satu lalu tumbuh lagi sekian ribu. Namun sekali lagi kegelisahan atas bangsa ini hanya milik segelintir orang saja yang saya rasakan, masih terlalu banyak yang leyeh-leyeh tak peduli. Tak lain dan tak bukan karena sejak mudanya mereka tak diajarkan untuk berinisiatif, sederhana, cuma butuh inisiatif. Kalau tak ada hubungannya dengan pribadi, yasudah buat apa ikut campur, malah nambah-nambahin masalah. Ini mindset yang terpaku pada saraf-saraf otak pemuda saat ini. Padahal satu jengkal di kanan-kiri mereka masalah tak pernah ada habisnya.


Sebagai iron stock masa depan, menurut saya tak layak sekali disebut mahasiswa kalau tak punya peran. Bukan hanya iron stock yang kini diam dan 20 tahun lagi baru berjuang menjadi negarawan, tapi harusnya sejak sekarang mahasiswa harus bisa menempa dirinya masing-masing. Guys, iron stock disini bukan hanya dijadikan stok saja yang berarti disimpan dan hanya dikeluarkan ketika saatnya tiba, bukankah lebih ganas menebas ketika besi-besi ini mulai ditempa sejak kini dengan berbagai macam polemik yang lebih sederhana saja, tak usah muluk-muluk bicara masalah negara dulu, di kampusmu pasti banyak masalah tak terjamah. Kenapa harus ditempa sejak kini? Agar 20 tahun lagi mahasiswa ini tak hanya menjadi seonggok besi, tapi telah ditempa jutaan kali dan siap menjadi pedang tajam.
Dimana mahasiswa ini ditempa? Di kampus tentunya. Namun sayang, tak banyak yang sadar bahwa kampus ini tempat tempaan. Yang banyak disadari adalah kampus ini tempat belajar, tak salah memang jika kita mengakatakan kampus ini tempat belajar. Tapi mbok yo ojo belajar buku tok, terlalu merugi menurut saya, karena disini terlalu banyak pelajaran yang bisa kita ambil.
Organisasi mahasiwa atau unit kegiatan mahasiswa adalah pendidikan informal yang paling saya rekomendasikan untuk belajar mengambil peran kehidupan kedepannya. Kalau saya katakan seperti ini pasti berbagai jawaban muncul. Pasti saya yakin bahwa kebanyakan mahasiswa saat ini sudah turut andil di berbagai organisasi mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa. Pertanyannya adalah, apakah kalian sudah mengambil peran? Apakah kalian sudah mendapat peran krusial untuk melakukan perubahan?
Yang saya lihat saat ini adalah satu orang mahasiswa bisa aktif di berbagai organisasi/unit kegiatan, bisa sampai 3 organisasi, 5 organisasi, atau bahkan lebih. Pasti pernah ketemu yang kayak gini, atau mungkin juga yang sedang baca sekarang. Herannya adalah mereka bangga dengan berjuta amanah yang tak satupun mereka punya kontribusi, “Gue di UKM A jadi staf bidang keuangan, gue di organisasi B jadi anggota divisi PSDM, gue di lembaga dakwah C jadi staf kajian islam, gue di mapala D jadi anggota bidang kesehatan, gue di lembaga kesenian E bagian ngeroll kabel, gue di acara seminar  jadi anggota PU”, terus saya jawab,”Bro elu udah tahun ketiga bro, masih aja jabatan staf nempel dimana-dimana, mending elu pilih satu tapi beneran laku”.
Inilah realitanya, banyak sekali mahasiswa yang ikut banyak organisasi tapi statusnya adalah anggota semi-aktif atau bahkan anggota non-aktif. Cuma ikut-ikutan doank, atau kalau anak kecil bilang ikut pupuk bawang. Gak usah muluk-muluk nanya AD/ART organisasinya, nanya prokernya aja saya jamin gak semuanya dia tahu. Atau bahkan anggota sebidangnya aja dia gak tahu. Datang rapat juga kalau pengen, ikut persiapan acara kalau acara gedhe doank, kalaupun dia gak ada juga gak ngaruh. Ada to yang kayak gini? Bejibun guys! Banyakkkk!!! Mending pilih satu organisasi tapi kamu dianggap memang “ada”.
Ayolah guys, terlalu banyak polemik dalam negeri ini, terlalu banyak lini yang perlu diperbaiki. Kalau masih bangga dengan banyak jabatanmu, itu semua cua omong kosong kalau kau tak punya sumbangsih peran. Lihat orang-orang besar disana, mereka adalah orang-orang yang punya inisiatif untuk mengambil satu peran nyata. Istilahnya kalau orang jawa bilang penggaweane rupo. Tentukan satu hal besar yang ingin kau ubah, dan buktikan dengan perubahan. Peran apapun kalau itu menghasilkan kontribusi nyata, nampaknya tak ada dunia yang akan menolakmu. 

Manusia tak lebih dari seonggok cairan berjalan, bedanya adalah yang benar-benar hidup adalah mereka yang menghidupkan. Jangan jadi mahasiswa yang hidup segan mati enggan, tapi jadilah mahasiswa yang punya peran!!!

Rabu, 31 Juli 2013

Nantikan Aku Dinda, Aku Akan Membuat Bidadari Cemburu Padamu

Bidadari bisa cemburu, bukan hanya karena elok paras dan perangaimu, namun mungkin juga karena pangeran disandingmu.

        Selamat malam Dinda, rembulan malam hari ini tetap seperti biasa. Muncul malu-malu dari balik gerombolan awan yang berarak-arak hitam ditutupi kelam. Cahayanya sayup-sayup lembut menerpa wajahku dengan sinar yang menenteramkan, aku yakin sinarmu kelak jauh lebih lembut daripada sinar Rembulan malam ini Dinda. Tak ayal jika nanti Rembulan dan gemintang mencemburui sinarmu yang elok nan syahdu menerpa rona wajahku yang sedang duduk di punggung bumi sambil membasahkan ayat-ayat yang merdu untuk-Nya dan untukmu.
       Tahukah engkau Dinda, setiap masa demi masa penduduk bumi senantiasa menambahkan jumlahnya satu persatu, hingga saat ini sekitar 7,1 milyar orang menginjakkan kakinya di kulit bumi yang usianya makin usang. Jumlah lelakinya tak kurang dari 3,5 milyar, dan diantara lelaki-lelaki itu ada aku. Lebih mengerucut di negeri dengan populasi terbesar nomor 4 ini dengan jumlah populasinya yang mencapai 251 juta, dan lihatlah diantara 120-an juta pria didaamnya ada aku pula. Begitu banyak pria-pria di muka bumi ini, tapi saksikanlah Dinda bahwa aku adalah satu dari sekian wajah-wajah yang terus menyebutmu dalam doa disepertiga malamku.
        Lihatlah Dinda, dari banyak pria-pria itu tentulah mereka semua tak sama, mereka pasti berbeda, begitupun aku. Pun aku juga memahamimu, tak ada wanita yang serupa dengamu, tak ada yang menyamaimu, dan pasti kau berbeda dengan yang lain. Tapi kita disini “sama” Dinda, aku dan kau berdiri pada kufu dan maqom yang sama sepertimu. Hanya tinggal menunggu waktu saja atas penantian kita yang berseru dan menderu malu pada diam. Aku akan menemukanmu, dan engkau akan menemukanku. Janji Allah disuratnya yang “Bercahaya” di ayat ke-26 itu akan berdiri kokoh tanpa gentar mempertahankan “kesamaan” kita, bukan begitu?
        Tak ada yang perlu kau risaukan saat ini dinda, tak usah kau bingung pria seperti apa yang akan membantu menopang seluruh kesedihanmu, yang mengasihimu dalam buaian syahdu, yang menemani siang dan malammu, yang bersedia mencicipi masakanmu tanpa rasa kelu, yang menjagamu beserta anak-anakmu, yang bersanding tawa kebahagiaan disampingmu atau bahkan yang akan bersedia menahan seluruh beban hidupmu dengan kaki-kakinya. Karena itu adalah aku. Aku yang akan menjaminkan semua itu untukmu Dinda. Tak perlu ada kekhawatiran apapun bagimu bukan? Karena aku telah bersedia mengorbankan segenap nyawaku untukmu kelak.
        Dinda, apa kau pernah mendengar nama ‘Abdurrahman Ibn ‘Auf? Dia adalah salah satu dari sekian orang terkaya di zaman Rasulullah dulu. Hartanya ta terkira, sedekahnya luar biasa. Kisaran sedekahnya bisa mencapai 40.000 dinar sekali bagi. Dan apabila coba dirupiahkan bisa mencapai 42,5 milyar, jumlah yang lumayan fantastis bukan untuk sekali sedekah. Bahkan apabila halal 1000 istri baginya, tak akan berkurang harta-hartanya. Tapi aku tak sekaya dia Dinda, dan cukuplah memiliki satu istri seperti dirimu telah mengayakan hatiku. Aku mungkin tak akan pernah bisa memanjakanmu dengan harta yang menjulang dan melimpah bak gunung uhud. Bukankah lebih dari cukup ketika nanti hartaku sudah telah menutup untuk memberikan kehidupan sederhana namun mengayakan akhirat kita kelak. Akan aku jaminkan bahwa kau akan merasa kaya karena telah memilikiku Dinda.
        Kemudian aku ingin berkisah pula padamu Dinda tentang seorang pemuda asal persia, Salman Al-Farisi namanya. Sejak kecil ilmu tentang teknik dan perang sudah ia telan. Siapa yang tak kenal kecerdasannya dalam strategi perang? Siapa yang paling tak bisa lepas dari cerita perang khandak? Tentulah dia, Salman pemuda yang amat sangat cerdas dengan idenya menggali parit di sekitaran daerah terbuka yang mengelilingi Madinah. Rasulullah pun mengakui tingkat pemikiran pintarnya. Mungkin aku tak sejenius dan secerdik Salman sehingga ia mendapa tempat disanding Rasulllah untuk menyiarkan agama-Nya. Namun bekal otak yang melekat dikepalaku ini rasa-rasanya cukup untuk bersanding denganmu Dinda, dan kemudian kita berdua bersama-sama melangkah pasti menyebarkan “amar ma’ruf nahi mungkar” sesuai tuntunan-Nya. Keindahan yang sederhana bukan untuk sekelas pemikiran pria sepertiku. Aku yang akan menjaminkan ilmuku ini cukup untuk kehidupan kita berdua kelak Dinda, di dunia maupun akhiratmu.
        Lalu aku akan akan sedikit berkisah tentang pria yang kuat lagi pemberani, apa Dinda sudah pernah mendengar tentang putra Walid Ibn Al-Mughirah yang bernama, Khalid Ibn Al-Walid? Siapa yang tak kenal tentang kekuatannya, musuh-musuh Rasulullah pun kelu lidahnya menyebut nama Khalid. Bahkan tak berlebihan apabila ia dijuluki Syaifullah Al-Maslul yang berarti “Pedang Allah yang terhunus” karena prestasinya dalam menakhlukkan timur tengah dan sekitarnya dalam naungan Islam. Tapi apakah aku sekuat itu Dinda? Tentu tak mungkin. Namun sudah cukup bukan ketika aku berdiri digarda depan untuk untuk senantiasa menjadi pedang yang terhunus menjaga kehormatanmu Dinda. Mempertaruhkan nyawa untuk menjaga setiap jengkal kemuliaan keluarga kita.
        Ya itulah diriku Dinda, diriku yang apa adanya. Tak sekaya 'Abdurrahman Ibn 'Auf, tak sepintar Salman Al-Farisi, tak sekuat Khalid Ibn Al-Walid. Tapi aku disini dengan keluarbiasaanku, dengan keistimewaanku, dan dengan segenap potensiku mengabdikan hatiku untuk-Nya dan untukmu Dinda. Kau akan melihat ribuan atah bahkan jutaan bidadari surga yang turun dari nirwana hanya untuk mencemburuimu, mencemburui karena kau yang memilikiku, mencemburui karena kau berhasil menawanku, mencemburui kebersamaan kita. Jadi tak perlu kau khawatirkan siapa pendampingmu kelak, karena itu aku. Dan aku yang kelak pasti akan jauh lebih luar biasa dari pada aku yang sekarang. Dan petemuan kita nanti yang akan mempertemukanmu dengan aku yang paling luar biasa. Nantikan aku Adindaku, karena Bidadari langit akan cemburu padamu.

Aku bermimpi melihatmu menari dalam tidur
Engkau dibawa malaikat melesat dari langit lapis tujuh
Dengan tabir sepotong kain sutera membalut kecantikanmu
Lalu malaikat berkata padaku,”Ini istrimu!”
Secepat kilat malaikat kepakkan sayap kembali ke langit.
Lalu kubuka tabir itu, tampakalah wajah merah dan sorot lembut matamu
Dan ternyata itu adalah engkau Dinda

Rabu, 24 Juli 2013

Percayalah Dinda, Perpisahan Ini Akan Mempertemukan Kita Kembali

Wahai wanita, jika datang salah seorang pria diantaramu kemudian ia mengucap rindu lalu merengkuh dan menggenggamu erat padahal hijab dintara kalian masih tegak berdiri maka pertanyakanlah. Masih pantaskah kau sebut ia pangeran? Justru lelaki sejati adalah ia yang melepaskanmu dan membiarkan waktu yang menjawab, apakah rindu itu akan menghilang atau semakin mengental


      Dinda, sudah hampir seperlima abad ini aku menginjakkan kaki di punggung bumi. Namun sekalipun aku tak pernah bisa membayangkan apalagi bertemu denganmu. Gurat takdir selalu menjaga batasku denganmu, hijab hati selalu mencegahku menemukanmu, bahkan matakupun dibungkam tak dapat melihatmu. Kalaupun kau masih menunggu termangu, kenapa kau tak coba berlari ke arahku. Ah ya aku lupa bahwa dirimupun juga tak dapat melihatku. Kita tak saling kenal sampai ujung waktu yang menantikan.
      Pernah beberapa kali aku merasakan getaranmu Dinda, namun ternyata semua getaran itu semu. Pernah bahkan ada getaran yang mengelukan lidahku, mengoyak batinku, membuat doa syahdu terbaitkan untukmu. Namun ternyata itu bukan engkau Dinda. Dan hingga getaran yang terakhir kemarin aku sudah tak mau percaya lagi, aku sudah tak mau memikirkanmu lagi. Aku berhenti dalam semua kegelisahan ini. Aku tahu memikirkanmu hanya menjadikanku semakin menggunungkan dosa, memandangmu hanya akan membuat pandanganku terhadap yang lain makin buta, mendengarmu hanya akan membuatku tuli pada seruan-seruan yang lebih indah. Maafkan aku Dinda, aku tak mau mengingatmu lagi. Meski batin ini semakin keras memberontak memasukanmu dalam ingatanku. Aku akan tetap bersikeras menolak jiwamu yang menyeruak masuk batinku.
      Kegelisahanku terhadapmu hanya akan memurahkanku, dan aku tak terima ketika derajatku turun hanya karena pikiran nafsu dalam otak ini. Aku tahu kau kini terus memantaskan diri untuk pangeranmu. Sesekali aku berharap itu aku, namun kini biarlah itu hanya meresap dalam dinding hati dan tak lebih. Aku lebih punya ekspektasi besar untuk diriku, dan tak layak ketika aku harus memikirkan ekspektasi atas dirimu. Kau belum menjadi hakku, dan kau bebas menentukan arah hidupmu Dinda. Aku akan melanjutkan perjalananku menuju barat laut, tempat yang mungkin berlawanan arah denganmu yang kini aku tahu kau memilih tenggara sebagai peraduanmu. Andaikan kau tahu arah berlawanan ini justru yang akan membuat kita bertemu padu. Allah yang menggerakkan hati kita melangkah, tak akan pernah meleset satu derajatpun dari garis khayal astronomis yang dibuat manusia. Aku masih percaya dan harusnya kau pun masih percaya pada-Nya.
      Dinda, banyak orang bilang jodoh itu di tangan Tuhan. Bolehkah kalau aku tak setuju? Justru jodoh itu ada ditanganku dan ditanganmu, bukankah begitu? Aku tahu tangan Tuhan tak akan merandom begitu saja terhadap pilihanku, itu yang kupahami. Dan bukankah itu lebih nyaman ketika ketika kita bebas menetukan langkah masing-masing. Kenapa aku percaya engkau ada ditanganku, karena tangankulah yang menentukan bertemu tidaknya aku denganmu, besar usahakulah yang nanti bertaut dengan dirimu. Tanganku ini yang akan membawaku dalam naungan kebaikan, tanganku lah yang menentukan dengan siapa aku nantinya bergandengan, bukan Tangan Tuhan yang menentukan. Lalu jika kau bertanya apa aku tak percaya tangan Tuhan, aku sangat percaya Dinda, karena tangan-Nya lah yang nanti mencarikan dirimu yang sekufu dengan tanganku. Disinilah baru tangan Tuhan berperan Dinda, berperan untuk mengokohkan pegangan kita agar tak lepas, agar aku senantiasa disandingmu, agar aku senantiasa bisa memelukmu, agar pundak ini senantiasa membantu kepalamu tersandar  dalam belaianku.
      Tahukah engkau Dinda bahwa Rasulullah pernah berwasiat padaku, bahwa dirimu adalah fitnah yang paling Beliau takutkan menimpaku diantara fitnah-fitnah dunia. Ini membuat dirimu ibarat dua mata koin yang saling menindih gambarnya satu sama lain. Satu sisi dari dirimu memupuk dosa namun di sisi yang lain membawakan nikmat dan pahala. Maaf sebelumnya bukannya aku ingin mengatakan kau yang menyebabkan dosaku menggunung, namun aku yang lebih bersalah jika harus menimbun dosaku dan dosamu atas kesalahan kita. Untuk saat ini memandangmu, menyentuhmu, dan memelukmu adalah bagian dari dosa meski aku hanya mencumbumu dalam bayang-bayang semu. Tapi tahukah engkau Dinda aku masih menggantungkan mimpi yang tinggi itu, mimpi ketika pandangan, sentuhan, pelukan, atau bahkan cumbuan itu terkonversi menjadi amal-amal kita kelak kalau halal sudah terucap diatas keharaman yang sekarang ini belum tertangguhkan.
      Maaf kalau hingga saat ini kau masih menungguku, ini tak lebih karena sekarang aku masih belum sanggup jika harus menjatuhkan khithbah atasmu Dinda. Semoga kau memaafkanku yang belum bisa berbuat lebih ini. Tapi percayalah aku tak akan pernah mempertaruhkan pandanganku pada wanita lain Dinda, siapapun dia atau bahkan tanpa kusadari ternyata wanita itu adalah dirimu sendiri. Dan aku juga percaya bahwa kau akan menjagakan dirimu pula untukku meski berjuta pria melirikmu, aku masih yakin bahwa Adindaku tak akan pernah tertukar. Bukan begitu Dinda?
      Maafkan aku Dinda kalau akhirnya aku memeras dendam, bukan karena aku membencimu, aku hanya ingin Allah lebih mencintaiku. Itu saja, tak kurang tak lebih. Kau tahu dendam apa yang paling kusimpan untukmu? Dendam besar untuk memaafkan dan mengikhlaskan kepergianmu. Aku tak akan pernah mendendam hitam meski perih menghujam qalbu, aku  tak akan pernah berniat jahat padamu, karena aku tahu suatu saat nanti kau juga akhirnya menemaniku di penghujung hidupku.
      Jadi untuk itulah aku tak pernah mau lagi memikirkanmu, toh ujung-ujungnya aku pasti akan bertemu denganmu. Oleh karena itu, bolehkah aku sejenak pergi meninggalkanmu Dinda? Menggenggamu erat justru malah menyakitimu bukan? Sejenak aku ingin sekarang kita berpisah Dinda, berpisah sejenak menikmati kesendirian kita masing-masing. Bukankah jelas "Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantikan untuknya yang lebih baik darinya. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya maka Allah akan menjadikan mata hatinya kembali bersinar". Oleh karena aku ingin bertemu denganmu dalam keadaan kita yang jauh lebih baik, dan pastinya kau pun begitu, jadi untuk saat ini ikhlaskan perpisahan kita ini. Berjanjilah jangan terlalu memikirkanku, pun aku juga tak mau terlalu memikirkanmu, pikirkanlah bagaimana agar kita bertemu dalam bentuk kita yang paling baik. Bukan begitu Adindaku?

“Aku sadar bahwa Dinda adalah makhluk selembut pasir, menggenggamu erat justru akan membuatmu menjadi serpihan-serpihan debu yang beruraian. Namun aku akan membiarkan Dinda tertiup angin, bebas terbang. Hingga nanti kita akan bertemu dalam kerinduan yang mengental jadi debu”

Usaha untuk Meraih Cinta, Sejatinya Beda dengan Usaha untuk Meraih Harta atau Ilmu

Sudah menjadi suatu ketetapan, siapa yang berusaha pasti akan mendapatkan. Usaha dan apa yang kita dapat nantinya, jika digambar pada diagram cartesius, andaikan usaha adalah x dan hal yang kita dapat nantinya itu dimisalkan y, maka akan membentuk suatu grafik yang linear.
Demikian pula dengan cinta. Jika kau ingin mendapatkan cinta sejati dari seseorang, cinta yang karena Allah dan dari Allah, kau juga harus berusaha. Tapi beda loo, usaha untuk meraih cinta dengan usaha untuk meraih harta atau cita-citaa. Di sinilah letak perbedaannya:
-          Jika kau kau ingin mendapat ilmu, usaha paling gampang adalah dengan belajar keras.
-          Jika kau ingin mendapat harta, usaha paling gampang adalah dengan bekerja keras
Ya, sama intinya, usaha yang paling real untuk meraih harta dan ilmu adalah dengan “mendekatinya”. Mengerahkan seluruh jiwa raga untuk mendekat pada harta dan ilmu dengan mengupayakannya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pertanyaannya adalah, Bagaimana dengan usaha untuk cinta? Cinta yang karena Allah, dari Allah, cinta yang diridloi Allah.
Sebelumnya, kita kupas dulu. Apa itu cinta dari Allah dan  karena Allah? Perlu ditekankan, bukan cinta namanya jika kita terpacu untuk merayunya saat belum halal. Bukan cinta namanya jika kita terpacu untuk memegangnya saat  belum halal. Tapi itu semua adalah nafsu. Mirip memang, tapi sejatinya beda. Setan, dosa, dan kebiasaan lah yang membuat orang menjadi buta dalam membedakan cinta dan nafsu. Cinta itu membangun, tapi nafsu itu merusak. Dan karena kebutaan membedakan cinta dan nafsu inilah yang membuat sebagian orang salah dalam berusaha untuk mendapatkannya.
Dalam usaha untuk meraih cinta, justru ada dua hal yang harus dilewati, menjauh lalu mendekat. Ya, ada kalanya, dalam suatu kondisi, usaha yang benar untuk mendapatkan cinta adalah justru “menjauhi” nya. Mengapa justru menjauhinya? Begini. Karena dalam kondisi yang terlalu dini, mendekati sejatinya justru menyakiti. Apa kamu tega membiarkan orang yang kamu cintai justru lebih menghabiskan malam untuk memikirkanmu daripada memikirkan Allah? Apa kamu tega membuat dia galau dan menangis hanya karena sedetik tak ada kabar darimu? Apa kamu tega menumbuhkan harapan yang belum tentu akan menjadi nyata nantinya? Dengan kata lain jika kau mendekatinya, kau melubangi hijab yang dia tegakkan.

“Kadang kau harus meneladani matahari. Ia cinta pada bumi; tapi ia mengerti; mendekat pada sang kekasih justru membinasakan.” 
 
Salim A. Fillah

Dan juga, prinsip “menjauhi cinta untuk mendapatkan cinta” perlu ditata dengan benar. Menjauhi di sini dengan arti kita tak mengusiknya. Kalau mendoakan? Boleh sekali, jodoh itu memang pilihan Allah, tapi kita boleh memintanya, sebut nama boleh lo. Tapi, jika nanti ternyata Allah tak memberikan cinta seperti pada doa kita, itu karena Allah Maha Tahu. Karena Allah lebih memberikan apa yang kita butuhkan, bukan melulu apa yang kita inginkan.  Dan hal yang tak kalah penting adalah, perbaiki dirimu. Inilah point-nya. Ya, usahamu yang paling real untuk mendapatkan cinta bukan mengsms nya tiap bangun pagi, tapi adalah memperbaiki diri. Di sinilah tampak bagaimana kamu serius atau tidak dalam memperjuangkan cinta Allah dari dirinya. Keistiqomahan untuk terus memperbaiki diri inilah yang akan menjadi ujian bagi kita. Karena pastinya kita punya mimpi, nantinya kita dipertemukan dengan jodoh yang sekufu. Jadi, andaikan kita nanti dipertemukan dengan dia, kita ketemu dalam keadaan yang sudah sama-sama baik.
                                       “Perbaiki diri dulu, biar Allah melihat usahamu”

~ditulis oleh pemuda dengan ujung baju lengan panjang yang selalu tertekuk.

Senin, 22 Juli 2013

Maafkan Aku Dinda, Namun Karena Ini Aku Mengerti dan Semakin Memahami

Dinda, ada yang ingin aku ungkap, walau entah darimana aku harus memulai menceritakan kisah ini kepadamu. Lidah ini nampak kelu, malu. Aku hanya mampu berujar maaf. Maaf, jika engkau bukanlah wanita yang pertama. Ya, bukan wanita pertama yang sengaja aku sentuh selain ibu dan adik perempuanku.
Sengaja menyaksikan dan menyentuh bagian paling terlarang wanita, lebih dari satu kali, pada orang yang berbeda pula. Tak usah kau bayangkan, karena aku pun tak ingin membayangkan nya lagi, bahkan hanya untuk sekadar bercerita padamu aku tak kuasa. Namun bagiku, berkata jujur padamu adalah sebuah keutamaan.
Tapi percayalah dinda,bahwa sengaja bukan berarti sebuah kemauan. Tuhan kita yang menyaksikan. Seandainya dinding Rumah Sakit ini pun mampu berucap, pasti ia ceritakan. Sengaja demi pendidikan, memenuhi sebuah tuntutan, dan kebutuhan akan sebuah misi kemanusiaan. Melewati keadaan seperti ini adalah keniscayaan,agar aku mampu menanggung beban kehidupan, dan tanggung jawab kepemimpinan kemudian.
Namun justru karena keadaan ini lah yang akhirnya membuat aku sadar akan sebuah kenyataan. Bahwa menjadi dirimu tak semudah yang aku bayangkan. Menjadi ibu dari anak-anakku adalah ketulusan yang mengharukan. Sakit yang tiada terperikan seolah tergantikan dengan harapan kehadiran anak yang kau nantikan. Sungguh, surga bagimu tiada tergantikan.
Kesakitan, linangan air mata, tetesan keringat seolah menemani jihadmu dalam persalinan. Deraian darah menjadi satu hal yang tak mungkin dielakkan dan taruhan dengan kematian senantiasa menjadi momok yang menakutkan, namun itulah kenyataan. Rasa sakit yang tak tertahankan kala persalinan tak pernah kau sesalkan.
Dinda, barulah aku paham, menjadi wanita sepertimu adalah kemuliaan. Itulah mengapa saat wanita hamil, ia mendapatkan pahala puasa disiang hari dan pahala ibadah dimalam hari, serta ganjaran 2 rakaat shalat wanita yang hamil lebih baik dari 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil.
Begitupun ketika persalinan, wanita yang bersalin mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa, serta setiap kesakitan pada satu syarafnya, Allah memberi satu pahala haji. Sekiranya wanita meninggal dunia dalam masa 40 hari selepas bersalin ia dikira sebagai mati syahid.
Dinda, sadarkah juga selama dua tahun engkau menyusui, selama itu juga kebaikan mengalir untuk dirimu? Wanita yang menyusui anaknya akan mendapatkan 1 pahala dari setiap tetes susu yang diberikannya. Wanita yang menyusui anaknya yang menangis maka Allah memberi pahala satu tahun pahala shalat dan puasa. Jika wanita menyusui anaknya hingga 2. 5 thn, maka malaikat dilangit mengabarkan berita bahwa syurga wajib baginya.
Belum lagi untuk tidurmu yang terganggu saat engkau merawat anak kita. Seorang ibu yang menghabiskan waktu malamnya dengan tidur yang tidak selesai karena menjaga anaknya yang sakit, mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anaknya yang sakit akan di ampunkan oleh Allah seluruh dosanya dan bila dia menghibur hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.
Aku memang belum mempelajari benar tentang hadist diatas dinda, siapa perawi nya, dan bagaimana keshahihan nya. Namun tak berlebihan rasanya ganjaran seperti itu, untuk wanita sepertimu.
Dinda, sungguh aku bangga, di masa kekinian masih ada wanita sepertimu, menjadi wanita yang hanya bercita-cita menjadi istri dan ibu yang baik. Kau relakan masa keemasan dan karir cemerlang, hanya untuk kedekatan dan madrasah terbaik untuk anak-anakku. Kau buat mereka tak pernah merasa kehilangan, perhatian, kasih sayang, pendidikan (tarbiyah), dan senyuman yang senantiasa menyimpul di gurat wajah bahagia mereka. Dari rahim mu, kita hasilkan generasi terbaik penerus bangsa ini.
Dinda, melihat sosok dirimu bagiku engkau adalah bukti kesungguhan, bukti pengorbanan, dan wujud kesetiaan.
Dan membagi peran bersama mu, adalah sebuah kebahagiaan :)
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “(mereka; maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik). (QS An-Nisaa’/ 4:34).
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda : "Sebaik-baik wanita adalah apabila engkau pandang dia maka dia menggembirakan, bila engkau perintah dia taat, bila engkau tiada dia menjaga hartamu dan menjaga pula kehormatan dirinya. "
Sekali lagi, maafkan aku dinda, jika seandainya kau bukan wanita pertama yang sengaja aku sentuh, namun tetap bersyukurlah, karena setelah melewati fase ini, aku semakin mengerti, bahwa menjadi dirimu tak semudah yang aku bayangkan, bahwa menjadi dirimu adalah kemuliaan, dan hidup bersamamu adalah sebuah kebahagiaan :')

*tulisan random dokter muda Obgyn (obstetric & gynaecology)/Kebidanan. Mencoba mencari hikmah dari setiap kejadian. Untuk ibu, calon ibu, dan partner hidup mereka, semoga bisa semakin memaknai. Hanya ingin menjerat hikmah, dalam format dan gaya berbeda. Semoga tidak memantik sebuah rasa yang populer dikenal dengan kata "galau" kemudian. :D
-sebuah catatan dari Bang Dani Ferdian pasca stase RSKIA Astana Anyar, 7 Januari 2012-

Minggu, 30 Juni 2013

Mengkonversikan CINTA : Kelemahan Yang Menguatkan

Tiada yang lebih menderita daripada orang yang dimabuk cinta, sekalipun hawa nafsu merasakan kenikmatannya. Bila berjauhan dia menangis karena rindu, bila berdampingan diapun menangis juga karena takut berpisah.”
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyah – Ighatsatul Lahfan)

        Sungguh tak ada masa yang lebih indah daripada masa muda, masa disaat kita memiliki puncak keemasan dalam hidup dengan segala potensi yang termaksimalkan dari dalam diri kita. Tak ada gairah yang lebih membara kecuali gairah masa muda, fisik yang kuat, mental yang sehat, jiwa yang perkasa, subhanallah luar biasa dahsyatnya. Tak ada semangat yang paling membara kecuali semangat darah juang para pemuda. Dan tak ada yang paling menggelisahkan kecuali cinta di masa muda.
        Tulisan ini saya persembahkan untuk para pemuda yang berani berjuang melawan hati yang tertawan sebelum saatnya, para pemuda yang berani merelakan kesenangan nafsu dan menjaga hati hingga saatnya tiba, para pemuda yang berani mencintai Tuhan-Nya daripada orang yang ia cinta, para pemuda yang berani bangkit dari keterpurukan dan kegelisahan batinnya, serta para pemuda yang senantiasa berjuang di jalan-Nya.
         Bolehkah kita jatuh cinta? Bolehkah hati kita tertawan rindu? Bolehkah kita melabuhkan hati padanya? Serta berjuta pertanyaan lain yang sudah barang tentu jawabannya amat sangat retoris. Tentu saja boleh!!! Namun kebanyakan dari kita salah menanggapinya, salah memanajemennya, salah mengambil tindakan atasnya, dan salah persepsi dengan yang namanya cinta. Sungguh manajemen cinta yang salah adalah sesuatu yang paling menggelisahkan jiwa-jiwa muda ini, meruntuhkan benteng hati ini, dan tentu saja melubangi iman kita tanpa terasa. Tapi dengan cinta sesungguhnya kau bisa menggulingkan dunia, menguras lautan asin dan menggantinya dengan air gula, meruntuhkan gunung dan meluluh lantahkannya dengan cinta, namun dengan manajemen cinta yang luar biasa.

Wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik...” (Q.S. An-Nuur : 26)

        Bukan saya orang yang paling suci disini sehingga dengan berani menuliskan semua cerita ini, tapi disinilah saya belajar, disinilah saya diuji, dan disinilah saya mendapatkan pemahaman mengapa saya harus memanaje cinta dengan luar biasa. Beberapa dari kita mungkin tipe orang yang mudah jatuh cinta, dan kadang merasa gairah hidup lebih membara ketika hape berkedip dengan pesan singkat yang masuk, meski hanya kata-kata sederhana namun efeknya luar biasa, mungkin sebagian dari kita juga pernah atau mungkin juga sedang merasakannya “jangan lupa belajar ya”, “sholat tepat waktu ya”, “hati-hati di jalan dan jangan lupa berdoa”, “besok hari senin jangan lupa puasa”, “ayo bangun tahajud udah jam 3 lho”, “semangat belajar buat ujiannya” , dan berbagai macam hal lain tentang pengingatan-pengingatan fana tersebut. Sungguh luar biasa sekali hati ini tergerakkan untuk menuruti semua kata-kata semu tersebut, semua pengingatan-pengingatan tersebut. Menulis kalimat-kalimat cinta di media sosial, menulis puisi-puisi rindu, dan segala macam maksiat yang harusnya kita sadari itu adalah kesalahan masa lalu yang tak seharusnya kita lakukan lagi. Dlu mungkin saya juga pernah yang seperti ini, namun alhamdulillah ini benar-benar tak pernah saya ulangi lagi. Dengan apa caranya? Next lanjutin bacanya ya.
         Ketakutan terbesar saya adalah ketika pemuda-pemuda islam semuanya melakukan yang seperti ini, mau dijadikan apa agama kita nanti. Lemahnya kekuatan kita dalam memanajemen cinta inilah yang akan meruntuhkan tiang-tiang agama ini, interaksi fisik yang tak seharusnya terjadi, kalaupun tak fisik boleh jadi kau juga harus membatasi interaksi hati. “Saya gak pacaran kok, saya tahu ini gak boleh, jadi saya juga membatasi interaksi fisik. Kami cuma hubungan lewat SMS aja, gak pernah ketemu kalau dikampus, gak pernah jalan bareng juga. Kita cuma bikin komitmen semoga nanti Allah mempertemukan kalau sudah saatnya. Toh kita saling ngetin sholat, puasa, belajar, tahajud, dan lain-lain ini biar kita sama-sama baik di mata Allah. Kan pria yang baik untuk wanita yang baik, jadi kita saling ngingetin buat kebaikan”, sering sekali saya bertemu dengan yang seperti ini atau bahkan saya juga pernah mengalaminya dulu. Udah salah masih saja mencari pembelaan. Inilah orang-orang yang berdiri diatas kemunafikan cinta. Rek, ayolah yang kayak gini itu juga sama aja. Kalau memang kau benar-benar mencintainya yasudah lepaskan ia, yakinlah Allah akan menjaganya, atau bahkan menggantinya dengan yang lebih baik. Cukup kau doakan saja dalam sepertiga malam akhirmu.
        “Sungguh aku sulit buat lepas dari dia, bikin galau banget, dan jadi sedih kalau keinget tentang dia. Kadang kepikiran dia lagi ngapain, atau sekedar hanya pengen nanya kabarnya aja, masa gitu aja gak boleh? Takut juga kalau ternyata nanti dia keduluan dikhithbah orang lain”. Atau mungkin kita juga pernah terlalu sibuk memendam perasaan untuk seseorang dan rasa memendam itu sering membuncah dalam kegelisahan, sering menjadikan beban pikiran, dan terkadang membuat diri kita memilih untuk memikirkannya daripada mengambil aksi untuk memantaskan diri. Sungguh pemikiran ini yang melemahkan, cepat atau lambat kau hanya akan tampak semakin lemah, dan semakin banyak pemuda islam yang lemah semakin cepat pula keruntuhan ini akan segera terjadi. Saya juga pernah merasakan yang seperti ini, tapi justru disinilah titik lemah yang bisa saya jadikan kekuatan. Saya percaya dan amat sangat percaya wanita yang baik hanya untuk pria yang baik. Ketika disepertiga malam mata ini berat sekali untuk terbuka, saya coba membayangkan apa jadinya kalau saya tidak bangun tahajud malam ini, bisa jadi jodoh saya juga gak akan bangun tahajud. Hari ini harusnya puasa, aduh tapi males banget buat bangun sahur dan menjaga lapar-dahaga seharian padahal banyak praktikum dan ujian hari ini, tapi kalau aku gak puasa sunnah hari ini boleh jadi jodohku juga gak puasa. Pemikiran saya tentang dia yang tadinya melemahkan, bisa saya konversikan menjadi sebuah kekuatan besar untuk mengubah hidup saya, menjadikan diri saya untuk terus berbenah. Cinta akan syahwat disini ibaratkan energi yang luar biasa, masih ingat dengan hukum kekekalan energi? Kali ini saya kan mengganti energi itu dengan hukum kekekalan cinta. “Cinta tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tapi cinta bisa konversikan dari bentuk satu ke bentuk yang lain”. Maka sudah saatnyalah ketika cinta itu melemahkan kita harus segera kita ubah untuk menjadi hal yang menguatkan kita. Disinilah pointnya, mungkin pembaca punya cara masing-masing juga untuk mengkonversikan itu semua, percayalah bahwa cinta itu tak melemahkan jiwa-jiwa yang kuat, tapi menguatkan jiwa-jiwa yang lemah. Jika dengan perasaan cinta itu justru kita terbuai dengan kegelisahan, sudah saatnya kita curiga bahwa ini bukanlah cinta, mungkin ini hanyalah nafsu belaka.
          Didunia ini segalanya hanya akan berkutat dengan dua hal yang akan selalu berlawanan, senang-sedih, kaya-miskin, lapang-sempit, tua-muda, kuat-lemah, baik-buruk, dan berbagai macam kosa kata perlawanan lainnya. Dan kita hanya bisa melakukan satu hal dari dua hal yang berlawanan tersebut, jika kita tak disibukkan dengan melakukan kebaikan nisacahya kita akan disibukkan dengan keburukan, semua yang berlawanan itu akan selalu ada, tinggal kita pilih mau yang mana. Ketika energi yang datang itu mulai menggelisahkan kita, segeralah kita lampiaskan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, menyibukkan diri untuk menjadikan jiwa yang lebih baik, dan yang pasti menguatkan hati kita ini.
          Cukuplah Allah yang tahu seberapa besar rasa cinta kita untuk si dia, cukuplah Allah yang tahu bahwa kita berpeluh dalam doa di sepertiga malam menyebut namanya, cukuplah Allah yang tahu seberapa besar usaha kita memantaskan diri untuknya. Tak inginkah kau memiliki cinta mulia? Nikmat berbuka hanya akan dirasakan bagi orang yang berpuasa. Pilihannya adalah kau mau berbuka sekarang atau berbuka disaat ijab qabul telah mengumandang?

Rabu, 22 Mei 2013

Ikhwan – mata : Akhwat – telinga


             Banyak dari kita yang tak tahu kenapa bisa jatuh cinta, kenapa bisa memilih suka pada si dia, kenapa bisa menautkan hati dan menjatuhkan pilihan padanya. Terkadang memang semua tak mudah dijelaskan, seakan semuanya berjalan begitu saja tanpa sebuah tuntutan, spontan merambat merasuk hati tanpa kita tahu musabab mengapa cinta itu datang. Tapi semua reaksi itu dapat dijelaskan secara ilmiah, keterlibatan hormon pheromon dalam reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh manusia yang jatuh cinta.
           Sederhana, sungguh sangat amat sederhana. Secuil tausyiah dari murobbi saya tentang asal-muasal mengapa kita bisa jatuh cinta. Cinta tak lain dan tak bukan datang dari panca indera, dimana inilah yang pertama kali memetakan seseorang dalam otak kita.

Minggu, 12 Mei 2013

Wanita itu Tulang Rusukmu

Bukan dari tulang ubun ia dicipta
Sebab berbahaya membiarkannya dalam sanjung dan puja
Tak juga dari tulang kaki
Karena nista menjadikannya diinjak dan diperbudak

Tetapi dari rusuk kiri
Dekat ke hati untuk dicintai
Dekat ke tangan untuk dilindungi

Kamis, 09 Mei 2013

Takdir Tuhan : tulang rusuk yang telah patah


Apa kau pernah merasakan siang dan malam yang terasa lebih panjang dari biasanya ketika kau merasa sakit dan kehilangan?
Apalagi sakit karena kehilangan organ penting dalam hidupmu.
Siang dan malam yang menggusarkan setengah ragamu karena tercipta tak sempurna, pernahkah?
Aku tak pernah menyalahkan Tuhan kenapa aku sendiri dan hidup dengan 23 rusuk saja sehingga semua terasa menyakitkan.
Aku tak pernah menghujat Tuhan kenapa tak Dia ciptakan aku dengan segala kelengkapan rusukku tanpa kurang tanpa cacat.
Tuhan tau kegelisahanku, aku yakin sekali.
Karena Dia jauh lebih dekat dari yang kurasakan, jauh lebih mengerti tentangku.
Bahkan mungkin dulu jauh sebelum aku menginjak bumi, mungkin Dia pulalah yang sengaja mematahkan tulang rusukku dan melemparnya entah kemana.
Bukan karena Ia ingin menyakitiku dengan membiarkanku hidup dengan satu tulang rusuk yang patah, tapi Dia ingin aku mencari itu dan merasakan betapa indahnya hidup dengan tulang rusuk yang lengkap suatu saat nanti.

Wahai Ukhty, sadarilah..

Wahai ukhty...
-Jika aku seorang Ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah namun tanpa malu mendekatimu, apa kau tidak takut terjerat padaku???
-Jika aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah namun tanpa malu dengan genit menggodamu,apa kau tidak merasa risih pada kegenitanku???
-Jika aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah namun tanpa segan merayumu, apakah kau terbuai oleh bujuk rayuku???
-Jika aku seorang ikhwan yang mengatakan cinta padamu karena Allah namun tak bisa menjaga izzah ketika berdekatan denganmu, apakah kau tidak bisa menolakku dengan perisai malumu???