-..Mereka tidak akan sedikitpun menaruh respek
kepada anda saat yang anda berikan kepadanya hanyalah kata “salah”. Seseorang hanya
akan memberi respek kepada pribadi yang menarik bagi dirinya. Dan mengatakan “salah”
pada orang lain, tidak akan membuat anda menarik dihadapan mereka..-
Tepat beberapa
jam yang lalu, saya berbincang dengan seorang sahabat. Saya duduk di depannya
sambil mebolak-balik buku motivasi ber-label national best seller. Saya tertarik
pada halaman awal buku ini. Di lembar ucapan terimakasih, sepertinya penulis
lupa mengucapkan terimaksih kepada istri tercintanya. Justru di baris paling
awal, beliau menuliskan terimakasih pada para kliennya. Ah, bukanlah masalah
besar saya fikir. Tapi saya tertarik untuk menceritakan hal ini pada orang di
depan saya. Lucu juga sepertinya.
Diluar dugaan,
sahabat saya malah mengajak saya untuk mendiskusikan sebuah hal. Kata dia “di
satu sisi, orang-orang seperti itu terkadang tidak jauh beda dengan penjilat,
bro. Dia ngomong hebat di depan orang banyak, tapi kesehariannya sendiri? Aku yakin
dia tak sehebat omongannya”. Pupil saya melebar “maksudnya bro?”.
Lalu dia
menceritakan sebuah kejadian. Kami punya seorang kakak tingkat yang sudah
pantas disebut sebagai motivator. Jam terbangnya cukup tinggi. Mengisi disana-sini.
Suatu saat, sahabat saya ini berada dalam sebuah forum bersama sang motivator. Ada
masalah teknis, dimana forum tersebut memerlukan layar LCD. Dan sampai waktu dimulainya
acara, layar LCD yang dicari belum ketemu. Ada usulan untuk memakai punggung almari.
Karena warnanya coklat, sang motivator ini mengatakan bahwa tampilannya tidak
akan terlihat dengan baik. Benar memang. Namun dia hanya usul. Dia hanya bicara,
tanpa inisiatif untuk membantu. Itu dia masalahnya. Dan sahabat saya
menyimpulkan “kebanyakan orang seperti itu, pribadi mereka tak semenarik
omongannya.”
Hmm.. seru juga
kata-katanya. Lalu saya mencoba menyampaikan pendapat saya terkait hal ini.
Ada sebuah
kekeliruan yang seharusnya tidak dimiliki oleh para pemimpin. Saya katakan
bahwa saat anda memilih menjadi orang biasa-biasa saja, hal ini mungkin
tidaklah terlalu penting bagi anda. Namun saat anda memilih untuk menjadi pemimpin,
perhatikanlah dengan baik satu hal ini. Bahwa anda tidak bisa -atau tidak
boleh- mengharapkan kesempurnaan pada orang lain.
Mungkin anda
bermasalah dengan cara berdandan sahabat anda yang kurang rapi. Mungkin anda jengkel
dengan gaya bicara teman anda yang terlalu kasar. Anda tidak suka dengan sahabat
anda yang terlalu banyak bercanda. Anda risih dengan cara berjalan teman anda
yang terlalu lembek. Anda emosi dengan hal-hal kecil yang dilakukan orang lain yang
tidak sesuai dengan “standart” hidup anda.
Sebagai pemimpin,
anda tidak bisa –atau tidak boleh- berlaku demikian. Terimalah fakta bahwa
sifat yang paling manusiawi dalam diri manusia adalah berbuat kesalahan. Kesalahan
dalam bentuk apapun.
Itu pertama. Kedua,
Jangan pernah membenci orang lain karena kebiasaan mereka yang tidak sama dengan
kebiasaan kita. Terimalah kenyataan bahwa orang lain punya hak untuk berbeda. Kita
boleh tidak sepakat dengan apa yang dilakukan orang lain. Namun kita tidak
boleh membenci mereka karena hal itu.
Ketiga, anda harus
memahami bahwa, saat anda tidak suka jika orang lain mengatakan “salah” kepada
anda, orang lain pun demikian. Mereka tidak akan sedikitpun menaruh respek
kepada anda saat yang anda berikan kepadanya hanyalah kata “salah”. Seseorang hanya
akan memberi respek kepada pribadi yang menarik bagi dirinya. Dan mengatakan “salah”
pada orang lain, tidak akan membuat anda menarik dihadapan mereka.
Begitulah. Jika kita
membiarkan fikiran kita menilai orang lain dengan standart kesempurnaan kita
sendiri, kita pasti akan menemukan keburukan pada semua orang yang kita temui. Pun
sebaliknya, saat kita mengatur fikiran kita untuk berfikir baik tentang orang
lain, kita akan menemukan sekian banyak hal menarik dari orang lain, dan itu
akan membuat kita semakin dekat dengan mereka. Apa sih yang dibutuhkan pemimpin
selain kedekatan dengan orang-orang yang dia pimpin?
Saya fikir,
tidak ada. Karena kita bisa mencintai seseorang tanpa memimpinnya. Namun kita
tidak bisa memimpin orang lain tanpa mendapatkan cintanya.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk sahabat
saya di pesantren. Saya belajar banyak dari anda, bro! mari sama-sama belajar
sepakatttt!!!! share Thiss!!!
BalasHapusjos beud lah
BalasHapus