Beberapa minggu lalu saya
mendapat undangan dialog bersama tokoh-tokoh nasional, oke saya akan sedikit
bercerita tentang hasil dialog tersebut dan cara pandang saya terhadap para
pembiacara yang notabene para pemimpin di Negara ini, pun mungkin tak menutup
peluang beliau-beliau ini yang akan menjadi orang nomor satu di negeri ini. Dialog
Kebangsaan ini adalah salah satu event yang digagas oleh Pol-Tracking Institute
yang diketuai oleh bapak Hanta Yuda MA dan bekerja sama dengan Badan Eksekutif
Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (BEM UNS), yang pada kali ini juga menjadi
moderator pada Dialog Kebangsaan hari ini.
Bicara masalah dialog kita pasti
bertanya siapa pembicaranya. Pembicara pertama adalah mantan sempalan salah
satu pentolan partai kuning yang kini Menjadi Ketua Umum partai Hanura, mantan
Menko Polkam tahun 1999-2003. Seorang Jenderal Besar yang mendampingi runtuhnya
orde Baru era Soeharto, dan juga orang yang turut serta membangun orde
Reformasi di zaman Habibie dan Abdurrahman Wahid, tak lain dan tak bukan adalah
Jenderal purnawirawan Dr. Wiranto, SH., MH.
Pembicara kedua adalah salah satu
dari tiga kepala daerah teladan, dimana dua diantaranya adalah Gubernur Jakarta Joko Widodo dan
Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Beliau juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi
Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia periode 2010-2015, dan saat ini juga
menjabat di periode keduanya sebagai Gubernur Sulawesi Selatan dengan segudang
prestasi yang telah disematkan padanya. Doktor yang menempun semua jenjang pendidikan
tingginya di Universitas Hasanuddin ini adalah Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH.,
Msi., MH. Dan pembicara ketiga adalah mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) ke-2 yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) menggantikan Amien Rais di tahun 2004. Pria
kelahiran Klaten 8 April 1960 ini adalah Dr. Hidayat Nur Wahid, MA.
Entah apa yang mendasari
Pol-Tracking Institute mengundang ketiga pembicara tersebut, namun logika
dangkal saya mengatakan cepat atau lambat orang-orang ini yang juga akan masuk
bursa calon manusia nomor satu di negara ini untuk beberapa tahun kedepan.
Oke setelah ini saya akan
cantumkan beberapa poin yang saya catat dari ketiga pembicara tersebut. Yang
pertama bapak Wiranto beliau pada awal presentasinya membahas tentang makna
perubahan dari berbagai versi mulai definisi menurut beiau sendiri dan menurut
buku-buku yang beliau rujuk, nah suatu kebanggan probadi ketika beliau
menyebutkan beberapa buku karya Rhenal Kasali PhD, karena 2 diantaranya adalah
buka yang saat ini sedang saya baca, yakni Change! dan DNA Recode. Beliau juga
merujuk salah satu ayat Quran, surat Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka”. Kemudian beliau memaknai bahwa
perubahan itu adalah sebuah keniscahyaan dari Tuhan yang pasti akan selalu ada,
namun Tuhan pun tak akan melakukan perubahan karena Dia hanya berlaku sebagai
wasit atau penengah, dan yang bertindak mengubah ini semua tak lain dan tak bukan
adalah manusianya sendiri. Perubahan adalah keadaan berbeda dengan yang ada
saat ini, entah itu lebih baik ataupun lebih buruk, tentunya kita selalu
menginginkan perubahan yang lebih baik. Kita tak bisa terus-menerus
mengandalkan aset negara yang bisa habis, yang perlu diperbaiki dan diandalkan
adalah manusia-manusianya. Yang diubah bukan sistem, tapi manusianya. Negara
ini butuh orang yang punya integritas, kompetensi, moralitas, pengetahuan dan,
spiritual yang baik untuk menciptakan manusia-manusia luar biasa tersebut. Satu
hal terpenting yang harus dikuasai seorang pemimpin adalah berpikir dengan
cepat, dan memutuskan dengan tepat.
Yang kedua saya juga mengutip
beberapa kata-kata dari Bapak Gubernur Sulawesi Selatan saat ini, Bapak Syarul
Yasin Limpo. Beliau berbicara bahwa tak ada seorangpun yang bisa menjamin perubahan
di tahun-tahun mendatang, tapi setiap rakyat harus bisa membawa eksistensi
negara ini, bukan hanya presiden tapi semua pihak bertanggung jawab atas
kemajuan negara ini. Presiden harus cerdas, tidak spekulati dalam mengambil
keputusan dan kapabilitasnya harus sudah teruji serta punya pengalaman
memerintah yang baik. Dia harus tau konflik di tataran pemerintahan yang lebih
rendah, bukan hanya di tingkat negara.
Kemudian di paragraf ini saya
akan menuliskan beberapa kutipan dari Bapak Hidayat Nurwahid. Beliau berbicara
bahwa pemimpin itu bukan tiban, bukan orang yang tiba-tiba jatuh dari langit,
tapi pemimpin adalah orang yang benar-benar dicetak, digembleng, dididik
puluhan tahun sehingga benar-benar teruji pengalamnnya. Sejarah selalu memberikan
bukti bahwa kita berjuang untuk negara ini sendirian, banyak pahlawan-pahlawan
yang telah gugur mendahului kita, dan sudah sepantasnya kita melanjutkan
semangatnya dalam bentuk perbuatan. Siapapun yang akan memimpin negeri ini
demokrasi akan tetap terus berjalan, tapi rakyat juga harus punya visi untuk
negara ini, jadi jangan hanya salahkan pemimpin kalau negara ini tak maju. Oleh
karena itu kita semua punya kesempatan emas untuk menentukan pemimpin yang
lebih baik. Oh ya satu hal lagi pesan beliau yang masih terngiang di benak
saya,”Kalau mau jadi pemimpin besar, nikah sama orang Solo seperti Pak Amien
Rais, Pak Akbar Tandjung, Pak Tifatul Sembiring, Presiden Soeharto, dan masih
banyak lagi yang lain.” Benar-benar ini lelucon sesat yang merasuki pikiran
saya.
Siapapun mereka, apapun yang mereka katakan, setiap
dari kita bertanggungjawab untuk menyajikan keadaan negara yang lebih baik.
Mari kita bergerak serentak dan mengepakkan sayap Garuda agar ia mampu terbang
tinggi kembali!!! Hidup Mahasiswa!!!
Luar biasa acara diaolog kebangsaan, setidaknya kita dapat lebih membuka mata bahwa negara ini menjadi tanggung jawab kita. saya merekam kata2 pak jendral endriartono sutarto yg kemarin juga menjadi salah satu pembicara dialog kebanggsaan di UNY "insan muda indonesia yang tangguh, sehat, cerdas dan berkarakter adalah generasi penerus yang mampu mewujudkan cita-cita generasi pendahulu"
BalasHapus