Sehari
kita punya 24 jam yang boleh kita pilih mau apa kita hari ini dan apa yang akan
kita lakukan untuk menghabiskan waktu tersebut. Mengutip sebuah pepatah Arab
“Jika kita tidak disibukkan dengan kebaikan niscahya kita akan disibukkan
dengan keburukan”. Maka kita punya pilihan yang pertama, memilih diam atau
menyibukkan diri. Setelah itu kita punya pilihan yang kedua, memilih sibuk
dengan kebaikan atau keburukan. Masing-masing membutuhkan persiapan dan
mengandung konsekuensi. Tapi pribadi saya mengatakan untuk apa kita membuang
waktu melakukan keburukan?
Ada
satu hal pula yang perlu kita pahami, sebanyak apapun pekerjaan baik yang kita
lakukan pasti kita akan mengalami satu titik jenuh yang entah kapan mau tak mau
harus kita hadapi. Dan inilah yang sering aku alami, terlalu sibuk dengan
pekerjaan duniawi yang sangat menyibukkan dan terkadang kita lupa bahwa kita
juga juga butuh melepaskan energi negatif dari dalam diri kita. Inilah yang
sering kita sebut dengan katarsis, atau melakukan sebuah kegiatan untuk
melepaskan dan membuang jauh kejenuhan batin yang kita alami.
Setiap
orang memiliki cara untuk melakukan katarsis, ada yang melakukannya dengan
bercengkrama bersama alam, menikmati game, menyibukkan diri dengan social media, berkumpul dengan keluarga,
menikmati kuliner, dan masih banyak lagi bentuk katarsis yang orang lakukan.
Tentu saja sebagai seorang muslim kita juga tak boleh lupa bahwa kita punya
sholat dan quran yang juga bisa kita gunakan sebagai media melepaskan energi
negatif.
Sedikit
bercerita tentang kegiatan mengkatarsis emosi yang sering saya lakukan. Sedikit
unik memang, bakan tak akan pernah terpikirkan oleh kebanyakan orang, apalagi
pikiran seorang pria.
Ya
inilah memang kegiatan yang benar-benar bisa menjadi katarsis emosi saya ketika
kegiatan akademik maupun non akademik yang sangat menyibukkan. Kuntum-kuntum
mawar yang mekar, dedaunan yang menghijau subur, air-air yang menggericiknya
seakan tak pernah bosan saya saksikan.
Bahkan
saya banyak belajar dari filosofi bunga mawar. Pernah suatu kali pohon mawar
merah itu berbunga, sungguh benar-benar sesuatu hal yang saya nantikan. Mulai
dari corollanya yang masih membentuk
kuncup diujung tangkai, hingga coronanya
mekar sempurna, saya tak pernah luput mendokumentasikan proses tumbuh dan
kembangnya.
Hingga
di suatu masa ketika mawar itu sudah mekar sempurna dan mahkota manisnya mulai
berguguran satu-persatu, begitupun hati yang mengiringi setiap helai yang
jatuh. Kemudian hari demi hari, minggu demi minggu penantian saya atas bunga
mekar yang kedua tak kunjung tiba. Hingga akhirnya dengan rasa tak tega saya
potong tangkai bunga yang mulai kering tinggal tulang itu. Namun 2 hari
kemudian tumbuh 3 tunas baru yang sangat cepat sekali. Sungguh tentu saja ini
menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi saya pribadi.
Saya
belajar dari bunga mawar. Ia tak pernah sombong dan memamerkan baunya, tak
seperti bunga-bunga lain. Ia cantik, tapi ia beduri, tak sembarang orang bisa
menyentuhnya. Dan yang terakhir ketika ia disakiti ia justru makin tumbuh dan
berkembang, tidak mati namun semakin mekar.
Kalau kelak batangmu patah dan daunmu layu
Jangan salahkan aku
Karena aku masih menunggu tunasmu
-menanti mawar
keren,,,
BalasHapus