Kita beruntung. Orang lain jatuh cinta karena tahu
kelebihan masing-masing. Kita jatuh cinta justru karena tahu kekurangan
masing-masing.
Pada suatu ketika Bambang Manumayasa, pertapa
sakti nan ganteng kaget atas kedatangan manusia yang aneh. Dia tampak sebagai
lelaki tetapi berpayudara besar, tua berjenggot tapi berkuncung bagai
anak-anak, gemuk, dan pantatnya subur semlohai. Ia datang terengah-engah karena
dikejar oleh 2 ekor harimau kumbang. Manumayasa seger mengambil busurnya dan
membentangkan anak panahnya. Anak panah melesat sekaligus menembus kepala kedua harimau tersebut. Merekapun
mati. Tanpa diduga, harimau tersebut
badar (berubah) menjadi wujud aslinya sebagai bidadari yang amat cantik jelita.
Mereka berempat bertatap muka penuh
kebingungan. Setelah hening yang cukup lama, Manumayasa memperkenalkan dirinya
sebagai pemilik rumah. Dilanjut dengan lelaki aneh yang masih terengah-engah
mengaku dirinya sebagai pengembara bernama Semar. Sedangkan kedua dewi tersebut
masih diam penuh malu. Manumayasa sadar bahwa malunya seorang wanita adalah
kecantikannya sehingga dia memberanikan diri menanyakan asal usul keduanya.
Keduanya memperkenalkan diri sebagai kakak
adik, Dewi Kaniraras dan Dewi Kanestren. Mereka sebenarnya adalah dewi
kahyangan yang dihukum turun ke bumi menjadi harimau karena kesalahannya. Singkat
cerita, Manumayasa dan Semar mengantar kedua dewi tersebut pulang ke kahyangan.
Sebagai ucapan terima kasih telah
mengembalikan anaknya menjadi wujud yang sebenarnya, ayah dari Dewi Kaniraras
dan Dewi Kanestren menikahkan keduanya dengan Manumayasa dan Semar. Dewi
Kaniraras diperistri oleh Manumayasa dan Dewi Kanestren oleh Semar.
Semar memboyong Kanestren kerumahnya yang
sederhana di tepi hutan. Daerah itu bernama Karang Kadempel. Saat akan
melakukan hubungannya yang pertama kali, tetiba muncul dialog sarat akan
petuah. Diselimuti hawa diluar yang sangat dingin dan diiringi suara jangkrik,
kodok, serta burung hantu Kanestren tiba-tiba berbicara.
“Kang mas, sebenarnya tadi aku bisa saja
memilih Manumayasa. Tapi aku tidak melakukannya. Dia terlampau gagah buatku. Apakah
lelaki harus gagah dan sempurna sehingga dia layak untuk dicintai perempuan?
Enggak mas. Aku suka kamu. Kakang Semar yang bentukmu lucu, gembrot, dan jauh
dari ukuran wajar ketampanan lelaki. Di dalam pengalaman hayatku sebagai
perempuan, aku seringkali bertemu dengan laki-laki buruk rupa tetapi lucu dan
menggemaskan. Tetapi kemudian dia terus berusaha membuktikan kekuasaannya di hadapanku.akhirnya
aku eneg mas.”
Semar hanya bisa diam sambil menelan ludah. Suasana
hening. Kemudian Kanestren kembali berucap.
“Kamu lain mas. Aku justru mencintaimu karena
kamu lari terbirit-birit ketakutan saat aku kejar. Kamu tak menunjukkan
sedikitpun kesaktianmu walaupun naluriku sangat meyakini bahwa kamu jauh lebih
sakti daripada Manumayasa”
Semar hanya tersenyum. Tanpa membalas
kata-kata istrinya, dia langsung memeluk istrinya mesra. Alam pun menjadi saksi
dari pergumulan suci mereka. Dan akhirnya terlahirlah 10 Dewa dari gua garba
Kanestren. Diantaranya adalah dewa penyabut nyawa Bathara Yamadipati, dewa
cahaya Bathara Surya, dan dewa asmara Bathara Kamajaya.
Beberapa tahun telah berlalu. Di suatu malam yang
dingin, Semar terkekeh-kekeh mengenang pertemuan dengan Kanestren. Semar pun berucap ke istrinya dengan mesra. “Kalau
menurutu panca indra, sudah tentu aku memilih Kaniraras yang sewaktu jadi
harimau sangatlah indah kulitnya, indah sorot matanya, dan harum aromanya. Tapi
aku tak ingin memilih dia. Karena naluriku berkata, engkaulah jodohku.” Kanestren pun memukul-mukul manja di pundak
suaminya. Cinta mereka bersemi dalam kesederhanaan. Kisah mereka abadi sampai
di akhir jagat dunia Wayang.
Tancep Khayon.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSedikit beda dengan cerita guruku smp.tpi tidak mengalah mungkin waktu itu
BalasHapus