“Tiada yang lebih menderita daripada orang
yang dimabuk cinta, sekalipun hawa nafsu merasakan kenikmatannya. Bila
berjauhan dia menangis karena rindu, bila berdampingan diapun menangis juga
karena takut berpisah.”
(Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah – Ighatsatul Lahfan)
Sungguh tak ada masa yang lebih
indah daripada masa muda, masa disaat kita memiliki puncak keemasan dalam hidup
dengan segala potensi yang termaksimalkan dari dalam diri kita. Tak ada gairah
yang lebih membara kecuali gairah masa muda, fisik yang kuat, mental yang
sehat, jiwa yang perkasa, subhanallah luar biasa dahsyatnya. Tak ada semangat yang
paling membara kecuali semangat darah juang para pemuda. Dan tak ada yang
paling menggelisahkan kecuali cinta di masa muda.
Tulisan ini saya persembahkan
untuk para pemuda yang berani berjuang melawan hati yang tertawan sebelum
saatnya, para pemuda yang berani merelakan kesenangan nafsu dan menjaga hati
hingga saatnya tiba, para pemuda yang berani mencintai Tuhan-Nya daripada orang
yang ia cinta, para pemuda yang berani bangkit dari keterpurukan dan
kegelisahan batinnya, serta para pemuda yang senantiasa berjuang di jalan-Nya.
Bolehkah kita jatuh cinta? Bolehkah
hati kita tertawan rindu? Bolehkah kita melabuhkan hati padanya? Serta berjuta
pertanyaan lain yang sudah barang tentu jawabannya amat sangat retoris. Tentu saja
boleh!!! Namun kebanyakan dari kita salah menanggapinya, salah memanajemennya,
salah mengambil tindakan atasnya, dan salah persepsi dengan yang namanya cinta.
Sungguh manajemen cinta yang salah adalah sesuatu yang paling menggelisahkan
jiwa-jiwa muda ini, meruntuhkan benteng hati ini, dan tentu saja melubangi iman
kita tanpa terasa. Tapi dengan cinta sesungguhnya kau bisa menggulingkan dunia,
menguras lautan asin dan menggantinya dengan air gula, meruntuhkan gunung dan
meluluh lantahkannya dengan cinta, namun dengan manajemen cinta yang luar
biasa.
“Wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan
laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang
baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik...”
(Q.S. An-Nuur : 26)
Bukan saya orang yang paling suci
disini sehingga dengan berani menuliskan semua cerita ini, tapi disinilah saya
belajar, disinilah saya diuji, dan disinilah saya mendapatkan pemahaman mengapa
saya harus memanaje cinta dengan luar biasa. Beberapa dari kita mungkin tipe orang yang mudah
jatuh cinta, dan kadang merasa gairah hidup lebih membara ketika hape berkedip dengan pesan singkat yang masuk, meski hanya kata-kata sederhana
namun efeknya luar biasa, mungkin sebagian dari kita juga pernah atau mungkin juga sedang merasakannya “jangan lupa belajar ya”, “sholat tepat waktu ya”, “hati-hati di
jalan dan jangan lupa berdoa”, “besok hari senin jangan lupa puasa”, “ayo
bangun tahajud udah jam 3 lho”, “semangat belajar buat ujiannya” , dan berbagai
macam hal lain tentang pengingatan-pengingatan fana tersebut. Sungguh luar
biasa sekali hati ini tergerakkan untuk menuruti semua kata-kata semu tersebut,
semua pengingatan-pengingatan tersebut. Menulis kalimat-kalimat cinta di media
sosial, menulis puisi-puisi rindu, dan segala macam maksiat yang harusnya kita sadari
itu adalah kesalahan masa lalu yang tak seharusnya kita lakukan lagi. Dlu mungkin saya juga pernah yang seperti ini, namun
alhamdulillah ini benar-benar tak pernah saya ulangi lagi. Dengan apa caranya? Next
lanjutin bacanya ya.
Ketakutan terbesar saya adalah
ketika pemuda-pemuda islam semuanya melakukan yang seperti ini, mau dijadikan
apa agama kita nanti. Lemahnya kekuatan kita dalam memanajemen cinta inilah
yang akan meruntuhkan tiang-tiang agama ini, interaksi fisik yang tak
seharusnya terjadi, kalaupun tak fisik boleh jadi kau juga harus membatasi
interaksi hati. “Saya gak pacaran kok, saya tahu ini gak boleh, jadi saya juga
membatasi interaksi fisik. Kami cuma hubungan lewat SMS aja, gak pernah ketemu
kalau dikampus, gak pernah jalan bareng juga. Kita cuma bikin komitmen semoga
nanti Allah mempertemukan kalau sudah saatnya. Toh kita saling ngetin sholat,
puasa, belajar, tahajud, dan lain-lain ini biar kita sama-sama baik di mata
Allah. Kan pria yang baik untuk wanita yang baik, jadi kita saling ngingetin
buat kebaikan”, sering sekali saya bertemu dengan yang seperti ini atau bahkan
saya juga pernah mengalaminya dulu. Udah salah masih saja mencari pembelaan.
Inilah orang-orang yang berdiri diatas kemunafikan cinta. Rek, ayolah yang
kayak gini itu juga sama aja. Kalau memang kau benar-benar mencintainya yasudah
lepaskan ia, yakinlah Allah akan menjaganya, atau bahkan menggantinya dengan
yang lebih baik. Cukup kau doakan saja dalam sepertiga malam akhirmu.
“Sungguh aku sulit buat lepas
dari dia, bikin galau banget, dan jadi sedih kalau keinget tentang dia. Kadang
kepikiran dia lagi ngapain, atau sekedar hanya pengen nanya kabarnya aja, masa
gitu aja gak boleh? Takut juga kalau ternyata nanti dia keduluan dikhithbah orang
lain”. Atau mungkin kita juga pernah terlalu sibuk memendam perasaan untuk seseorang dan rasa memendam itu sering membuncah dalam kegelisahan, sering menjadikan beban pikiran, dan terkadang membuat diri kita memilih untuk memikirkannya daripada mengambil aksi untuk memantaskan diri. Sungguh pemikiran ini yang melemahkan, cepat atau lambat kau hanya akan
tampak semakin lemah, dan semakin banyak pemuda islam yang lemah semakin cepat
pula keruntuhan ini akan segera terjadi. Saya juga pernah merasakan yang
seperti ini, tapi justru disinilah titik lemah yang bisa saya jadikan kekuatan.
Saya percaya dan amat sangat percaya wanita yang baik hanya untuk pria yang
baik. Ketika disepertiga malam mata ini berat sekali untuk terbuka, saya coba
membayangkan apa jadinya kalau saya tidak bangun tahajud malam ini, bisa jadi
jodoh saya juga gak akan bangun tahajud. Hari ini harusnya puasa, aduh tapi
males banget buat bangun sahur dan menjaga lapar-dahaga seharian padahal banyak
praktikum dan ujian hari ini, tapi kalau aku gak puasa sunnah hari ini boleh
jadi jodohku juga gak puasa. Pemikiran saya tentang dia yang tadinya
melemahkan, bisa saya konversikan menjadi sebuah kekuatan besar untuk mengubah
hidup saya, menjadikan diri saya untuk terus berbenah. Cinta akan syahwat
disini ibaratkan energi yang luar biasa, masih ingat dengan hukum kekekalan
energi? Kali ini saya kan mengganti energi itu dengan hukum kekekalan cinta. “Cinta
tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tapi cinta bisa konversikan dari
bentuk satu ke bentuk yang lain”. Maka sudah saatnyalah ketika cinta itu
melemahkan kita harus segera kita ubah untuk menjadi hal yang menguatkan kita. Disinilah
pointnya, mungkin pembaca punya cara masing-masing juga untuk mengkonversikan
itu semua, percayalah bahwa cinta itu tak melemahkan jiwa-jiwa yang kuat, tapi
menguatkan jiwa-jiwa yang lemah. Jika dengan perasaan cinta itu justru kita
terbuai dengan kegelisahan, sudah saatnya kita curiga bahwa ini bukanlah cinta,
mungkin ini hanyalah nafsu belaka.
Didunia ini segalanya hanya akan
berkutat dengan dua hal yang akan selalu berlawanan, senang-sedih, kaya-miskin,
lapang-sempit, tua-muda, kuat-lemah, baik-buruk, dan berbagai macam kosa kata
perlawanan lainnya. Dan kita hanya bisa melakukan satu hal dari dua hal yang
berlawanan tersebut, jika kita tak disibukkan dengan melakukan kebaikan
nisacahya kita akan disibukkan dengan keburukan, semua yang berlawanan itu akan
selalu ada, tinggal kita pilih mau yang mana. Ketika energi yang datang itu
mulai menggelisahkan kita, segeralah kita lampiaskan untuk kegiatan yang lebih
bermanfaat, menyibukkan diri untuk menjadikan jiwa yang lebih baik, dan yang
pasti menguatkan hati kita ini.
Cukuplah Allah yang tahu seberapa
besar rasa cinta kita untuk si dia, cukuplah Allah yang tahu bahwa kita
berpeluh dalam doa di sepertiga malam menyebut namanya, cukuplah Allah yang
tahu seberapa besar usaha kita memantaskan diri untuknya. Tak inginkah kau
memiliki cinta mulia? Nikmat berbuka hanya akan dirasakan bagi orang yang
berpuasa. Pilihannya adalah kau mau berbuka sekarang atau berbuka disaat ijab
qabul telah mengumandang?