(sedangkan
kewajiban seorang raja, memiliki akhlak yang disebut berbudi bawa leksana)
Sebagai seorang Top Level Manager,
tak jarang ditemui kejadian yang membutuhkan perhatian khusus dan
membingungkan. Begitu pula seorang pemimpin dalam sebuah organisasi yang selalu
dituntut untuk bersikap bijak dan adil dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Jika pemimpin itu tak punya pegangan yang kuat, dia bersama organisasi yang
dipimpinnya cepat atau lambat pasti akan menemui kehancuran. Oleh karena itu,
hampir semua pemimpin berbondong-bondong mencari teori kepemimpinan yang paling
baik dan tepat untuk diterapkan.
Sampai saat ini, banyak teori
kepemimpinan yang telah bermunculan dan berkembang. Akan tetapi, disini penulis
ingin sedikit mengupas salah satu teori kepemimpinan jawa kuna yang begitu
termahsyur. Teori tersebut bernama HASTABRATA. Banyak spekulasi yang muncul
mengenai siapa penggagas dari teori ini. Ada yang menyebut berasal dari budaya
India kuno, ada juga yang menganggap bahwa teori ini berkembang saat Raja
Airlangga memimpin tanah jawa.
Mungkin dikalangan orang jawa teori
ini sering didengar saat pagelaran WAYANG KULIT Prabu Rama memberi nasehat
kepada Raden Wibisana ataupun Prabu Kresna memberikan petuahnya kepada Raden
Arjuna. Disini terlihat adanya satu keunikan, bahwasanya Prabu Rama dan Prabu
Kresna itu sendiri digadang-gadang sebagai jelmaan Dewa Wisnu, dewa penjaga
alam semesta. Mungkin leluhur kita ingin menyampaikan bahwa teori Hastabrata
ini jika diamalkan secara tepat dapat menjadi sebuah pegangan untuk menjaga
kelestarian dunia. Akan tetapi, apakah teori tersebut sudah diamalkan oleh para
pemimpin bangsa?
Secara etimologis, “Hasta” artinya
delapan, sedangkan “Brata” artinya langkah. Secara terminologis berarti delapan
langkah yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengemban misi
kepemimpinannya. Langkah-langkah tersebut mencontoh delapan watak dari
benda-benda di alam yakni Bumi, Matahari, Bulan. Bintang, Api, Angin, laut, dan
Air.
Bumi, wataknya adalah ajeg.
Sifatnya yang tegas, konstan, konsisten, dan apa adanya. Bumi menawarkan
kesejahteraan bagi seluruh mahkluk hidup yang ada di atasnya. Tidak pandang
bulu, tidak pilih kasih, dan tidak membeda-bedakan.
Matahari selalu memberi penerangan (di kala
siang), kehangatan, serta energi yang merata di seluruh pelosok bumi. Energi
dari cahaya matahari juga merupakan sumber energi dari seluruh kehidupan di
muka bumi. Pemimpin juga harus memberi semangat, membangkitkan motivasi dan
memberi kemanfaatan pengetahuan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Bulan mungkin lebih berguna daripada
matahari. Karena dibandingkan matahari, bulan memberi penerangan saat gelap
dengan cahaya yang sejuk dan tidak menyilaukan. Pemimpin yang berwatak bulan
memberi kesempatan di kala gelap, memberi kehangatan di kala susah, memberi
solusi saat masalah dan menjadi penengah di tengah konflik.
Bintang adalah penunjuk arah yang indah.
Seorang pemimpin harus berwatak bintang dalam artian harus mampu menjadi
panutan dan memberi petunjuk bagi orang yang dipimpinnya. Pendirian yang teguh
karena tidak pernah berpindah bisa menjadi pedoman arah dalam melangkah.
Api bersifat membakar. Artinya seorang
pemimpin harus mampu membakar jika diperlukan. Jika terdapat resiko yang
mungkin bisa merusak organisasi, kemampuan untuk merusak dan menghancurkan
resiko tersebut sangat membantu untuk kelangsungan oraganisasi.
Angin adalah udara yang bergerak.
Maksudnya kalo udara itu ada di mana saja. Dan angin itu ringan bergerak ke
mana aja. Jadi pemimpin itu, meskipun mungkin kehadiran seorang pemimpin tidak
disadari, namun ada dimanapun dia dibutuhkan. Pemimpin juga tak pernah lelah
bergerak dalam mengawasi orang yang dipimpinnya. Memastikan baik-baik saja dan
tidak hanya mengandalkan laporan yang bisa saja direkayasa.
Laut atau samudra yang lapang, luas,
menjadi muara dari banyak aliran sungai. Artinya seorang pemimpin mesti
bersifat lapang dada dalam menerima banyak masalah dari anak buah. Menyikapi
keanekaragaman anak buah sebagai hal yang wajar dan menanggapi dengan kacamata
dan hati yang bersih.
Air mengalir sampai jauh dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Meskipun wadahnya berbeda-beda, air selalu
mempunyai permukaan yang datar. Artinya, pemimpin harus berwatak air yang
berprinsip keadilan dan sama rata, kesamaan derajat dan kedudukan. Selain itu,
sifat dasar air adalah menyucikan. Pemimpn harus bersih dan mampu membersihkan
diri dan lingkungannya dari hal yang kotor dan mengotori.
Semoga pembaca yang budiman tidak
hanya membaca tapi juga memahami salah satu ajaran luhur dari leluhur kita ini.
Karena pada dasarnya kita semua adalah pemimpin. Minimalnya tubuh ini adalah
pemimpin bagi jutaan sel-sel yang terorganisasi rapi di dalam tubuh kita.
Supaya pada akhirnya bisa tercipta sebuah keharmonisan hidup, seperti
keharmonisan di alam.
dene
wajibe ksatriatama hanetepi kasungguhanira, nderek hamemayu hayuning
bawana
(sedangkan
kewajiban seorang ksatria menunaikan kesungguhannya untuk ikut menjaga
kelestarian bumi)
0 komentar:
Posting Komentar