Mentari pagi ini
nampaknya masih malu-malu keluar dari bali bukit seberang. Tapi sinar biasnya
cerah, amat sangat cerah bahkan untuk seukuran bulan Januari yang dimana hujan
biasanya jarang di-pause oleh Sang Vitae Auctor. Bahkan tak heran banyak
orang bergumam bahwa bulan Januari adalah singkatan dari hujan setiap hari.
Ah lupakan
sejenak soal cuaca, hari ini hari ke-21 tertanggal setelah tahun baru 2020, ini
adalah hari pertamaku di klinik pribadiku yang baru, karena kurasa klinikku
yang sebelumnya kurang representatif sehingga hanya 3 bulan aku berada disana.
Klinikku yang sekarang berada di sudut pertigaan kota di salah satu jalan
protokol di kota Surakarta, Jawa Tengah. Sungguh benar-benar mencolok jika
dibandingkan dengan bangunan sekitarnya yang notabene warisan keraton-keraton
kasunanan Surakarta Hadiningrat. Klinik ini lumayan besar, menjulang tiga
lantai, tentu sangat timpang kalau dibandingkan dengan klinik-klinik dokter
biasanya. Cat temboknya warna merah jambu, mungkin pink lebih mudah untuk
disebut, pintu dan jendelanya berwarnakan ungu muda. Kaca jendelanya one dirrection untuk menatap pemadangan
lalu lalang kendaraan jalan protokol ini, karena dinamisasi ujung jalan bagiku
adalah rereshing paling murah dan menyenangkan. Oh ya ada satu lagi komponen
praktik dokter yang tak pernah terlewat, papan ijin praktik digital yang baru
dipasang 2 hari lalu berwarna hitam dengan animasi tulisan warna merah yang
bertuliskan dr. Habib Fii Qolbi, Sp.C-KH.
Banyak orang
bertanya tentang nama yang terpampang disitu, tak lain dan tak bukan namaku. Habib
Fii Qolbi, nama persembahan dari orang tuaku. Berasal dari bahasa Arab, Habib
berarti cinta, Fii berarti dalam, Qolbi berarti hati. Kemudian apabila ketiga
kata itu dipersatukan dalam untaian nama, berarti cinta dalam hati. Kata orang
tuaku, dulu mereka berdua adalah teman sejawat ketika sama-sama duduk di bangku
kuliah, disalah satu Fakultas Kedokteran negeri di Surakarta. Sejak semester
pertama ternyata beliau berdua saling memperhatikan, tapi hingga sumpah dokter
mengumandang masih tetap saja tak ada satu ucap kata cinta pun diantara beliau
berdua. Lalu mengapa sekarang beliau berdua bersatu? Nah ini cerita yang
panjang, lain waktu aku akan bercerita tentang orang tuaku. Pada intinya cinta
yang dipendam dalam hati dalam-dalam sejak awal kuliah itulah yang
menginspirasi beliau untuk memberikan nama galau ini padaku. Aku senang,
bahkan sangat bangga dengan ini.
Oh ya usiaku
kini 27 tahun, aku mengenyam bangku kuliah di usia 18 tahun dan
menyelesaikannya pendidikan preklinik perkuliahan dan pendidikan klinik sebagai
dokter muda dalam waktu 4 tahun saja. Padahal disela-sela kegiatan kuliah pun
aku masih menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan organisasi dan penelitian
di laboratorium kampus. Kemudian setelah itu aku mengambil spesialisasi sebagai
dokter spesialis cinta, hanya kutempuh selama 8 semester, padahal normalnya 11
semester sama seperti masa yang ditempuh residen saraf, sekaligus setahun
kemarin kuselesaikan pendidikan konsultan hati. PPDS cinta ini pun memang juga
baru pertama kali diresmikan 5 tahun yang lalu, jadi tepat aku adalah lulusan
pertama dan tercepat untuk program spesialisasi cinta ini.
Muda, cerdas,
ganteng, tegas, berwibawa, bijaksana, dan paham semua teori cinta namun satu
hal aku masih belum memiliki kekasih. Bukan karena aku tak laku, mungkin karena
terlalu berprinsip ketika masa pendidikan aku tak mau terlibat dulu dengan
urusan hati dan harus benar-benar fokus pada studiku, disisi lain mungkin aku
juga terlalu selektif untuk memilih calon. Sebenarnya ada satu gadis yang
benar-benar bisa menggetarkan hatiku, dia adik tingkat setahun dibawahku.
Sholihah, berbudi tinggi, lemah lembut, dan kalem. Fisikly jangan tanya dia
cantik, putih, dan menggemaskan bagiku, bahkan tanpa melihatnya pun aku sudah
bisa merasakan aura kehadirannya dan yang pasti dia bukan wanita biasa bagiku, mungkin
bidadari yang turun dari surga lebih cocok untuk tersemat dalam pribadinya.
Tapi apalah daya, terlalu banyak pula pria yang jatuh cinta padanya, dan
mungkin nama Habib Fii Qolbi memang sangat cocok sekali dengan keadaanku saat
ini. Sama seperti keadaan orang tuaku dulu, tak salah memang kalau banyak orang
berkata nama adalah doa.
Di klinik
pribadiku ini aku menerima segala konsultasi permasalahan tentang cinta. Mulai
dari kasus cinta monyet yang diderita anak taman kanak-kanak hingga cinta gorila
yang diderita para lansia usia diatas 60 tahun, aku paham semua teorinya. Aku
memang sudah sering menyelesaikan beberapa kasus-kasus tentang cinta, mulai
dari pengalaman pribadiku hingga pengalaman teman-teman sejawat sesama dokter
ketika masih menjadi mahasiswa dulu. Tak ada yang meragukan kemampuanku. Bahkan
tingkat spesifitas dan sensitivitas penatalaksanaan yang aku berikan utuk
keduanya mencapai 99%, ini bukan hasil kalkulasi pribadi, namun memang hasil
kalkulasi statistik yang telah sesui dengan metodologi penelitian kedokteran. So
jangan ragu untuk berkonsultasi di klinikku. Mulai dari kasus jatuh cinta,
putus cinta, patah hati, perselingkuhan, long
distance relationship, konsultasi pernikahan, malam pertama, membina
keluarga, dan segala sesuatu tentang cinta bisa didapatkan solusinya disini.
Oh ya satu lagi
tentang klinikku yang belum aku sebutkan, disini ada tiga lantai dengan desain
interior yang luar biasa menawan. Lantai pertama telah aku alokasikan untuk
lobi, pendaftaran, dan pusat infomasi. Lantai kedua adalah ruang praktikku
lengkap dengan fasilitas dan alat operasi cinta untuk skala minor. Dan dilantai
ketiga adalah biro jodoh untuk mereka-mereka yang ingin mencari pasangan, tentu
saja mulai dari anak taman kanak-kanak sampai lansia kami layani disini. Semua
karyawanku yang ada disini adalah hasil boyongan dari klinik sebelumnya, mereka
semua staff-staff yang terididik dan juga luar biasa. Disini aku juga menerima
dokter muda dan residen cinta titipan beberapa rumah sakit pendidikan.
Cukup sekian
untuk hari pertama ini, mungkin kita bisa jumpa lagi esok dengan kasus-kasus
yang aku hadapi. Tentu saja dengan tetap menjadi pembaca setia cerita bersambung
“Dokter Cinta” di blog kesayanganmu ini.
0 komentar:
Posting Komentar