Kotak Puisi

terkadang diam menjadi pilihan
tatkala yang lain bersua tanpa arahan
mungkin bait tulisan menjadi acuan
ketika lantang tak merubah tujuan

puisiku
diamku
mengental syahdu
menyeruak dari otakku

tulisan yang beronak adalah sepenggal cercah cahaya
menerangi mulut yang terkadang suram membungkam
menelanjangi kata-kata yang terkadang menggelapkan terang
mengungkapkan yang tak biasa terungkap indera

halaman ini saya persembahkan untuk ekspresi jiwa yang tak terucap oleh kata
terkadang menulis puisi membuka pintu bungkam dalam kalimat nyata
biarkan isi hati meluap dalam balutan sajak dan rima
ini semua hanya antara aku dan pikiranku, antara kamu dan pikiranmu
karena semuanya bebas menulis disini

28 komentar:

  1. PAGI SYAHDU BERSAMAMU

    Tak ada yang lebih menyenangkan
    Selain bercumbu dengan keramaian
    Orang-orang yang berpadu
    Kata-kata yang berseru

    Aku masih berkutat dengan tinta dan lembaran kayu
    Menggores gambar yang tak berubah
    Menulis namaku bersambung roboh
    Ditimpal tinta warna merah

    Aku masih memandangmu
    Aku masih melihatmu
    Duhai gadis gamis ungu
    Aku masih seperti yang dulu

    BalasHapus
  2. MENULIS RINDU

    Sekarang aku tak perlu menulis rindu
    Menulis tentangmu hanya membuang tinta merahku
    Aku berhenti menulis
    Karena aku hanyak cukup merindu

    Tak ada kata yang terucap
    Tak ada muka yang bertatap
    Tak ada rasa yang menancap
    Yang aku tau kau pernah ada, tetap ada, dan selalu ada dalam balutan rinduku

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebait rindu
      biarkan rindu bercuap
      hati tak kan selalu berucap
      walau air mata selalu meratap
      pastilah selalu tangan kan mengusap

      Hapus
    2. Allah pasti akan tanggap
      Akan hati kita yang berhimpun dan berharap
      Meski pandangan tak pernah bertatap
      Semoga kelak ijabku atas dirimu terucap

      Hapus
    3. terikat ijab ucapan syahdu
      terikat janji dalam bermadu
      selalu ingat Allah maha tahu
      tempatkan niat dalam doa selalulah kan mengadu
      sampai akhir masa aku dirimu menjadi satu

      Hapus
    4. meski raga tak mungkin bersatu
      teringin mata yang selalu pilu
      walau kalbu menggerus ragu
      tetaplah kau percaya Sang penggerak kalbu
      dari Hawa yang slalu kau rindu

      Hapus
  3. SENJA HARI INI

    Sore merebak menggiring awan-awan
    Mereka tak tahu kemana berjalan
    Angin juga hanya berhembus sekenanya
    Meniup dedaunan menari gemulai

    Hari ini ramadhan yang kesembilan
    Batin ini masih seperti senja yang kemarin
    Mencumbui langit merah senja
    Kerinduan yang mengental menanti adzan

    Aku masih duduk
    Sendiri
    Tanpa teman
    Namun bersama-Mu

    BalasHapus
  4. BOSAN BERDOA

    Aku bosan mendoakanmu
    Karena aku malu selalu mengulang nama yang sama

    Aku bosan mendoakanmu
    Karena Allah tau aku akan menyebut namamu

    Aku bosan mendoakanmu
    Karena tanpa kuminta Allah akan tetap menjagamu

    Aku bosan mendoakanmu
    Karena pasti Allah senantiasa melindungimu

    Aku bosan mendoakanmu
    Karena tanpa kusadari aku tak bisa berhenti mendoakanmu

    Aku bosaaaannnn!!!
    Benar-benar bosaaaaaannn!!!
    Satu hal yang tak pernah kurasa bosan
    Berdoa suatu saat kita akan bertemu dalam mahligai cinta yang syahdu

    BalasHapus
  5. AKU YANG MENGANDAI

    Anda bulan malam ini bisa bersaksi
    Ia mungkin hanya berucap
    Betapa berpendarnya wajahmu mengalahkan sinarnya

    Anda bintang malam ini bisa bersaksi
    Ia mungkin hanya berucap
    Betapa indah kedip matamu mengalahkan kelipnya

    Andai langit malam ini bisa bersaksi
    Ia mungkin hanya berucap
    Betapa terang rona jiwamu mengalahkan gelapnya

    Andai aku malam ini bisa bersaksi
    Aku hanya ingin berucap
    Betapa merindunya aku mengalahkan rinduku malam kemarin

    BalasHapus
  6. TAK LAGI PEDULI

    Jarum jam masih memacu cepat pukul 23:57
    Beberapa menit lagi semua kelu ini akan berpindah hari
    Dan apakah kau masih tetap akan peduli?
    Tak masalah kalau masih ada kata nanti
    Yang tak ku mau hanya kata yang tiada
    Karena semakin panjang waktu, rinduku dibakar api
    Aku cuma takut, ketika hati tak akan bermesrah lagi seperti sedia kala
    Seperti yang dibasahkan lidah
    Kalaupun yang tersisa cuma nanah dan darah
    Tak apalah
    Semoga masih ada bidadari yang masih mau peduli

    BalasHapus
  7. pasti

    berawal dari sebuah nama
    hamba sahaya berlaku,
    hamba berucap,
    hamba bersujud,
    demi sebuah nama,
    demi awal, dan akhir yang pasti
    untuk melihat yang semu
    yang ada di akhir perjalanan nanti

    BalasHapus
  8. DALAM MASJID (SURAU) KAMI

    empat selasar tempatnya
    berpaling selasar utara, qur;an di baca
    berpaling selasar timur, i'tikaf tiada kata
    berpaling selasar selatan, sujud tiada merasa
    berpaling selasar barat, gerbang terbuka

    berpaling pada kami,
    tidak bertempat, mencari kami di selasar
    tidak berjumpa kami di selasar,
    menemukan kami di pasar,

    berlarilah Kami!!
    selasar menunggumu,
    sekarang selasar sepi,
    berguling lalu tanah berdebu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sungguh tiada ucapanmu yang salah akhi
      Tadarusan di masjid tadi layaknya berteman sepi
      Pemuda-pemudanya sudah tak peduli
      Semoga kita masih mendapat panggilan hati

      Untuk memakmurkan masjid (surau) kami

      Hapus
    2. selama senja tak berlalu
      begitupun kami kan selalu mengadu
      akan kesombongan diri yang tiada tahu malu
      berpaling menuju salah satu selasar itu
      kan berharap ampunan dan petunjuk atas kuasa-Mu

      Hapus
  9. SAHABAT DALAM GELAP
    kala cahaya menunjukkan dirinya
    menunjukkan terang dan sinar gemerlap
    menerangi tiap insan dalam diri

    insan berjalan tanpa peduli
    insan pun goyah
    namun,
    kan selalu bayangan di baliknya meninggi
    menopang badan dan diri insan
    memanjangkan pikiran dan mimpi insan

    tapi, bayangan selalu tiada diperduli
    dianjak ditindih setiap hari
    bertubrukan dengan batu tak mengadu

    suatu ketika cahaya tak kembali
    insan pun seorang diri
    tak bermandikan cahaya, lalu berpaling dirinya
    melihat kebelakan, hai insan
    dicarinya sahabatnya bayangan, namun
    bayangan tak ada disana
    hanya kegelapan hitam pekat tak berujung muara
    insan sedih tak terkira
    sahabatnya yang bersamanya telah tiada

    dan tak terasa bulan pun menyinari
    bulan sabit kala itu
    menerangi insan dengan redup sinarnya
    dalam kesedihannya dia menatap bulan itu
    dan berusaha berdirilah insan, ditopang sebuah tangan hitam
    menoleh lah insan sahabatnya telah kembali
    bayangan tersenyum kaku, senyum sendu
    mereka melepas rindu bermandikan bulan sabit di malam itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subhanallah, saya harus baca sampe 3x buat memahami maksudnya :)

      Hapus
  10. WC EDISI GABUNGAN
    Dari surga lapis ke tujuh sampai neraka lapis-lapis
    Dari neraka lapis-lapis tembus ke merkurius
    Dari merkurius loncat ke Venus
    Dari venus Nyungsep di Bumi
    Dari Bumi nyemplung Di Bengawan Solo
    Hai...
    Nama WC umur Suwidak limo, Kulo gerah matoh,
    matursuwun jonegoro, saya sembuh
    Sanggul-sanggul Batik mematik cantik mbatik
    Jarik-jarik mbok.e pak.e pak dhe bu dhe
    Buku tulis putih merah, putih biru, putih abu
    Hati-hati penari menari mengelilingi matahari sampai bumi kembali ke nadi
    Kuning-kuning berdendang dangdut dandang gendang kemplung
    Bangga Saya pada WC
    Sudah-sudah..
    Saya mau WC
    WC mana to?
    Ya Wife country
    Saya bangga dengannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh kang, pikiranku yo menari-nari memahami maksud tulisanem
      Tapi apik kang, puisi kontemporer ngene iki sing saiki lagi ngetrend
      Joss gandos!!!
      Matur nuwun mampir

      Hapus
    2. Bukan ngetrend, Lebih tepatnya inilah ciri khas seorang penyair untuk menyampaikan pikiran melalui sastra. Setiap penulis mempunyai style-nya masing-masing kakak

      Hapus
  11. SENJA HITAM
    menunggu senja tak kunjung memerah
    perlahan di ujung langit sana menghitam
    terpukul badai kala itu
    langit mengernyitkan dahi mengelak dari pukulan badai,
    tak pelak badai membuat tangis hujan menitik pada bumi
    senja pun menghitam,
    tak pelak berujung topan,
    topan kala itu
    menerjang semua kegelisahan
    aku tak menahu kapan topan itu akan berhenti
    dan dimana kah topan itu akan berhenti?
    aku hanya tahu topan itu akan berlalu, meninggalkan kota ini
    melewati senja hitam, kali ini

    BalasHapus
  12. NEGERI INI TAK MUNGKIN BERGUNCANG TANPA MORAL

    Kucoba mengutip perkataan salah seorang pemuda yang telah membuat perubahan besar pada masanya.
    “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya . Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”
    Rasa-rasanya itu semua hanya menjadi sebuah omong kosong penuh retorika warisan zaman belaka, bukan masalah pada redakturnya, tapi coba lihat realitanya saat ini.
    Apa mungkin bisa 10 pemuda yang cangkruk di angkringan warung kopi itu mengguncangkan dunia dengan obrolan-obrolan payah?
    Apa mungkin bisa 10 pemuda geng motor itu mengguncangkan dunia dengan suara derum knalpot yang bikin pekak telinga?
    Apa mungkin bisa 10 pemuda yang tawuran itu mengguncangkan dunia dengan batu-batu dan pentungan kayunya?
    Apa mungkin bisa 10 pemuda pemakai narkoba mengguncangkan dunia dengan jarum suntik dan penghisap ganja?
    Apa mungkin bisa 10 pemuda-pemudi yang genap 5 pasang itu sedang pacaran di sudut hotel melati mengguncangkan dunia dengan melahirkan bayi-bayi penggedor bangsa yang orang tuanya saja tak menginginkannya?
    Maaf kalau pikiranku terlalu terpaku belenggu.
    Mana mungkin ada 10 pemuda yang bisa mengguncangkan dunia kalau moral saja mereka tak punya? Miris!

    BalasHapus
  13. PATOLOGI NEGERI

    Negeri ini menangis pilu lagi syahdu
    pemudanya tak lagi bermoral dan seakan tak punya pilihan
    Memilih tak bertindak apa-apa, sekali bertindak tapi merusak
    memilih untuk tak berkata apa-apa, sekali berkata tapi mencerca

    Dimana sumpah pemuda yang dulu terikrar
    atau hanya dokumen lusuh nan usang ditelan zaman
    Hanya segelintir pemuda yang masih peduli nasib pertiwi
    yang punya mimpi tinggi untuk mengubah negeri

    Kita punya pilihan, untuk diam atau peduli?

    BalasHapus
  14. RAMADHAN SAYANG

    Sayangku, nampaknya pertemuan kita yang sebulan ini terlalu amat singkat
    detik-detik itu masih mengalir di penghujung kepergianmu.
    Sayangku, maaf jika aku tak terlalu bisa membahagiakanamu di pertemuan singkat ini
    semoga di tahun esok engkau masih berkenan bertemu denganku.
    Sayangku, rasanya masih terlalu banyak hal yang perlu kuperbaiki bersamamu
    aku tahu bukan karena engkau enggan disini, namun memang kau harus pergi ditelan waktu.
    Sayangku, semoga kelak Allah mempertemukan kita lagi
    aku masih merindukanmu, dan akan terus merindu.

    BalasHapus
  15. POSESIF

    pagi itu terlihat lagi olehku,
    kerlingan, senyuman, dan indah parasmu
    berontak...
    inginku congkel indah matamu
    inginku cabut indah senyum dan parasmu
    untuk milikku
    milikku sendiri
    aku sudah di belakangmu
    dengan berontak hati menggebu ini
    namun sebuah tamparan keras mendarat di relung hatiku
    ayat-ayat indah nan syahdu itu telah kembali
    kembali mengingatkanku
    bahwa engkau..
    yang serba indah itu, masih kalah indah,
    aku merasa salah
    atas berontak tak berlogika itu,
    ayat-ayat itu terlantun lagi,
    dalam mulut, hati, dan pikiranku
    menggantikan indah kerlingmu, indah senyummu
    indah parasmu,
    indah semu

    BalasHapus
  16. BANGSA INI

    Mahasiswanya sudah tak lagi peduli
    Pejabatnya sudah buta mata hati
    Semua hanya memikirkan kejayaan diri sendiri
    Menikmati hartanya untuk kepentingan pribadi
    Lalu perlahan imbasnya terkena pertiwi
    Tinggal hitungan detik lagi
    Apa kita tetap mau seperti ini
    Tega membiarkan Garuda tak mampu terbang tinggi
    Mau mati atau bangkit kembali

    Andaikan bangsa ini nyaris mati
    Indonesia kan selalu di hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indonesia tetaplah Indonesia
      Yang kaya akan budaya dan suku bahasa
      Yang pernah dieluh-eluh manusia sluruh jagat raya
      Yang pernah membabi buta dalam keberhasilan kemerdekaannya

      Tak akan ia tinggal kenangan
      Tak akan fenomena itu hanya sebagai sejarah rakitan
      Sebuah kemungkinan besar akan senantiasa terlahir beriringan
      Sebuah kemungkinan yang kita juga pertanggungjawabkan

      Kemungkinan abadi yang sudah dimulai
      Tapi belum dilumuri kesempurnaan mandiri
      Kesempurnaan itu masih menanti
      Calon-calon pemimpinnya yang sedang memperbaiki diri

      Hapus
  17. jika aku boleh berbagi mimpi
    aku akan bercerita bahwa aku memiliki sejuta mimpi
    untuk diriku, untuk masa depan ku dan untuk negeri tercintaku
    namun, semua butuh proses panjang

    marilah berpikir bagaimana indonesia 2030
    dan siapakah kita untuk saat itu?
    terkadang mereka masih buta akan sebuah waktu
    terkadang wacana sejarah merupakan dongeng yang membosankan
    terkadang kita lelah untuk berpikir !

    sekarang atau nanti, mari songsong semangat kita
    mari beranjak dan bergerak
    menuju perubahan dalam peradaban mulia

    aku
    mencintai indonesia

    BalasHapus
  18. ***Aku Cinta Kedokteran***

    Benarkah Aku tlah jatuh cinta?
    Dengan siapa?
    Ilmu kedokteran...
    Iya!!! Alhamdulillah...

    BalasHapus