Rabu, 31 Juli 2013

Getarkanlah Jiwamu: Sumpah Dokter


Mungkin sudah banyak yang tau dan hafal isi dari Sumpah “sakral” Dokter ini. Tetapi disini saya ingin kembali menggetarkan qolbun pembaca semua terkhusus sejawat dan calon sejawat dokter. Saya sendiri selalu mendengar audio Sumpah Dokter ini dikala sedang futur dan malas belajar. Sebagai pengingat akan mulianya pekerjaan yang akan saya emban di kemudian hari. Sebagai hembusan semangat tiada henti dalam menyongsong hari disaat saya ditasbihkan sebagai perpanjangan tangan Allah dalam menegakkan pilar-pilar nilai kehidupan terkhususnya dalam bidang kesehatan.
Janganlah berbesar hati ketika menjadi dokter/calon dokter. Profesi kedokteran seyogyanya adalah pelayan masyarakat. Yang hanya bisa dibanggakan dari profesi ini adalah sikap ramah dan ikhlas dalam melayani. Karena senyum kesembuhan dan kepuasaan masyarakat adalah hasil yang paling berharga.
Dokter berasal dari kata docere (bahasa latin) yang berarti untuk mengajar. Yang sejatinya seorang dokter harus menjadi seorang Guru di masyarakat kelak. Guru, digugu lan ditiru. Ketika telah memilih terjun ke profesi ini, belajarlah belajarlah dan belajarlah. Karena profesi dokter adalah gerbang pembuka tuk belajar sampai akhir hayat dan mengamalkannya setiap saat.

Bismillahirrahmanirrahim
Demi Allah saya bersumpah :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai dokter.
Saya akan tidak mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.
Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan kelamin, politik kepartaian atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita.
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
Saya akan memberikan kepada guru-guru dan bekas guru-guru saya penghormatan dan ucapan terima kasih yang selayaknya.
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan.
Saya akan menaati dan mengamalkan kode etik kedokteran indonesia.
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan dan harga diri saya.
Semoga Allah SWT senantiasa menolong kita semua.
Aamiin.

*monggo sambil menghayati video dibawah ini*



Nantikan Aku Dinda, Aku Akan Membuat Bidadari Cemburu Padamu

Bidadari bisa cemburu, bukan hanya karena elok paras dan perangaimu, namun mungkin juga karena pangeran disandingmu.

        Selamat malam Dinda, rembulan malam hari ini tetap seperti biasa. Muncul malu-malu dari balik gerombolan awan yang berarak-arak hitam ditutupi kelam. Cahayanya sayup-sayup lembut menerpa wajahku dengan sinar yang menenteramkan, aku yakin sinarmu kelak jauh lebih lembut daripada sinar Rembulan malam ini Dinda. Tak ayal jika nanti Rembulan dan gemintang mencemburui sinarmu yang elok nan syahdu menerpa rona wajahku yang sedang duduk di punggung bumi sambil membasahkan ayat-ayat yang merdu untuk-Nya dan untukmu.
       Tahukah engkau Dinda, setiap masa demi masa penduduk bumi senantiasa menambahkan jumlahnya satu persatu, hingga saat ini sekitar 7,1 milyar orang menginjakkan kakinya di kulit bumi yang usianya makin usang. Jumlah lelakinya tak kurang dari 3,5 milyar, dan diantara lelaki-lelaki itu ada aku. Lebih mengerucut di negeri dengan populasi terbesar nomor 4 ini dengan jumlah populasinya yang mencapai 251 juta, dan lihatlah diantara 120-an juta pria didaamnya ada aku pula. Begitu banyak pria-pria di muka bumi ini, tapi saksikanlah Dinda bahwa aku adalah satu dari sekian wajah-wajah yang terus menyebutmu dalam doa disepertiga malamku.
        Lihatlah Dinda, dari banyak pria-pria itu tentulah mereka semua tak sama, mereka pasti berbeda, begitupun aku. Pun aku juga memahamimu, tak ada wanita yang serupa dengamu, tak ada yang menyamaimu, dan pasti kau berbeda dengan yang lain. Tapi kita disini “sama” Dinda, aku dan kau berdiri pada kufu dan maqom yang sama sepertimu. Hanya tinggal menunggu waktu saja atas penantian kita yang berseru dan menderu malu pada diam. Aku akan menemukanmu, dan engkau akan menemukanku. Janji Allah disuratnya yang “Bercahaya” di ayat ke-26 itu akan berdiri kokoh tanpa gentar mempertahankan “kesamaan” kita, bukan begitu?
        Tak ada yang perlu kau risaukan saat ini dinda, tak usah kau bingung pria seperti apa yang akan membantu menopang seluruh kesedihanmu, yang mengasihimu dalam buaian syahdu, yang menemani siang dan malammu, yang bersedia mencicipi masakanmu tanpa rasa kelu, yang menjagamu beserta anak-anakmu, yang bersanding tawa kebahagiaan disampingmu atau bahkan yang akan bersedia menahan seluruh beban hidupmu dengan kaki-kakinya. Karena itu adalah aku. Aku yang akan menjaminkan semua itu untukmu Dinda. Tak perlu ada kekhawatiran apapun bagimu bukan? Karena aku telah bersedia mengorbankan segenap nyawaku untukmu kelak.
        Dinda, apa kau pernah mendengar nama ‘Abdurrahman Ibn ‘Auf? Dia adalah salah satu dari sekian orang terkaya di zaman Rasulullah dulu. Hartanya ta terkira, sedekahnya luar biasa. Kisaran sedekahnya bisa mencapai 40.000 dinar sekali bagi. Dan apabila coba dirupiahkan bisa mencapai 42,5 milyar, jumlah yang lumayan fantastis bukan untuk sekali sedekah. Bahkan apabila halal 1000 istri baginya, tak akan berkurang harta-hartanya. Tapi aku tak sekaya dia Dinda, dan cukuplah memiliki satu istri seperti dirimu telah mengayakan hatiku. Aku mungkin tak akan pernah bisa memanjakanmu dengan harta yang menjulang dan melimpah bak gunung uhud. Bukankah lebih dari cukup ketika nanti hartaku sudah telah menutup untuk memberikan kehidupan sederhana namun mengayakan akhirat kita kelak. Akan aku jaminkan bahwa kau akan merasa kaya karena telah memilikiku Dinda.
        Kemudian aku ingin berkisah pula padamu Dinda tentang seorang pemuda asal persia, Salman Al-Farisi namanya. Sejak kecil ilmu tentang teknik dan perang sudah ia telan. Siapa yang tak kenal kecerdasannya dalam strategi perang? Siapa yang paling tak bisa lepas dari cerita perang khandak? Tentulah dia, Salman pemuda yang amat sangat cerdas dengan idenya menggali parit di sekitaran daerah terbuka yang mengelilingi Madinah. Rasulullah pun mengakui tingkat pemikiran pintarnya. Mungkin aku tak sejenius dan secerdik Salman sehingga ia mendapa tempat disanding Rasulllah untuk menyiarkan agama-Nya. Namun bekal otak yang melekat dikepalaku ini rasa-rasanya cukup untuk bersanding denganmu Dinda, dan kemudian kita berdua bersama-sama melangkah pasti menyebarkan “amar ma’ruf nahi mungkar” sesuai tuntunan-Nya. Keindahan yang sederhana bukan untuk sekelas pemikiran pria sepertiku. Aku yang akan menjaminkan ilmuku ini cukup untuk kehidupan kita berdua kelak Dinda, di dunia maupun akhiratmu.
        Lalu aku akan akan sedikit berkisah tentang pria yang kuat lagi pemberani, apa Dinda sudah pernah mendengar tentang putra Walid Ibn Al-Mughirah yang bernama, Khalid Ibn Al-Walid? Siapa yang tak kenal tentang kekuatannya, musuh-musuh Rasulullah pun kelu lidahnya menyebut nama Khalid. Bahkan tak berlebihan apabila ia dijuluki Syaifullah Al-Maslul yang berarti “Pedang Allah yang terhunus” karena prestasinya dalam menakhlukkan timur tengah dan sekitarnya dalam naungan Islam. Tapi apakah aku sekuat itu Dinda? Tentu tak mungkin. Namun sudah cukup bukan ketika aku berdiri digarda depan untuk untuk senantiasa menjadi pedang yang terhunus menjaga kehormatanmu Dinda. Mempertaruhkan nyawa untuk menjaga setiap jengkal kemuliaan keluarga kita.
        Ya itulah diriku Dinda, diriku yang apa adanya. Tak sekaya 'Abdurrahman Ibn 'Auf, tak sepintar Salman Al-Farisi, tak sekuat Khalid Ibn Al-Walid. Tapi aku disini dengan keluarbiasaanku, dengan keistimewaanku, dan dengan segenap potensiku mengabdikan hatiku untuk-Nya dan untukmu Dinda. Kau akan melihat ribuan atah bahkan jutaan bidadari surga yang turun dari nirwana hanya untuk mencemburuimu, mencemburui karena kau yang memilikiku, mencemburui karena kau berhasil menawanku, mencemburui kebersamaan kita. Jadi tak perlu kau khawatirkan siapa pendampingmu kelak, karena itu aku. Dan aku yang kelak pasti akan jauh lebih luar biasa dari pada aku yang sekarang. Dan petemuan kita nanti yang akan mempertemukanmu dengan aku yang paling luar biasa. Nantikan aku Adindaku, karena Bidadari langit akan cemburu padamu.

Aku bermimpi melihatmu menari dalam tidur
Engkau dibawa malaikat melesat dari langit lapis tujuh
Dengan tabir sepotong kain sutera membalut kecantikanmu
Lalu malaikat berkata padaku,”Ini istrimu!”
Secepat kilat malaikat kepakkan sayap kembali ke langit.
Lalu kubuka tabir itu, tampakalah wajah merah dan sorot lembut matamu
Dan ternyata itu adalah engkau Dinda

Senin, 29 Juli 2013

Pilih Satu Mimpi Yang Tinggi, Lalu Kejar Sampai Mati!!!

Guys, akhir-akhir ini karena sedikit nganggur dirumah saya bener-bener jadi blog-stalker di depan laptop. Tapi InsyaAllah liburan ini saya sedang mencari inspirasi besar untuk melakukan perubahan besar, amiin. Nah ini semua tak lepas dari para orang-orang besar yang suka saya kepoin, tak usah jauh-jauh kalau nyari inspirasi, saya lebih suka nyari inspirasi dari orang-orang yang kehidupannya tidak jauh beda dengan saya tujuannya tak lain dan tak bukan untuk mengurangi distorsi mimpi. Karena ketika kita melihat orang yang tak jauh beda dengan kita dan dia adalah salah satu orang luar biasa, rasa-rasanya dalam hati kita bisa berkata “Tak ada yang tak mungkin, kalau dia bisa harusnya saya juga!” itu yang berusaha saya tanamkan dalam hati saya. Dan tokoh inspirator saya ini tentunya juga mahasiswa, namun dia 6 tahun lebih tua daripada saya. Sebut saja akh RidwansyahYusuf Achmad, beliau ini mahasiswa Teknik Plaonologi ITB angkatan tahun 2005. Mantan ketua GAMAIS (LDK) dan Presiden BEM KM ITB,dan saat ini sedang menempuh kuliah S2 di Belanda. Jangan tanya tentang prestasinya, subhanallah luar biasa. Dan rasa-rasanya tak terlalu berlebihan kalau saya mau mengkiblatkan cara berpikir seperti beliau. Yang saya sadari saat ini saya dan beliau sama-sama mahasiswa, dan tentunya saya juga bisa punya mimpi seperti beliau. Bahkan beliau juga sempat menuliskan kriteria istrinya juga lho, dan alhamdulillah di usia 23 tahun kemarin beliau menikah dengan kriteria istri yang pernah beliau tuliskan 3-4 tahun sebelumnya.
Setelah saya ubek-ubek blog beliau sebenarnya tak ada yang istimewa dari cara hidup beliau, semuanya hampir biasa saja. Tak jauh beda dengan mayoritas mahasiswa lainnya beliau juga seorang mahasiswa biasa. Lalu apa bedanya sehingga dia bisa menjadi luar biasa? Yang membedakan dengan kita adalah mimpinya. Beliau punya mimpi yang sangat besar sekali, ini contoh dreamboard milik beliau. Kalau masalah mimpi beliau yang lebih terperinci nampaknya pembaca bisa tanya sama beliau langsung aja ya.

Mimpi besar beliau pada dasarnya cuma satu, yakni membuat “Indonesia Tersenyum”. Tapi untuk mendapat mimpi besar tersebut pasti akan diraih memerlukan jutaan mimpi-mimpi yang lain. Bukan begitu? Oleh karena itulah beliau menambahkan impian-impiannya yang lain seperti S2/S3 keluar negeri, kekayaan, menjadi penulis, pengusaha, dan segala mimpi-mimpinya yang lain, bahkan menurut saya pantas kalau beliau juga ingin menambahkan impian sebagai Presiden Indonesia.
Pasti sebagian besar dari kita bertanya, itu mimpi apa nggak ketinggian. Kalau menurut saya mimpi memang harus tinggi, bahkan setinggi mungkin. Asal nggak mimpi buat jadi Tuhan, menurut saya semuanya rasional. Kalaupun mimpi yang tinggi itu nggak kesampaian, paling tidak masih nyangkut dibawahnya. Bukan begitu? Dulu saya punya mimpi kuliah di FK UI, dan alhamdulillah nyangkut di FK UNS. Harusnya dulu saya melempar mimpi ngambil M.D. di Harvard biar nyangkutnya di FK UI.
Setelah itu beberapa hari yang lalu saya coba mencari-cari cara untuk merangkai semua mimpi-mimpi saya, tentunya mimpi-mimpi itu harus fokus dan tidak boleh ada distorsi maupun friksi dalam pencapaiannya. Karena mimpi yang terstruktur itu akan jauh lebih mudah dicapai daripada mimpi yang gak jelas kemana-mana, atau bahkan jangan-jangan mimpinya juga gak jelas. Nah agar mimpi itu terstruktur maka kita butuh bikin proposal hidup. Kalau masalah ini saya gak akan ngeshare dengan versi saya karena saya sendiri juga masih belajar, kita pake acuan dari motivator ulung Jamil Azzaini aja ya.
Ini silahkan dibaca satu persatu guys :
Nah oke setelah kalian baca semua itu tadi apa yang harus kalian lakukan? Sederhana silahkan mulai dari sekarang! Kapan-kapan saya bakal ngeshare juga mimpi-mimpi saya buat para pembaca sekalian, tapi gak sekarang karena masih mau saya restrukturalisasi lagi dan mau dibikin dreamboard dulu. Oh ya satu hal lagi, sepuluh atau dua puluh tahun lagi kita bertemu dengan membawa pencapaian mimpi kita masing-masing ya guys! SEMANGAT!!!

"Semua orang adalah pemimpi. Mereka melihat segalanya bagaikan kabut lembayung pada musim semi, atau sebagai api yang membakar pada malam musim dingin. Beberapa dari kita membiarkan suatu impian mati, namun yang lain memupuk dan melindunginya, merawatnya dalam hari-hari buruk hingga membawanya ke sinar matahari dan juga cahaya yang selalu menghampiri mereka yang selalu berharap impiannya akan menjadi nyata." -Woodrow Wilson-

Jumat, 26 Juli 2013

Membaca, kemudian menulislah, maka kau akan abadi!!!

Menulislah, maka kau akan abadi!!! Ini peribahasa yang memecut saya untuk terus produktif menulis dan memacu saya untuk mengajak orang lain senantiasa menulis. Problematikanya adalah bagaimana kalau kita belum mampu menulis?

        Akhir-akhir ini tidak bisa saya pungkiri bahwa semangat saya untuk produktif nulis artikel di blog ini sedang membuncah. Tapi tak jarang ketika ide di otak saya sedang meletup-letup justru saya terkendala untuk menuliskannya dengan kekuatan bahasa maupun diksi yang indah dan menarik bagi pembaca. Akhirnya saya mencoba buka-buka artikel dengan kekuatan magis di blog sebelah tempat saya berkiblat, semisal blognya Ust. Salim A. Fillah, blognya Mas Dani Ferdian, blognya Uda Ridwansyah yusuf. Sungguh tulisan mereka bisa mengemas pembaca untuk mau tak mau terjun dan larut dalam karya-karya mereka, saya selalu terkagum-kagum dengan gaya bahasa mereka yang khas untuk mengajak pembaca terbawa alunan tiap huruf yang mereka padukan. Jangankan blog, buku mereka saja sudah banyak yang terbit di pasaran. Dan itu membuat saya semakin penasaran akan resep kekuatan tulisan yang mereka buat.
        Kemudian saya mencoba membuka biografi Ust. Salim A. Fillah, dan satu hal yang paling mencengangkan adalah ketika kelas 5 SD tahun beliau sudah belajar sejarah, biografi tokoh, filsafat, dan psikologi. Dan semua itu beliau pertegas di paragraf-paragraf selanjutnya bahwa hobi beliau untuk membaca memang begitu dahsyat. Kalau ada yang pernah baca bukunya Ust. Salim, pasti heran banget itu buku banyak banget rujukan buku ataupun pengarang yang beliau kutip. Pun sejak duduk di sekolah menengah beliau sudah aktif sekali menulis artikel-artikel meskipun kenyataannya artikelnya tidak pernah ada yang dimuat media maupun pernah menang lomba kepenulisan. Tapi semangat beliau untuk membaca dan menulis sungguh amat sangat gigih sekali. Tak pernah merasa jatuh. Tetap kokoh dengan semangatnya.
        Dan kemudian saya coba melempar diri saya untuk sejenak menelisik masa lalu saya saat kelas 5 SD, tahu apa yang saya lakukan? Saya lebih suka nangkring di depan layar TV sambil megang stick Playstation (PS) memainkan karakter-karakter Crash Team Racing (CTR), Tekken, Harvest Moon, Bishi Bashi Special, Winning Eleven, dan berbagai macam permainan lain yang bagi saya saat ini menjadi sebuah penyesalan. Kalaupun baca paling banter saya baca komik Ninja Hatori dan Pokemon. Timpang sekali bukan dengan apa yang dilakukan Ust. Salim meski sama-sama kelas 5 SD. Perbedaannya cuma dari sisi hobi membaca doank, apa yang kita lakukan saat kita kecil itulah yang merepresentasikan kita hari ini. Tak heran kalau tulisan saya saat ini sangat ecek-ecek, saya baru belajar baca awal semester 3 kuliah kemarin.
        Kemudian saya coba melontarkan pertanyaan kepada kedua orang tua, beliau berdua adalah orang yang sangat suka sekali membaca namun kenapa sampai bisa ketika saya kecil saya tak suka membaca? Jawabannya sederhana, PRIORITAS! Belia berdua selalu memprioritaskan waktu kosong untuk membaca dan menulis, pun itu juga yang ingin beliau tularkan pada saya ketika saya masih kecil. Namun sayang, meski dulu saya selalu dibelikan majalah Bobo dan Mentari saat kecil, beliau berujar saya cuma baca bagian komik bergambarnya saja, setelah itu cling majalah jadi onggokan sampah bagi saya. Karena kata beliau saat saya kecil saya kurang punya prioritas waktu kosong untuk membaca, tak lain dan tak bukan karena sya lebih disibukkan dengan mainan yang menampilkan gambar digital bernama Playstation. Komputer di rumah pun dulu tak beda jauh, karena saya lebih suka meng-install The Sims, Diablo, FIFA, dan berbagai macam game lain daripada saya harus mengetik untuk menghasilkan tulisan via komputer.
        Nah kemudian saya merenung sejenak, anak-anak kecil dan pemuda sekarang apa kabar? Mereka jauh lebih disibukkan lagi oleh game-game di gadget mereka yang notabene itu barang portable dan bisa dibawa kemana-mana. Yang saya lihat adalah waktu kosong mereka jauh lebih terlampiaskan pada gadget-gadget berlabel smartphone itu dari pada untuk membaca buku ataupun bacaan lain. Okelah kalau memang gadgetnya digunakan untuk menyimpan e-book ataupun digunakan membuka artikel di dunia maya. Ironinya adalah gadget tersebut lebih sering dipenuhi oleh game dan fasilitas chatting (BBM, WA, WeChat, Line, Kakao Talk, dll.) yang makin bikin autis anak-anak kecil jaman sekarang buat mantengin layar gadget mereka. Bener apa salah?
        Yasudahlah itu muhasabah dari ironi pemuda bangsa ini, yang pasti anak saya nanti akan saya arahkan agar tak mengulang sejarah kelam bapaknya dan anak-anak lain negeri ini. Inti dari pembicaraan saya panjang lebar diatas adalah bahwa MEMBACA ITU PENTING! Dari membaca kalian akan memiliki banyak hal, semakin banyak membaca maka semakin banyak hal yang kau punya dan orang lain tak punya. Hidup ini persaingan, dan dunia hanya mau menerima orang-orang terbaik, dan salah satu hal untuk menjadi orang terbaik adalah dengan membaca. Tak peduli bacaan apapun itu yang pasti positif dan bermanfaat. Dari membaca nanti kita akan lebih sedikit naik level yang lebih tinggi, yakni menulis. Karena menulis tanpa membaca adalah omong kosong dan membaca tanpa menulis adalah kerugian. Tulisan yang baik adalah tulisan yang memiliki kekuatan besar baik dalam gaya bahasa, diksi, ataupun kekuatan untuk membawa pembaca masuk dalam nuansa tulisan, dan tak dapat dipungkiri penulis yang seperti ini harus banyak sekali memiliki refrensi bacaan.

“kamu bisa merubah dunia hanya dengan kata-kata”
        Itu adalah kutipan salah satu scene film “Negeri 5 Menara” ketika Alif akan mendaftar menjadi seorang Jurnalis di Ma’hadnya. Nah yang disebut mengubah dunia dengan kata-kata itu tak sepenuhnya dengan kalimat verbal, karena pada dasarnya kalimat verbal hanya akan terucap sekali dan selanjutnya akan punah ditelan waktu. Namun saya rasa “dengan kata-kata” atau pada terjemahan arabnya “bil kalimah” disini lebih mengerucut pada sebuah tulisan, dimana tulisan itu bisa akses oleh berjuta orang pembaca dan otentik sekali untuk dibaca berulang-ulang. Dan ketika tulisan kalian dibaca olah banyak orang tentu kalian paling tidak telah berbagi dan bermanfaat untuk orang lain, bukan begitu? Syukur lagi kalau tulisan itu bisa menginspirasi banyak orang. Oke kita sudah tahu kan kunci dari semua ini, maka ayo kita mulai dengan banyak membaca, kemudian banyak menulis, dan otomatis kita akan banyak berbagi manfaat.

dengan membaca maka dunia ada dalam genggamanmu
dengan menulis maka kau akan merubah dunia yang telah kau genggam
dan dengan berbagi maka duniamu akan jauh lebih bermanfaat
karena dunia yang akan mengabadikanmu

Rabu, 24 Juli 2013

Percayalah Dinda, Perpisahan Ini Akan Mempertemukan Kita Kembali

Wahai wanita, jika datang salah seorang pria diantaramu kemudian ia mengucap rindu lalu merengkuh dan menggenggamu erat padahal hijab dintara kalian masih tegak berdiri maka pertanyakanlah. Masih pantaskah kau sebut ia pangeran? Justru lelaki sejati adalah ia yang melepaskanmu dan membiarkan waktu yang menjawab, apakah rindu itu akan menghilang atau semakin mengental


      Dinda, sudah hampir seperlima abad ini aku menginjakkan kaki di punggung bumi. Namun sekalipun aku tak pernah bisa membayangkan apalagi bertemu denganmu. Gurat takdir selalu menjaga batasku denganmu, hijab hati selalu mencegahku menemukanmu, bahkan matakupun dibungkam tak dapat melihatmu. Kalaupun kau masih menunggu termangu, kenapa kau tak coba berlari ke arahku. Ah ya aku lupa bahwa dirimupun juga tak dapat melihatku. Kita tak saling kenal sampai ujung waktu yang menantikan.
      Pernah beberapa kali aku merasakan getaranmu Dinda, namun ternyata semua getaran itu semu. Pernah bahkan ada getaran yang mengelukan lidahku, mengoyak batinku, membuat doa syahdu terbaitkan untukmu. Namun ternyata itu bukan engkau Dinda. Dan hingga getaran yang terakhir kemarin aku sudah tak mau percaya lagi, aku sudah tak mau memikirkanmu lagi. Aku berhenti dalam semua kegelisahan ini. Aku tahu memikirkanmu hanya menjadikanku semakin menggunungkan dosa, memandangmu hanya akan membuat pandanganku terhadap yang lain makin buta, mendengarmu hanya akan membuatku tuli pada seruan-seruan yang lebih indah. Maafkan aku Dinda, aku tak mau mengingatmu lagi. Meski batin ini semakin keras memberontak memasukanmu dalam ingatanku. Aku akan tetap bersikeras menolak jiwamu yang menyeruak masuk batinku.
      Kegelisahanku terhadapmu hanya akan memurahkanku, dan aku tak terima ketika derajatku turun hanya karena pikiran nafsu dalam otak ini. Aku tahu kau kini terus memantaskan diri untuk pangeranmu. Sesekali aku berharap itu aku, namun kini biarlah itu hanya meresap dalam dinding hati dan tak lebih. Aku lebih punya ekspektasi besar untuk diriku, dan tak layak ketika aku harus memikirkan ekspektasi atas dirimu. Kau belum menjadi hakku, dan kau bebas menentukan arah hidupmu Dinda. Aku akan melanjutkan perjalananku menuju barat laut, tempat yang mungkin berlawanan arah denganmu yang kini aku tahu kau memilih tenggara sebagai peraduanmu. Andaikan kau tahu arah berlawanan ini justru yang akan membuat kita bertemu padu. Allah yang menggerakkan hati kita melangkah, tak akan pernah meleset satu derajatpun dari garis khayal astronomis yang dibuat manusia. Aku masih percaya dan harusnya kau pun masih percaya pada-Nya.
      Dinda, banyak orang bilang jodoh itu di tangan Tuhan. Bolehkah kalau aku tak setuju? Justru jodoh itu ada ditanganku dan ditanganmu, bukankah begitu? Aku tahu tangan Tuhan tak akan merandom begitu saja terhadap pilihanku, itu yang kupahami. Dan bukankah itu lebih nyaman ketika ketika kita bebas menetukan langkah masing-masing. Kenapa aku percaya engkau ada ditanganku, karena tangankulah yang menentukan bertemu tidaknya aku denganmu, besar usahakulah yang nanti bertaut dengan dirimu. Tanganku ini yang akan membawaku dalam naungan kebaikan, tanganku lah yang menentukan dengan siapa aku nantinya bergandengan, bukan Tangan Tuhan yang menentukan. Lalu jika kau bertanya apa aku tak percaya tangan Tuhan, aku sangat percaya Dinda, karena tangan-Nya lah yang nanti mencarikan dirimu yang sekufu dengan tanganku. Disinilah baru tangan Tuhan berperan Dinda, berperan untuk mengokohkan pegangan kita agar tak lepas, agar aku senantiasa disandingmu, agar aku senantiasa bisa memelukmu, agar pundak ini senantiasa membantu kepalamu tersandar  dalam belaianku.
      Tahukah engkau Dinda bahwa Rasulullah pernah berwasiat padaku, bahwa dirimu adalah fitnah yang paling Beliau takutkan menimpaku diantara fitnah-fitnah dunia. Ini membuat dirimu ibarat dua mata koin yang saling menindih gambarnya satu sama lain. Satu sisi dari dirimu memupuk dosa namun di sisi yang lain membawakan nikmat dan pahala. Maaf sebelumnya bukannya aku ingin mengatakan kau yang menyebabkan dosaku menggunung, namun aku yang lebih bersalah jika harus menimbun dosaku dan dosamu atas kesalahan kita. Untuk saat ini memandangmu, menyentuhmu, dan memelukmu adalah bagian dari dosa meski aku hanya mencumbumu dalam bayang-bayang semu. Tapi tahukah engkau Dinda aku masih menggantungkan mimpi yang tinggi itu, mimpi ketika pandangan, sentuhan, pelukan, atau bahkan cumbuan itu terkonversi menjadi amal-amal kita kelak kalau halal sudah terucap diatas keharaman yang sekarang ini belum tertangguhkan.
      Maaf kalau hingga saat ini kau masih menungguku, ini tak lebih karena sekarang aku masih belum sanggup jika harus menjatuhkan khithbah atasmu Dinda. Semoga kau memaafkanku yang belum bisa berbuat lebih ini. Tapi percayalah aku tak akan pernah mempertaruhkan pandanganku pada wanita lain Dinda, siapapun dia atau bahkan tanpa kusadari ternyata wanita itu adalah dirimu sendiri. Dan aku juga percaya bahwa kau akan menjagakan dirimu pula untukku meski berjuta pria melirikmu, aku masih yakin bahwa Adindaku tak akan pernah tertukar. Bukan begitu Dinda?
      Maafkan aku Dinda kalau akhirnya aku memeras dendam, bukan karena aku membencimu, aku hanya ingin Allah lebih mencintaiku. Itu saja, tak kurang tak lebih. Kau tahu dendam apa yang paling kusimpan untukmu? Dendam besar untuk memaafkan dan mengikhlaskan kepergianmu. Aku tak akan pernah mendendam hitam meski perih menghujam qalbu, aku  tak akan pernah berniat jahat padamu, karena aku tahu suatu saat nanti kau juga akhirnya menemaniku di penghujung hidupku.
      Jadi untuk itulah aku tak pernah mau lagi memikirkanmu, toh ujung-ujungnya aku pasti akan bertemu denganmu. Oleh karena itu, bolehkah aku sejenak pergi meninggalkanmu Dinda? Menggenggamu erat justru malah menyakitimu bukan? Sejenak aku ingin sekarang kita berpisah Dinda, berpisah sejenak menikmati kesendirian kita masing-masing. Bukankah jelas "Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantikan untuknya yang lebih baik darinya. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya maka Allah akan menjadikan mata hatinya kembali bersinar". Oleh karena aku ingin bertemu denganmu dalam keadaan kita yang jauh lebih baik, dan pastinya kau pun begitu, jadi untuk saat ini ikhlaskan perpisahan kita ini. Berjanjilah jangan terlalu memikirkanku, pun aku juga tak mau terlalu memikirkanmu, pikirkanlah bagaimana agar kita bertemu dalam bentuk kita yang paling baik. Bukan begitu Adindaku?

“Aku sadar bahwa Dinda adalah makhluk selembut pasir, menggenggamu erat justru akan membuatmu menjadi serpihan-serpihan debu yang beruraian. Namun aku akan membiarkan Dinda tertiup angin, bebas terbang. Hingga nanti kita akan bertemu dalam kerinduan yang mengental jadi debu”

Usaha untuk Meraih Cinta, Sejatinya Beda dengan Usaha untuk Meraih Harta atau Ilmu

Sudah menjadi suatu ketetapan, siapa yang berusaha pasti akan mendapatkan. Usaha dan apa yang kita dapat nantinya, jika digambar pada diagram cartesius, andaikan usaha adalah x dan hal yang kita dapat nantinya itu dimisalkan y, maka akan membentuk suatu grafik yang linear.
Demikian pula dengan cinta. Jika kau ingin mendapatkan cinta sejati dari seseorang, cinta yang karena Allah dan dari Allah, kau juga harus berusaha. Tapi beda loo, usaha untuk meraih cinta dengan usaha untuk meraih harta atau cita-citaa. Di sinilah letak perbedaannya:
-          Jika kau kau ingin mendapat ilmu, usaha paling gampang adalah dengan belajar keras.
-          Jika kau ingin mendapat harta, usaha paling gampang adalah dengan bekerja keras
Ya, sama intinya, usaha yang paling real untuk meraih harta dan ilmu adalah dengan “mendekatinya”. Mengerahkan seluruh jiwa raga untuk mendekat pada harta dan ilmu dengan mengupayakannya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pertanyaannya adalah, Bagaimana dengan usaha untuk cinta? Cinta yang karena Allah, dari Allah, cinta yang diridloi Allah.
Sebelumnya, kita kupas dulu. Apa itu cinta dari Allah dan  karena Allah? Perlu ditekankan, bukan cinta namanya jika kita terpacu untuk merayunya saat belum halal. Bukan cinta namanya jika kita terpacu untuk memegangnya saat  belum halal. Tapi itu semua adalah nafsu. Mirip memang, tapi sejatinya beda. Setan, dosa, dan kebiasaan lah yang membuat orang menjadi buta dalam membedakan cinta dan nafsu. Cinta itu membangun, tapi nafsu itu merusak. Dan karena kebutaan membedakan cinta dan nafsu inilah yang membuat sebagian orang salah dalam berusaha untuk mendapatkannya.
Dalam usaha untuk meraih cinta, justru ada dua hal yang harus dilewati, menjauh lalu mendekat. Ya, ada kalanya, dalam suatu kondisi, usaha yang benar untuk mendapatkan cinta adalah justru “menjauhi” nya. Mengapa justru menjauhinya? Begini. Karena dalam kondisi yang terlalu dini, mendekati sejatinya justru menyakiti. Apa kamu tega membiarkan orang yang kamu cintai justru lebih menghabiskan malam untuk memikirkanmu daripada memikirkan Allah? Apa kamu tega membuat dia galau dan menangis hanya karena sedetik tak ada kabar darimu? Apa kamu tega menumbuhkan harapan yang belum tentu akan menjadi nyata nantinya? Dengan kata lain jika kau mendekatinya, kau melubangi hijab yang dia tegakkan.

“Kadang kau harus meneladani matahari. Ia cinta pada bumi; tapi ia mengerti; mendekat pada sang kekasih justru membinasakan.” 
 
Salim A. Fillah

Dan juga, prinsip “menjauhi cinta untuk mendapatkan cinta” perlu ditata dengan benar. Menjauhi di sini dengan arti kita tak mengusiknya. Kalau mendoakan? Boleh sekali, jodoh itu memang pilihan Allah, tapi kita boleh memintanya, sebut nama boleh lo. Tapi, jika nanti ternyata Allah tak memberikan cinta seperti pada doa kita, itu karena Allah Maha Tahu. Karena Allah lebih memberikan apa yang kita butuhkan, bukan melulu apa yang kita inginkan.  Dan hal yang tak kalah penting adalah, perbaiki dirimu. Inilah point-nya. Ya, usahamu yang paling real untuk mendapatkan cinta bukan mengsms nya tiap bangun pagi, tapi adalah memperbaiki diri. Di sinilah tampak bagaimana kamu serius atau tidak dalam memperjuangkan cinta Allah dari dirinya. Keistiqomahan untuk terus memperbaiki diri inilah yang akan menjadi ujian bagi kita. Karena pastinya kita punya mimpi, nantinya kita dipertemukan dengan jodoh yang sekufu. Jadi, andaikan kita nanti dipertemukan dengan dia, kita ketemu dalam keadaan yang sudah sama-sama baik.
                                       “Perbaiki diri dulu, biar Allah melihat usahamu”

~ditulis oleh pemuda dengan ujung baju lengan panjang yang selalu tertekuk.

Selasa, 23 Juli 2013

Menuju Surakarta Kota Layak Anak 2016


Ada ungkapan bahwa anak adalah harta yang paling berharga. Bagi sebuah keluarga, anak akan menjadi penerus darah keturunan dan tulang punggung ekonomi keluarga. Kepada anak pula, nilai-nilai moral dan kebaikan seseorang akan diwariskan untuk dilanggengkan.
Tak beda dengan keluarga, bagi sebuah bangsa anak-anak adalah segalanya. Mereka bakal menjadi generasi yang menentukan arah, kemajuan, kekuatan bahkan keberadaan sebuah bangsa di muka bumi ini. Jika menyadari betapa penting peran anak, kita akan miris melihat banyaknya anak-anak yang kehilangan haknya untuk tumbuh normal karena dipaksa bertahan hidup di jalanan. Padahal agar anak mampu melaksanakan tugas-tugas melanjutkan estafet kepemimpinan dan pembangunan dari generasi pendahulunya, anak-anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar baik rohaniah, jasmaniah maupun sosial.
Yang dimaksud dengan anak dalam Pasal 1 Konvensi Hak-Hak Anak PBB yang disahkan tanggak 20 September 1989 , anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. Negara menjamin dan harus memenuhi hak-hak anak yang meliputi:
1. Hak untuk hidup, meliputi hak untuk mencapai status kesehatan setinggitingginya serta mendapatkan perawatan sebaik-baiknya;
2. Hak untuk berkembang, meliputi segala bentuk pendidikan (formal dan non formal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial;
3. Hak atas perlindungan, meliputi perlindungan dan diskriminasi, tindak kekerasan dan ketelantaran terhadap anak; dan
4. Hak untuk berpartisipasi, meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal mempengaruhi anak.
Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 10 disebutkan bahwa “setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”.
Berangkat dari kesadaran akan potensi strategis anak untuk sebuah bangsa, pemerintah mencoba menjadikan seluruh kota di Indonesia sebagai kota yang peduli terhadap anak. Hal ini direalisasikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak  pada 2006 yang menjadikan Kota Surakarta, Malang, Jambi, Padang, Manado dan Kupang sebagai pilot project pengembangan Kota Layak Anak (KLA).
KLA adalah kabupaten/kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak (Permen PP dan PA No. 11 Tahun 2011)
Untuk mempercepat terwujudnya Kabupaten/Kota Layak Anak di seluruh Indonesia, Kementerian Pembedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menerbitkan empat Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Empat peraturan dimaksud ialah
1.      Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak.
2.      Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak
3.      Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 tentang Panduan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak
4.      Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Panduan Evaluasi Kabupaten/Kota Layak Anak.
Semenjak ditetapkan sebagai Kota Layak Anak pada Tahun 2006 oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Pemerintah Kota Surakarta kemudian melakukan banyak agenda terkait dengan penyiapan dan pengembangan Kota Surakarta sebagai Kota Layak Anak.
Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kota Surakarta (Bapermas P3KB) membagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama tahun 2006-2007 adalah pengembangan model Kota Layak Anak. Dalam tataran yang paling awal ini, pemerintah kota menyusun grand design yang akan jadi patokan untuk pengembangan selanjutnya. Tahap berikutnya 2008-2015 adalah pengembangan kelurahan hingga kecamatan layak anak. Pada tahun 2016, ditargetkan semua kelurahan dan kecamatan selesai dan Surakarta benar-benar menjadi Kota Layak Anak. Agar tak sekadar menjadi gerakan simbolis, Bapermas P3KB membuat MoU yang ditandatangani oleh 53 elemen dari muspida, perusahaan swasta dan LSM anak.
Kota Surakarta telah membentuk Gugus Tugas Kota Layak Anak dengan SK Walikota No.130.05/68-F/1/2011 tentang Pembentukan Gugus Tugas Pengembangan Kota Layak Anak. Dengan diterbitkanya SK Walikota maka dipandang perlu untuk menyampaikan dan melakukan komunikasi kepada masyarakat Kota Surakarta mulai dari Kelurahan, kecamatan hingga Kota terkait apa, siapa, bagaimana, dan untuk apa Gugus tugas tersebut dan segala sesuatu terkait Gugus Tugas KLA yang wajib untuk diketahui oleh seluruh pemangku kepentingan Kota Layak Anak .
Salah satu data yang menjadi bagian dari dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) adalah Analisis Situasi Ibu dan Anak (ASIA). ASIA membantu mempertajam penilaian situasi yang berorientasi tidak hanya mengumpulkan situasi ibu dan anak tetapi oleh ibu dan anak sehingga akan tergambar secara menyeluruh dan tajam permasalahan sesungguhnya, penyebab masalah, dampak dan kemungkinan solusi kebijakan yang tepat
Wujud kebijakan tiap SKPD yang lebih ramah anak sudah mulai bisa dirasakan hasilnya. Di bidang kesehatan sudah mulai ada beberapa puskesmas ramah anak. Pusekemas ini dilengkapi dengan ruang tunggu khusus anak lengkap dengan alat bermainnya. Selain itu layanan-layanan untuk anak seperti taman gizi, pojok ASI, dokter spesialis anak, layanan konseling anak dan tempat pelayanan korban kekerasan terhadap anak juga terus dilengkapi.
Di bidang pendidikan, ada pencanangan Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB). Setiap hari aktif, antara pukul 18.30-20.30 anak-anak diarahkan untuk belajar. Kelurahan Jebres menjadi percontohan pelaksanaa GWJB ini. Secara mandiri masyarakat membentuk semacam satgas yang mengawasi pelaksanaan GWJB. Mereka akan berkeliling kampung sambil melakukan sosialisasi, mengarahkan anak-anak yang masih berada di luar rumah untuk belajar dan  Selain GWJB masih ada sekolah plus, yakni sekolah yang membebaskan seluruh biaya pendidikan untuk anak-anak dari keluarga miskin.
Di bidang transportasi, Dishub sudah membangun zona selamat sekolah, car free day untuk ruang ekspresi anak, Batik Solo Trans sebagai transportasi ramah anak serta program pembagian helm untuk anak. Di bidang kependudukan, Dispendukcapil meluncurkan kartu insentif anak (KIA). Kartu yang diluncurkan tepat pada peringatan Hari Anak Nasional 26 Juli 2010 di Taman Balekambang ini merupakan kartu diskon untuk belanja di toko buku, sarana olahraga di perhotelan, tempat hiburan anak, rumah sakit, supermarket, bis sekolah dan lain sebagainya.
Ada 12 perusahaan yang mendukung KIA yakni PT Askes, Budi Sehat, Gramedia, Togamas, Sekawan, Elti Gramedia, PDAM, Hotel Sunan, Hotel Sahid Jaya, Kusuma Sahid Prince Hotel, THR Sriwedari dan Taman Satwa Taru Jurug. KIA ini juga menjadi sarana untuk mendorong pemberian akta kelahiran untuk setiap anak di Surakarta.
Pemkot juga telah membangun  taman cerdas di Kelurahan Sumber, Kadipiro, Gandekan, Joyontakan, Mojosongo dan Pajang. Taman ini menyediakan sarana bermain dan berkreasi yang dilengkapi perpustakaan, multimedia, komputer dan akses internet yang semuanya bisa digunakan secara gratis oleh anak-anak. Pengelolaan taman cerdas nantinya akan diserahkan kepada masing-masing kelurahan agar lebih maksimal dan sesuai dengan kebutuhan warga setempat.
Dalam keberjalanan persiapan menuju Kota Layak Anak, beberapa kendala yang dihadapi Bapermas P3KB yang disampaikan dalam diskusi publik “Menuju Kota Layak Anak 2016” pada tanggal 17 April 2013 di FISIP UNS ialah
·         Masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi.
·         Masih tingginya anak putus sekolah.
·         Masih kurangnya fasilitas bermain untuk anak, sanggar kreativitas, dan sebagainya.
·         Masih tingginya angka kekerasan pada anak, baik kekerasan fisik, seksual, maupun penelantaran.
·         Masih kurangnya perlindungan anak di media masa maupun di media maya (media sosial, game on line, pornografi, dll).
·         Masih tingginya angka anak yang berkonflik dengan hukum, anak jalanan, pekerja anak, dll.
·         Partisipasi anak belum dioptimalkan.
Nampaknya keluhan yang disampaikan oleh Bapermas P3KB sangatlah beralasan. Walaupun program dari pemerintah sejak tahun 2006 ini sangat visioner tetapi penerapan teknis lapangannya masih cukup sulit. Sebagai gambarannya ialah masih banyak pengamen dan pengemis anak di jalanan Kota Surakarta. Selain itu, anak yang bermain disaat jam wajib belajar juga masih cukup banyak.
Kalau dilihat lebih dalam, salah satu faktor yang mempersulit terwujudnya KLA 2016 ialah sistem up down dari pemerintah yang belum diimbangi kesadaran bottom up dari seluruh elemen masyarakatnya. Kesadaran bottom up ini sangat vital untuk mewujudkan sebuah Keluarga Ramah Anak, lalu menjadi Kelurahan Layak Anak, lalu Kecamatan Layak anak. dan yang terakhir menjadi Kota Layak Anak.
Sebagai seorang mahasiswa yang berada ditengah-tengah antara pemerintah dan masyarakat, hal yang bisa kita lakukan adalah menjembatani pola op down dan bottom up agar bisa selaras. Sehingga program KLA 2016 tidak hanya menjadi impian pemerintah tetapi juga menjadi keinginan dari seluruh masyarakat. Yang pada akhirnya segala kegiatan pemerintah dalam rangka menuju KLA 2016 bisa dilaksanakan oleh seluruh masyarakat secara efektif.
Salah satu langkah nyatanya ialah dengan ikut berperan aktif dalam mengembangkan Forum Anak Surakarta (FAS). FAS adalah sebuah wadah yang beranggotakan anak-anak di Surakarta untuk berpartisipasi, menampung aspirasi serta memperjuangkan hak-haknya.  Forum ini didirikan pada tanggal 3 Desember 2006. FAS yang merupakan mitra Pemkot Surakarta ini mempunyai sebuah ikrar dalam rangka menuju Surakarta Kota layak Anak. Ikrar tersebut bernama “Suara Anak Surakarta”, yang berisi
1.      Kami anak-anak Surakarta menginginkan terwujudkannya minimal pendidikan 12 tahun bagi semua anak di Kota Surakarta.
2.      Kami anak-anak Surakarta menginginkan jaminan pendidikan dan fasilitas sekolah ramah anak bagi anak jalanan, putus sekolah, anak kebutuhan khusus, dan tidak mampu.
3.      Kami anak-anak Surakarta menginginkan jaminan kesehatan dan sarana kesehatan yang ramah bagi seluruh anak di Kota Surakarta.
4.      Kami anak-anak Surakarta menginginkan adanya dorongan dan dukungan dari pemerintah Kota Surakarta baik berupa fasilitas maupun berupa administrasi bagi Forum Anak di Kota Surakarta.
5.      Kami anak-anak Surakarta menginginkan suara anak Kota Surakarta lebih didengar dan direalisasikan dalam Musyawarah Pembangunan.
6.      Kami anak-anak Surakarta menginginkan fasilitas untuk bermain dan berekreasi bagi semua anak terutama yang berkebutuhan khusus.