Pernahkah kita berpikir sudah menjadi mahasiswa ideal? Atau
setidaknya pernah terbersit pikiran ingin menjadi mahasiwa ideal? Ideal menurut
bahasa berarti sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai dengan yang
dicita-citakan. Hmmm bukan berarti penulis sudah menjadi mahasiwa ideal, tapi
setidaknya saya ingin berbagi ilmu sedikit tentang mahasiswa yang ideal.
Sebenarnya mahasiswa ideal itu yang kayak gimana sih? Yang
akademisnya oke banget, tidak pernah remed, asisten dosen, nilainya diatas rata-rata
dan selalu dapat IP cumlaude?
Yang ikut dan aktif di banyak sekali organisasi mahasiswa dan punya bargain position tinggi di organiasi? Yang punya banyak
relasi teman dan jaringan atau bahkan dekat dengan dosen? Yang semangat sekali
berdakwah di masjid atau dimanapun untuk menyeru dalam hal kebaikan? Atau yang
suka hedon kesana-kesini jalan-jalan noton dan karaokean bareng temen?
Pastinya dunia kampus ini sudah mengkonversikan kita menuju
fase yang lebih tinggi, merubah status kita dari seorang siswa menjadi
mahasiswa, merubah image kita sebagai pemuda menjadi seorang figur pemimpin,
merubah kita dari yang biasa menjadi luar biasa, dan yang pasti tidak bisa
dipungkiri adalah merubah pola berpikir kita yang tadinya mungkin seperti anak
ingusan menjadi seorang yang lebih dewasa dan memiliki taraf kemampuan berpikir
yang lebih tinggi. Tingkat pemikiran inilah yang nantinya menentukan
karakteristik mahasiswa. Secara awam saya melihat beberapa karakteristik yang
menentukan orientasi berpikir mahasiswa :
1. Mahasiswa study
oriented yang berorientasi
pada hal akademik (hard skils)
2. Mahasiswa social
oriented yang berorientasi
pada organisasi kemahasiswaan (soft skills)
3. Mahasiswa spiritual
oriented yang berorientasi
pada dakwah kampus (spiritual)
4. Mahasiswa dis-oriented yang tidak memiliki orientasi
hidup
5. Mahasiswa ideal yang menjaga keseimbangan antara
ketiganya (hard skills, soft skills, dan spiritual)
Kelima jenis mahasiswa yang saya sebutkan diatas tentu saja
memiliki sudut pandang yang berbeda tentang makna prestasi. Yang pertama, bagi
mahasiswa study oriented prestasi adalah ketika mereka lebih
memiliki banyak waktu untuk belajar dan menggali banyak sekali ilmu, memiliki
banyak prestasi dibidang tulisa keilmiahan maupun perlombaan di bidang
akademik, memiliki jabatan asisten dosen, memiliki nilai diatas rata-rata
mahasiswa lain atau bahkan nilai terbaik, memiliki indeks prestasi cumlaude minimal 3,5 atau bahkan harus 4. Dan
tolok ukur inilah pencapaian prestasi yang membentuk mindset mahasiswa study oriented, apabila
impiannya secara akademik tidak tercapai biasanya mereka akan merasa sangat
gagal sekali. Bisa merenung atau bahkan bersedih berjam-jam cuma karena
inhal/remed satu mata kuliah doang.
Yang kedua, bagi mahasiswa social oriented berkumpul dengan banyak orang adalah
sesuatu yang paling sangat menyenangkan, dan hal postif yang bisa tersalurkan
adalah melalui kegiatan organisasi maupun social
event. Bagi mereka prestasi
adalah ketika mereka memiliki banyak sekali relasi dan jaringan ang nanti bisa
mendukung masa depannya, memiliki berjuta pengalaman dari kehidupan
sehari-harinya, memiliki jabatan tinggi dan menjadi penentu kebijakan dalam
keorganisasiannya. Inilah pencapaian-pencapaian yang mereka sebut prestasi.
Kegagalan bagi mereka adalah sebuah kesendirian dan tidak bisa bermanfaat untuk
kehidupan sosial disekitarnya.
Yang ketiga, bagi mahasiswa spiritual oriented prestasi adalah ketika mereka bisa
mengajak banyak mahasiswa/orang lain untuk menuju kebaikan, mencegah
mahasiswa/orang lain terjerumus dalam keburukan, memiliki andil besar dalam
perjalanan dakwah kampus, memiliki banyak adik-adik mentoring yang bisa menyerap ilmunya,
mempersiapkan kader-kader dakwah terbaik sebagai penerusnya. Inilah beberapa
hal tolok ukur pencapaian prestasi bagi mereka. Sebuah kegagalan besar ketika
mereka tidak bisa istiqomah memperbaiki diri dan bermanfaat untuk agamanya.
Yang keempat, mahasiswa dis-oriented bagi mereka hidup tidak perlu punya
prestasi yang penting bisa hidup senang tanpa masalah, bisa jalan-jalan dan
hedon bareng temen-temen. Dan sudahlah saya muak membahas karakter mahasiswa
yang seperti ini.
Langsung saja yang kelima, bagi mahasiswa ideal
memposisikan ketiga unsur-unsur diatas semuanya sangatlah penting untuk menjadi
orientasi hidupnya. Tak mudah memang, tetapi mahasiswa ideal selalu berusaha
menyeimbangkan pencapaian prestasi atas ketiganya. Mungkin memang ada salah
satu yang lebih dominan dan salah satu yang diresesifkan, tapi mereka akan
terus dan akan selalu memberikan porsi yang sama untuk orientasi study, social, dan spiritualnya. Tidak bisa
dipungkiri juga bahwa hard
skills, soft skills dan spiritual adalah ketiga hal penting yang harus
dimiliki mahasiswa. Semuanya sama-sama penting untuk masa depan mereka. Bagi
mereka pencapaian prestasi adalah ketika mereka bisa membagi dan menyeimbangakn
katiga unsur itu secara adil, selaras, dan berkesinambungan. Mereka jarang
sekali maerasa gagal karena jika ada satu unsur yang gagal masih ada unsur lain
yang membuat mereka merasa berhasil. Semisal nih si mahasiswa ideal ini kena
inhal/remed, baginya mungkin biasa saja dan kegiatannya di organisasi bisa
menjadi obat pelipur laranya. Semisal lagi dia sedang tidak bisa produktif di
organisasi, kegiatan spiritual untuk mengaji dan mengajak orang berbuat baik
bisa menjadi obat bagi ketidak produktivannya di organisasi. Dan persmisalan
terakhir ketika mungkin dia tidak bisa memberikan adik-adik mentoringnya sebuah
materi yang menggugah paling tidak setelah ini dia punya waktu belajar lebih
untuk kegiatan akademiknya. Selalu ada pencapain prestasi tersendiri dari
unsur-unsur yang lain, dan hidup mahasiswa ideal lebih terasa dinamis bukan?
Ketika jatuh di satu titik ada titik lain yang membangkitkan, right?
Dari pemaparan diatas, sejatinya mahasiswa turut andil
dalam setiap karakter diatas, tetap belajar dan memiliki orientasi akademik di
kampus, tidak melupkan cita-cita besar untuk melahirkan karya-karya yang
berguna bagi masyarakat, dan tetap memiliki hubungan yang dekat dengan Sang
Pencipta. Itulah yang disebut mahasiswa ideal. Mahasiswa yang memiliki
pemahaman holistik terhadap kehidupan pribadi, sosial dan negara, bahkan
dunia-akhiratnya. Kalau kata Dani Ferdian,”Sederhananya, seorang mahasiswa
ideal adalah seorang yang mengenal potensi dirinya sendiri, mencoba
mengembangkan hal yang ia mampu, dan selalu berusaha melakukan sesuatu yang
terbaik bagi dirinya sendiri, maupun lingkungan sekitar."
Namun sayangnya tak banyak mahasiswa yang mau atau bahkan hanya
mencoba membagi waktunya seperti ini. Dan beruntunglah ketika kita adalah salah satu bagian dari mereka. Apabila
kita belum menjadi bagian dari mereka, jangan pernah lelah dan putus asa untuk
mencoba. Setidaknya kau harus punya keinginan dan tekad, karena keinginan dan
tekad itulah yang akan mentransformasikanmu menjadi mahasiswa ideal. Yang pasti
penulis disini juga sama-sama sedang belajar menuju kesana.
"Jangan pernah lelah mencoba, karena hakikatnya malaikat di kanan-kiri pundakmu senantiasa menghitung setiap cucuran tetes keringatmu, setiap degup jantungmu, dan setiap hembusan nafasmu sebagai pemberat timbangan amalan kebaikan"
saya setuju dgn pemaparan di atas, tetapi yg menjadi pertnyaan bgi diri saya,bgaimana jika seandainya saya sudah berusaha menyeimbangi ketiga nya,namun saya gagal di hard skill. yg dlunya IP sya diatas 3,5 justru malah trun karna porsi blajar sya berkurang karna kegiatan LDK. tpi disisi lain saya menanamkan khoirunnasi anfauhum linnasi. syukron :-)
BalasHapusYa karena antunna sudah mencoba untuk menyeimbangkannya mbak, ketika porsi waktu anda utk LDK naik maka tak heran porsi waktu utk akademik berkurang, tapi harusnya bisa kok manajemen waktunya di tata lagi. Mungkin dgn mengurangi waktu tidur. Kalau boleh cerita justru IP ane malah naik drastis ketika jadi ketua BEM mbak, gara2 kebiasaan begadang malah bisa dimanfaatin buat belajar.
Hapusbener juga :) seharusnya kita bisa mengurangi waktu tidur untuk belajar. tpi itu hanya sekedar pertanyaan atas rasa takut saya terhadap kegagalan. saya bru nerima IP smstr 1 kok, dan hasilnya memuaskan. memang waktu itu belum bergelut dalam organisasi.*maklum masih maba
BalasHapustpi untuk smster 2 ini saya merasa hanya memaksimalkan wktu bljar di kelas saja, selebihnya untuk organisasi dan mengisi TPA. makanya agak khawatir sama nilai akademik.
thanks for your advise sir :)
sip sama2
Hapuskeep spirit buat terus bermanfaat utk org lain
kita masih sama2 belajar, semoga bisa jauh lebih baik kedepannya
amiiin :)
amin ya mujibassailin
BalasHapussemoga dengan segala aktifitas yang mulia justru menjadi barokah terhadap kesuksesan kita semua
yupz ! sama sama belajar, dan sama sama mendoakan
bang mohon dibahas dong kapan2 relasi antara idealisme mahasiswa sama visi dan pandangan hidup mahasiswa itu sendiri,
BalasHapusjazakumullah khoiran buat sharenya :D