Selasa, 24 Desember 2013

Pemimpin Dalam Sudut Pandang Pemimpin

      Beberapa minggu lalu saya mendapat undangan dialog bersama tokoh-tokoh nasional, oke saya akan sedikit bercerita tentang hasil dialog tersebut dan cara pandang saya terhadap para pembiacara yang notabene para pemimpin di Negara ini, pun mungkin tak menutup peluang beliau-beliau ini yang akan menjadi orang nomor satu di negeri ini. Dialog Kebangsaan ini adalah salah satu event yang digagas oleh Pol-Tracking Institute yang diketuai oleh bapak Hanta Yuda MA dan bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (BEM UNS), yang pada kali ini juga menjadi moderator pada Dialog Kebangsaan hari ini.


      Bicara masalah dialog kita pasti bertanya siapa pembicaranya. Pembicara pertama adalah mantan sempalan salah satu pentolan partai kuning yang kini Menjadi Ketua Umum partai Hanura, mantan Menko Polkam tahun 1999-2003. Seorang Jenderal Besar yang mendampingi runtuhnya orde Baru era Soeharto, dan juga orang yang turut serta membangun orde Reformasi di zaman Habibie dan Abdurrahman Wahid, tak lain dan tak bukan adalah Jenderal purnawirawan Dr. Wiranto, SH., MH.
      Pembicara kedua adalah salah satu dari tiga kepala daerah teladan, dimana dua diantaranya  adalah Gubernur Jakarta Joko Widodo dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Beliau juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia periode 2010-2015, dan saat ini juga menjabat di periode keduanya sebagai Gubernur Sulawesi Selatan dengan segudang prestasi yang telah disematkan padanya. Doktor yang menempun semua jenjang pendidikan tingginya di Universitas Hasanuddin ini adalah Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH., Msi., MH. Dan pembicara ketiga adalah mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ke-2 yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) menggantikan Amien Rais di tahun 2004. Pria kelahiran Klaten 8 April 1960 ini adalah Dr. Hidayat Nur Wahid, MA.

      Entah apa yang mendasari Pol-Tracking Institute mengundang ketiga pembicara tersebut, namun logika dangkal saya mengatakan cepat atau lambat orang-orang ini yang juga akan masuk bursa calon manusia nomor satu di negara ini untuk beberapa tahun kedepan.
      Oke setelah ini saya akan cantumkan beberapa poin yang saya catat dari ketiga pembicara tersebut. Yang pertama bapak Wiranto beliau pada awal presentasinya membahas tentang makna perubahan dari berbagai versi mulai definisi menurut beiau sendiri dan menurut buku-buku yang beliau rujuk, nah suatu kebanggan probadi ketika beliau menyebutkan beberapa buku karya Rhenal Kasali PhD, karena 2 diantaranya adalah buka yang saat ini sedang saya baca, yakni Change! dan DNA Recode. Beliau juga merujuk salah satu ayat Quran, surat Ar-Ra’d ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka”. Kemudian beliau memaknai bahwa perubahan itu adalah sebuah keniscahyaan dari Tuhan yang pasti akan selalu ada, namun Tuhan pun tak akan melakukan perubahan karena Dia hanya berlaku sebagai wasit atau penengah, dan yang bertindak mengubah ini semua tak lain dan tak bukan adalah manusianya sendiri. Perubahan adalah keadaan berbeda dengan yang ada saat ini, entah itu lebih baik ataupun lebih buruk, tentunya kita selalu menginginkan perubahan yang lebih baik. Kita tak bisa terus-menerus mengandalkan aset negara yang bisa habis, yang perlu diperbaiki dan diandalkan adalah manusia-manusianya. Yang diubah bukan sistem, tapi manusianya. Negara ini butuh orang yang punya integritas, kompetensi, moralitas, pengetahuan dan, spiritual yang baik untuk menciptakan manusia-manusia luar biasa tersebut. Satu hal terpenting yang harus dikuasai seorang pemimpin adalah berpikir dengan cepat, dan memutuskan dengan tepat.
      Yang kedua saya juga mengutip beberapa kata-kata dari Bapak Gubernur Sulawesi Selatan saat ini, Bapak Syarul Yasin Limpo. Beliau berbicara bahwa tak ada seorangpun yang bisa menjamin perubahan di tahun-tahun mendatang, tapi setiap rakyat harus bisa membawa eksistensi negara ini, bukan hanya presiden tapi semua pihak bertanggung jawab atas kemajuan negara ini. Presiden harus cerdas, tidak spekulati dalam mengambil keputusan dan kapabilitasnya harus sudah teruji serta punya pengalaman memerintah yang baik. Dia harus tau konflik di tataran pemerintahan yang lebih rendah, bukan hanya di tingkat negara.
      Kemudian di paragraf ini saya akan menuliskan beberapa kutipan dari Bapak Hidayat Nurwahid. Beliau berbicara bahwa pemimpin itu bukan tiban, bukan orang yang tiba-tiba jatuh dari langit, tapi pemimpin adalah orang yang benar-benar dicetak, digembleng, dididik puluhan tahun sehingga benar-benar teruji pengalamnnya. Sejarah selalu memberikan bukti bahwa kita berjuang untuk negara ini sendirian, banyak pahlawan-pahlawan yang telah gugur mendahului kita, dan sudah sepantasnya kita melanjutkan semangatnya dalam bentuk perbuatan. Siapapun yang akan memimpin negeri ini demokrasi akan tetap terus berjalan, tapi rakyat juga harus punya visi untuk negara ini, jadi jangan hanya salahkan pemimpin kalau negara ini tak maju. Oleh karena itu kita semua punya kesempatan emas untuk menentukan pemimpin yang lebih baik. Oh ya satu hal lagi pesan beliau yang masih terngiang di benak saya,”Kalau mau jadi pemimpin besar, nikah sama orang Solo seperti Pak Amien Rais, Pak Akbar Tandjung, Pak Tifatul Sembiring, Presiden Soeharto, dan masih banyak lagi yang lain.” Benar-benar ini lelucon sesat yang merasuki pikiran saya.
      Siapapun mereka, apapun yang mereka katakan, setiap dari kita bertanggungjawab untuk menyajikan keadaan negara yang lebih baik. Mari kita bergerak serentak dan mengepakkan sayap Garuda agar ia mampu terbang tinggi kembali!!! Hidup Mahasiswa!!!

1 komentar:

  1. Luar biasa acara diaolog kebangsaan, setidaknya kita dapat lebih membuka mata bahwa negara ini menjadi tanggung jawab kita. saya merekam kata2 pak jendral endriartono sutarto yg kemarin juga menjadi salah satu pembicara dialog kebanggsaan di UNY "insan muda indonesia yang tangguh, sehat, cerdas dan berkarakter adalah generasi penerus yang mampu mewujudkan cita-cita generasi pendahulu"

    BalasHapus