Sabtu, 11 Mei 2013

SEMAR in LOVE

Kita beruntung. Orang lain jatuh cinta karena tahu kelebihan masing-masing. Kita jatuh cinta justru karena tahu kekurangan masing-masing.


Pada suatu ketika Bambang Manumayasa, pertapa sakti nan ganteng kaget atas kedatangan manusia yang aneh. Dia tampak sebagai lelaki tetapi berpayudara besar, tua berjenggot tapi berkuncung bagai anak-anak, gemuk, dan pantatnya subur semlohai. Ia datang terengah-engah karena dikejar oleh 2 ekor harimau kumbang. Manumayasa seger mengambil busurnya dan membentangkan anak panahnya. Anak panah melesat sekaligus  menembus kepala kedua harimau tersebut. Merekapun mati.  Tanpa diduga, harimau tersebut badar (berubah) menjadi wujud aslinya sebagai bidadari yang amat cantik jelita.
Mereka berempat bertatap muka penuh kebingungan. Setelah hening yang cukup lama, Manumayasa memperkenalkan dirinya sebagai pemilik rumah. Dilanjut dengan lelaki aneh yang masih terengah-engah mengaku dirinya sebagai pengembara bernama Semar. Sedangkan kedua dewi tersebut masih diam penuh malu. Manumayasa sadar bahwa malunya seorang wanita adalah kecantikannya sehingga dia memberanikan diri menanyakan asal usul keduanya.
Keduanya memperkenalkan diri sebagai kakak adik, Dewi Kaniraras dan Dewi Kanestren. Mereka sebenarnya adalah dewi kahyangan yang dihukum turun ke bumi menjadi harimau karena kesalahannya. Singkat cerita, Manumayasa dan Semar mengantar kedua dewi tersebut pulang ke kahyangan.
Sebagai ucapan terima kasih telah mengembalikan anaknya menjadi wujud yang sebenarnya, ayah dari Dewi Kaniraras dan Dewi Kanestren menikahkan keduanya dengan Manumayasa dan Semar. Dewi Kaniraras diperistri oleh Manumayasa dan Dewi Kanestren oleh Semar.
Semar memboyong Kanestren kerumahnya yang sederhana di tepi hutan. Daerah itu bernama Karang Kadempel. Saat akan melakukan hubungannya yang pertama kali, tetiba muncul dialog sarat akan petuah. Diselimuti hawa diluar yang sangat dingin dan diiringi suara jangkrik, kodok, serta burung hantu Kanestren tiba-tiba berbicara.
“Kang mas, sebenarnya tadi aku bisa saja memilih Manumayasa. Tapi aku tidak melakukannya. Dia terlampau gagah buatku. Apakah lelaki harus gagah dan sempurna sehingga dia layak untuk dicintai perempuan? Enggak mas. Aku suka kamu. Kakang Semar yang bentukmu lucu, gembrot, dan jauh dari ukuran wajar ketampanan lelaki. Di dalam pengalaman hayatku sebagai perempuan, aku seringkali bertemu dengan laki-laki buruk rupa tetapi lucu dan menggemaskan. Tetapi kemudian dia terus berusaha membuktikan kekuasaannya di hadapanku.akhirnya aku eneg mas.”
Semar hanya bisa diam sambil menelan ludah. Suasana hening. Kemudian Kanestren kembali berucap.
“Kamu lain mas. Aku justru mencintaimu karena kamu lari terbirit-birit ketakutan saat aku kejar. Kamu tak menunjukkan sedikitpun kesaktianmu walaupun naluriku sangat meyakini bahwa kamu jauh lebih sakti daripada Manumayasa”
Semar hanya tersenyum. Tanpa membalas kata-kata istrinya, dia langsung memeluk istrinya mesra. Alam pun menjadi saksi dari pergumulan suci mereka. Dan akhirnya terlahirlah 10 Dewa dari gua garba Kanestren. Diantaranya adalah dewa penyabut nyawa Bathara Yamadipati, dewa cahaya Bathara Surya, dan dewa asmara Bathara Kamajaya.
Beberapa tahun telah berlalu. Di suatu malam yang dingin, Semar terkekeh-kekeh mengenang pertemuan dengan Kanestren. Semar pun berucap ke istrinya dengan mesra. “Kalau menurutu panca indra, sudah tentu aku memilih Kaniraras yang sewaktu jadi harimau sangatlah indah kulitnya, indah sorot matanya, dan harum aromanya. Tapi aku tak ingin memilih dia. Karena naluriku berkata, engkaulah jodohku.”  Kanestren pun memukul-mukul manja di pundak suaminya. Cinta mereka bersemi dalam kesederhanaan. Kisah mereka abadi sampai di akhir jagat dunia Wayang.

Tancep Khayon.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Sedikit beda dengan cerita guruku smp.tpi tidak mengalah mungkin waktu itu

    BalasHapus