Sabtu, 01 Juni 2013

Gatotkaca Gandrung #1


Aku takut. Sangat takut. Tatapan matanya seakan melucuti semua kekuatanku. Aku tak berdaya dihadapannya. Kenapa aku seperti ini. Aku sangat takut.


Tersebutlah kakak-adik Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati yang berjalan ke sana kemari mencari ayahnya, Raden Arjuna. Mereka diiringi oleh abdi setianya, Cantrik Janaloka. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan gerombolan perampok hutan. Cantrik Janaloka tak kuasa melawan kesaktian gerombolan perampok teresebut. Melihat pengawalnya kalah, Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati langsung menangis. Mereka merintih meminta tolong. Gatotkaca yang kebetulan sedang terbang di atasnya langsung menolong mereka. Dengan mudahnya dia mengalahkan gerombolan perampok hutan. Setelah tau maksud dari Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati, Gatotkaca mengantar mereka menemui Raden Arjuna.
Ditengah perjalanan menuju kediaman Raden Arjuna, Gatotkaca hanya diam membisu. Dia memilih untuk terbang diatas kereta mereka. Dia hanya mau berbicara dengan Cantrik Janaloka. Saat Endang Pregiwa memanggilnya untuk mengucapkan terima kasih dan berbagi bekal perjalanan, Gatotkaca tak menoleh sedikitpun. Konsentrasinya seakan hanya tertuju pada gumpalan awan biru didepannya.  Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati salin pandang, mereka kebingungan melihat sikap penolong mereka.
Pregiwa           : Gatotkaca itu kenapa ya. Dari tadi hanya diam saja. Apa dia marah pada kita? Lantas kenapa tadi dia menolong kita.
Pregiwati          : Entahlah kak, aku juga bingung.
Pregiwa           : Apa mungkin dia lelaki yang tidak punya perasaan ya, dia tadi menghajar para penjahat itu dengan membabi buta. Sekarang dengan kitapun cueknya minta ampun. Dasar lelaki aneh. Sok misterius.
Janaloka         : Ndoro, sudah. Jangan bergunjing tentang ndoro Gatotkaca. Mungkin dia capai. Untung tadi ada dia, kalau tidak ada kan mungkin kita sudah tamat.
Janaloka hanya tersenyum kecil mendengarkan celoteh majikannya. Instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang lain dari pahlawan mereka. Dan sesuatu itu tidak dipahami oleh kedua majikannya.
Akhirnya mereka sampai ke Madukara, kediaman Arjuna. Setelah menyampaikan kejadian yang telah terjadi ke Arjuna, Gatotkaca langsung pamit undur diri. Dia hanya tersenyum saat melewati Janaloka. Tetapi dia malah membuang muka dihadapan kedua anak Arjuna. Arjuna yang mengetahui ini hanya tersenyum. Dia paham watak Gatotkaca. Dalam pikirannya, Gatotkaca adalah sosok pendiam, keras kepala, kaku, tetapi selalu jujur dan berbuat kebajikan.
Sesampainya dirumah, Gatotkaca langsung menuju kekamarnya. Dia urung diri dari dunia luar. Arimbi, ibunda Gatotkaca jadi khawatir terhadap kondisi putra semata wayangnya. Saat dia mengintip Gatotkaca dari celah jendela kamarnya, alangkah kagetnya Arimbi melihat kelakuan putranya. 21 tahun sudah dia melahirkan dan membesarkan Gatotkaca, tetapi belum pernah sekalipun melihat Gatotkaca seperti ini.
Sejak kecil Gatotkaca tak suka memakai pakaian yang berlebihan. Dia juga tak suka untuk merawat diri serta berhias. Tetapi akhir-akhir ini Gatotkaca terlihat sering menyisir rambutnya. Bahkan Arimbi beberapa kali memergoki Gatotkaca sedang membuka lemari pakaian ayahnya dan mecoba pakaian-pakaian yang bagus.
Gatotkaca yang biasanya rakus dan melahap apa saja makanan di hadapannya, sekarang jadi jarang makan. Dia lebih sering mengurung diri di kamarnya sambil melihat atap. Dia tampak tersiksa dalam lamunan. Beberapa kali dia juga bicara sendiri dan tertawa sendiri. Gatotkaca, ksatria otot kawat tulang besi yang ditakuti oleh semua raksasa kini terlihat seperti orang gila.
Akhirnya, Arimbi memberanikan diri untuk mengajak bicara anaknya. Arimbi paham betul kalau Gatotkaca adalah orang yang sangat pendiam dan tertutup. Dalam hati dia berdoa supaya Gatotkaca mau bercerita. Arimbi lantas mengetok pintu kamar putra tercintanya.
Gatotkaca          : Siapa
Arimbi                : Ibu nak.
Gatotkaca          : Ada apa dhuh ibunda? Aku sedang ingin sendiri.
Arimbi                : Bolehkah ibu masuk?
Gatotkaca hanya bergumam. Arimbi lantas masuk dan duduk disamping Gatotkaca. Arimbi bertanya panjang lebar tentang kondisi Gatotkaca. Tetapi Gatotkaca hanya membisu tak mau cerita. Lalu Arimbi mendekat ke Gatotkaca dan membelai penuh kasih rambut anaknya yang gondrong tersisir rapi. Padahal biasanya Gatotkaca paling anti untuk sisiran.
Tanpa diduga, Gatotkaca langsung memeluk kaki ibundanya. Dia menangi merengek seperti anak kecil. Bagi Arimbi ini adalah kali kedua dia melihat Gatotkaca Menangis setelah kelahirannya 21 tahun yang lalu. Arimbi tambah bingung
Gatotkaca : Ibunda, aku takut. Sangat takut. Aku tak berani.
Arimbi    : Loh, takut kenapa ngger? Bukannya di dunia ini tak ada yang kuasa melawan kesaktianmu?
Gatotkaca : Iya ibunda. Tapi saat ini aku takut. Aku takut akan tatapan matanya yang bening. Jangankan untuk menyapanya. Memandangnya pun aku tak kuasa.
Akhirnya Arimbi paham apa yang dialami putranya. Untuk kali pertama, Gatotkaca mau bercerita tentang perasaan pribadinya. Dan akhirnya rasa ketakutan Gatotkaca, ksatria yang tak terkalahkan tertuju pada  1 nama, Dewi Endang Pregiwa. Gatotkaca telah jatuh hati. Gatotkaca gandrung.





0 komentar:

Posting Komentar