Sabtu, 22 Juni 2013

BEM FK UNS : Bangkit Setelah Mati Suri Dalam Aksi

Sejarah sebuah bangsa adalah sejarah milik para pemudanya, jika pemudanya mati rasa maka matilah sejarah bangsa tersebut.


       Hari ini mungkin terasa biasa bagi orang-orang yang biasa saja, tapi beda untuk kami yang berpikir luar biasa. Mahasiswa yang terkenal idealis kembali turun kejalanan dengan almamater, iya almamater “telur asin” itu. Kami lebih bangga warna “telur asin” ini membanjiri jalanan, terhempas debu, dihitamkan asap ban yang dibakar, daripada dinistakan hanya untuk masuk acara TV dan numpang tepuk tangan.
         Siang ini pukul 13.30 aku meluncur bersama kawanku, Asaduddien Faras, menteri dalam negeri BEM FK UNS. Kemana? Kejalanan tempat mahasiswa didewasakan. Sore ini teriakan aksi dari BEM Se-Solo Raya dan KAMMI  bersua padu memecah langit Sriwedari atas nama Aliansi Rakyat dan Mahasiswa (ALARM). Niatnya cuma nyobain “main-main”, katanya sih anak FK jarang “main-main” bareng dijalanan.
          Dan kali ini aku atas nama BEM FK UNS berani menjawab tantangan kawan-kawan. Ada beberapa nama dari FK yang aku lihat, mulai dari yang tua : Norma Mukti Bima Cahya (2006), Ni Nyoman Indirawati (2008), An Nisaa Nur Citra (2008), Mustafa Mahmud Al-Jufri (2009), Asaduddien Faras (2010), M. Syukri Kurnia (2011), Rizqa Febriliany (2011), Yasyfie Asykari (2012), Pisma Putra Ghirby Aseptama (2012), Syayma Karimah (2012), Pramitha Yustia (2012), Latifa Zulfa (2012), dan mungkin beberapa nama yang tak tertangkap oleh mataku. Terlepas dari bendera organisasi masing-masing tapi kami atas nama mahasiswa Fakultas Kedokteran berani menyuarakan teriakan hati rakyat.
       Aksi Long March mahasiswa dikondusifkan mulai dari Sriwedari, dibuka dengan orasi singkat dari beberapa Presiden BEM untuk membakar semangat juang mahasiswa sebelum menjejakkan kaki menapaki jalanan Slamet Riyadi Solo. Nyanyian dan teriakan mahasiswa berdentum dalam telinga-telinga yang tadinya tuli dan membuka mata-mata yang tadinya buta. HIDUP MAHASISWA!!! HIDUP MAHASISWA!!! HIDUP RAKYAT INDONESIA!!! Tak pernah berhenti kami pekikkan sepanjang nafas ini masih bisa berhembus, selama jantung ini masih bisa berdebar, sebanyak tetesan keringat ini masih bisa bercucuran. Ini aksi pertamaku turun menyusur aspal sejak terakhir kali kelas 11 SMA dulu, dan sungguh mata ini tak dapat menahan peluh ketika Mars Mahasiswa yang biasanya cuma dinyanyikan mahasiswa FK didalam ruangan dan kini menggemuruhkan jalanan Slamet Riyadi kota Solo. Aku memegang panji bendera BEM FK UNS yang selama ini tertidur pulas dan hanya bangun ketika jadi dekorasi foto saja, namun kini bendera itu bangun mengiringi tetes-tetes peluhku dan tak menyiakan peluang untuk mengambil posisi di garda depan bersama panji-panji yang lain. Sepanjang perjalanan ini hatiku bergetar dan mataku berpeluh mendengarkan Mars Mahasiswa yang biasanya hanya kunyanyikan saat rapat dan sidang, namun kini mengiringi dan meretas langkahku. Tangis ini cukuplah tercucur dalam hati.
        Awal mulanya kita nyamperin kantor Pengadilan Negeri Solo, mau nurunin foto Presiden RI “tercinta”. Didepan udah rada curiga sih kok tiba-tiba para pria berseragam coklat itu memperbolehkan kami masuk dengan mudahnya, ah ternyata fotonya udah diturunin. Mahasiswa cuma bisa teriak sambil nyindir “Pengadilan Negeri sepakat sama kita buat nurunin Presiden SBY”. Kami keluar dan menuntut diturunkannya sang saka merah putih beberapa ratus sentimeter saja dari ujung tiang tertingginya, namun barisan kami sedikit berjibaku dengan para pria berseragam coklat yang ketat melingkari pondasi beton tiang sang saka di depan pengadilan negeri. Satu hal konyol yang sempat tertangkap mata dan telingaku ketika satu tali sang saka putus, salah seorang pria berseragam coklat itu menjawab dengan polos “talinya putus sendiri”.
       Lanjut arak-arak keranda mayat berfotokan presiden dan wakil presiden ini menyusur aspalan Slamet Riyadi dan berhenti sejenak. Tangan-tangan kami bertautan membentuk border yang kokoh padu dalam kekuatan persaudaraan, tak putus dan tak boleh putus. Tangan kananku bertaut dengan seorang bapak tua yang bahkan aku tak tahu siapa namanya, tak tahu asal-muasalnya, tak tahu pula mengapa dia bertaut pada tangan kananku. Tangan kiriku bertaut dengan sahabatku, Mohammad Syukri Kurnia, yang insyaAllah kami dipersahabatkan oleh Allah sejak awal berjuang dalam naungan kampus Sebelas Maret ini. Tangan kami berdua sama-sama memegang bendera, meski kami beda bendera, meski kami beda harakah, namun perjuangan untuk Allah yang menguatkan tangan kami saling bertaut dalam border ini. Di sisi lain border aku melihat beberapa pria sejati dari kami adu kaki dengan petugas, kasar, beringas, dan berani. Itu saja kesan singkatku tentang mahasiswa Teknik diseberangku. Di tengah tepi border para pria sejati ini, barisan para calon ummahat juga tak kalah kuatnya, meski mereka akhwat, berjilbab besar, memakai rok lebar, tapi mereka tak gentar dan tak terbataskan hanya karena kain-kain lebar yang menjuntai menutupi mereka. Mereka tak diam dan tetap berjuang lewat lisan. Bergeser beberapa meter dari mereka, tepatnya ditengah pusara border, satu ban hitam besar dibumihanguskan dengan iringan teriakan yang tak kenal habisnya.
        Perjalanan  berlanjut menuju perempatan gladak, tempat klimaks dari serangkaian aksi kami. Dalam perjalanan menuju gladak ini satu persatu dari para pemuncak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dipersilakan melontarkan beberapa potong pekik orasi singkat. Dimulai dari presiden BEM UNS, Toma Patriot Tama. Yang kedua presiden BEM FKIP UNS, Arif Fauzi. Yang ketiga presiden BEM FT UNS, Hendra. Yang keempat presiden BEM FP UNS, Bimo. Dan tibalah undian nomor lima, giliran aku sebagai pemegang tonggak estafet presiden BEM FK UNS sebelum-sebelumnya. “Datang dari barat, datang dari timur, mahasiswa.” Mengiringi langkahku memanjat podium mobil tempat orasi. Sejujurnya hari ini adalah hari pertamaku berorasi di bangku kuliah, di jalanan terbuka, di depan lautan mahasiswa. Tapi ini yang aku sebut “Break The Silence”, yang diam akan selamanya diam apabila tak belajar bicara. Sepenggal kata-kata yang spontan keluar dari mulutku “Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia! Hampir 70 tahun Indonesia merdeka, hampir 70 tahun merah putih berkibar di bumi ini, namun tak pernah kami merasakan sejahtera seperti nenek moyang kami dulu. Saat semuanya terkoordinasi dalam naungan Islam, bukan naungan tirani. Dan hari ini kita sebagai mahasiswa yang bertugas mengubahnya, dan tak banyak mahasiswa yang mau meninggalkan belajar untuk berada disini, turun dijalan ini. Kita tak akan pernah merasakan penderitaan rakyat jika kita tak mau turun dan aksi seperti ini. Sudah bukan lagi waktunya kita apatis dan sudah saatnya kita peduli pada bangsa ini. Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!”. Aku turun dan aku puas.
        Setelah serangkaian orasi tadi long march pun tak lepas dari noda para wartawan para pencari berita itu layaknya adalah provokator ulung dalam cari keuntungan dalam keributan, yang aku tahu mereka juga butuh makan. Tapi yang aku tak habis pikir mereka mencari makan dari kebohongan dan pluntiran kata-kata yang menimbulkan friksi dan distorsi makna dari kenyataan. Mati ajalah bang ente kalau cuma cari makan dengan cara yang seperti itu. Mereka memanas-manasi kami yang sudah panas terpapar terik hanya cuma karena tak boleh masuk border, ah benar-benar amit-amit jabang bayi sama wartawan macam ginian.
     Namun derap langkah kaki kami para pejuang masih belum berhenti, masih terus melangkah hingga ujung perempatan gladak yang menyambut ditemani para pria dan wanita berseragam coklat. Inilah puncak klimaks dari untaian kereta panjang kami, orasi penutupan yang diakhirkan dengan pembakaran keranda jenazah berfotokan presiden dan wakil presiden negeri di ujung tanduk ini yang berisi ban bekas yang mengepulkan asap hitam yang membumbung menutup langit cerah kota Solo. Tak lupa karangan bunga artifisial untuk 2 wakil rakyat tadi dihanguskan oleh api merah membara, semembara semangat darah juang kami.
        Banyak sekali testimoni usai rangkaian panjang polemik dua jam perjalanan ini, “Rekor FK ikut aksi dan orasi”, “Pertama kali dalam sejarah presiden BEM FK orasi”, “Nah gitu donk, siapa yang ngajarin orasi?” dan berbagai macam komentar-komentar tentang BEM FK UNS. Aku tak pernah tahu sejarah pasti organisasiku tercinta ini, aku tak tau sua para penyejarahku di BEM FK UNS dulu, aku tak pernah mengerti eksistensi mereka dalam kegiatan seperti ini. Kalaupun memang selama ini BEM FK hanya tertidur pulas dalam kolam susu yang menenangkan, namun saat ini sudah saatnya kita keluar dari pemandian susu ini, bangun, berhanduk, berpakaian, dan beraktivitas layaknya yang lain. Bendera BEM FK yang selama ini tidur syahdu, hari ini berdebu. Gambaran ying-yang merah putih itu bersua padu dengan bendera-bendera lain, panji kebanggan kami, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.


        Sedikit sedih memang aku tak pernah diajarkan yang seperti ini oleh pendahuluku dulu, BEM FK yang layaknya lebih terlihat sebagai Event Organizer ini sudah saatnya kembali menjemput takdir sejarah seperti para pendahulunya yang gugur dalam aksi, dr. Ciptomangunkusumo, dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo, dan siapapun dokter-dokter pendahulu kami. Beruntunglah adik-adikku yang bisa belajar lebih awal dari segala serangkaian aksi hari ini. Mari kita ubah paradigma mahasiswa FK, tunjukkan bahwa kita pernah peduli, masih peduli, dan akan terus peduli pada negeri ini. Bangun dan bangkitlah sekarang, karena kesempatan tak akan pernah datang dua kali. Apapun stigma orang tentang kita, yang negatif berarti mengingatkan kita untuk berbenah, yang positif mengingatkan kita untuk lebih berbenah. Apapun judgement orang tentang BEM FK kami, yang pasti aku pribadi menikmati aksi hari ini. Semoga masa depan senantiasa menyambut kami dengan lebih baik lagi. HIDUP MAHASISWA!!!

6 komentar:

  1. Assalamu'alaykum wr.wb
    Selamat untuk teman-teman BEM FK,semoga kedepan semakin bersemangat menjadi sebaik-baik PEMUDA,yang lantang membela bangsanya,membersamai rakyat dan tetap berkontribusi bagi almamater.ditunggu di aksi-aksi selanjutnya. Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam wr wb
      Syukron jiddan ukh, semoga bisa diistiqomahkan oleh Allah.
      Hidup Mahasiswa!!!

      Hapus
  2. anak da'awiy turun ke Jalan .......... :) :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kampus kita memang luar biasa dalam mensinergikan daawi dan siasi :)

      Hapus