Minggu, 30 Juni 2013

Mengkonversikan CINTA : Kelemahan Yang Menguatkan

Tiada yang lebih menderita daripada orang yang dimabuk cinta, sekalipun hawa nafsu merasakan kenikmatannya. Bila berjauhan dia menangis karena rindu, bila berdampingan diapun menangis juga karena takut berpisah.”
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyah – Ighatsatul Lahfan)

        Sungguh tak ada masa yang lebih indah daripada masa muda, masa disaat kita memiliki puncak keemasan dalam hidup dengan segala potensi yang termaksimalkan dari dalam diri kita. Tak ada gairah yang lebih membara kecuali gairah masa muda, fisik yang kuat, mental yang sehat, jiwa yang perkasa, subhanallah luar biasa dahsyatnya. Tak ada semangat yang paling membara kecuali semangat darah juang para pemuda. Dan tak ada yang paling menggelisahkan kecuali cinta di masa muda.
        Tulisan ini saya persembahkan untuk para pemuda yang berani berjuang melawan hati yang tertawan sebelum saatnya, para pemuda yang berani merelakan kesenangan nafsu dan menjaga hati hingga saatnya tiba, para pemuda yang berani mencintai Tuhan-Nya daripada orang yang ia cinta, para pemuda yang berani bangkit dari keterpurukan dan kegelisahan batinnya, serta para pemuda yang senantiasa berjuang di jalan-Nya.
         Bolehkah kita jatuh cinta? Bolehkah hati kita tertawan rindu? Bolehkah kita melabuhkan hati padanya? Serta berjuta pertanyaan lain yang sudah barang tentu jawabannya amat sangat retoris. Tentu saja boleh!!! Namun kebanyakan dari kita salah menanggapinya, salah memanajemennya, salah mengambil tindakan atasnya, dan salah persepsi dengan yang namanya cinta. Sungguh manajemen cinta yang salah adalah sesuatu yang paling menggelisahkan jiwa-jiwa muda ini, meruntuhkan benteng hati ini, dan tentu saja melubangi iman kita tanpa terasa. Tapi dengan cinta sesungguhnya kau bisa menggulingkan dunia, menguras lautan asin dan menggantinya dengan air gula, meruntuhkan gunung dan meluluh lantahkannya dengan cinta, namun dengan manajemen cinta yang luar biasa.

Wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik...” (Q.S. An-Nuur : 26)

        Bukan saya orang yang paling suci disini sehingga dengan berani menuliskan semua cerita ini, tapi disinilah saya belajar, disinilah saya diuji, dan disinilah saya mendapatkan pemahaman mengapa saya harus memanaje cinta dengan luar biasa. Beberapa dari kita mungkin tipe orang yang mudah jatuh cinta, dan kadang merasa gairah hidup lebih membara ketika hape berkedip dengan pesan singkat yang masuk, meski hanya kata-kata sederhana namun efeknya luar biasa, mungkin sebagian dari kita juga pernah atau mungkin juga sedang merasakannya “jangan lupa belajar ya”, “sholat tepat waktu ya”, “hati-hati di jalan dan jangan lupa berdoa”, “besok hari senin jangan lupa puasa”, “ayo bangun tahajud udah jam 3 lho”, “semangat belajar buat ujiannya” , dan berbagai macam hal lain tentang pengingatan-pengingatan fana tersebut. Sungguh luar biasa sekali hati ini tergerakkan untuk menuruti semua kata-kata semu tersebut, semua pengingatan-pengingatan tersebut. Menulis kalimat-kalimat cinta di media sosial, menulis puisi-puisi rindu, dan segala macam maksiat yang harusnya kita sadari itu adalah kesalahan masa lalu yang tak seharusnya kita lakukan lagi. Dlu mungkin saya juga pernah yang seperti ini, namun alhamdulillah ini benar-benar tak pernah saya ulangi lagi. Dengan apa caranya? Next lanjutin bacanya ya.
         Ketakutan terbesar saya adalah ketika pemuda-pemuda islam semuanya melakukan yang seperti ini, mau dijadikan apa agama kita nanti. Lemahnya kekuatan kita dalam memanajemen cinta inilah yang akan meruntuhkan tiang-tiang agama ini, interaksi fisik yang tak seharusnya terjadi, kalaupun tak fisik boleh jadi kau juga harus membatasi interaksi hati. “Saya gak pacaran kok, saya tahu ini gak boleh, jadi saya juga membatasi interaksi fisik. Kami cuma hubungan lewat SMS aja, gak pernah ketemu kalau dikampus, gak pernah jalan bareng juga. Kita cuma bikin komitmen semoga nanti Allah mempertemukan kalau sudah saatnya. Toh kita saling ngetin sholat, puasa, belajar, tahajud, dan lain-lain ini biar kita sama-sama baik di mata Allah. Kan pria yang baik untuk wanita yang baik, jadi kita saling ngingetin buat kebaikan”, sering sekali saya bertemu dengan yang seperti ini atau bahkan saya juga pernah mengalaminya dulu. Udah salah masih saja mencari pembelaan. Inilah orang-orang yang berdiri diatas kemunafikan cinta. Rek, ayolah yang kayak gini itu juga sama aja. Kalau memang kau benar-benar mencintainya yasudah lepaskan ia, yakinlah Allah akan menjaganya, atau bahkan menggantinya dengan yang lebih baik. Cukup kau doakan saja dalam sepertiga malam akhirmu.
        “Sungguh aku sulit buat lepas dari dia, bikin galau banget, dan jadi sedih kalau keinget tentang dia. Kadang kepikiran dia lagi ngapain, atau sekedar hanya pengen nanya kabarnya aja, masa gitu aja gak boleh? Takut juga kalau ternyata nanti dia keduluan dikhithbah orang lain”. Atau mungkin kita juga pernah terlalu sibuk memendam perasaan untuk seseorang dan rasa memendam itu sering membuncah dalam kegelisahan, sering menjadikan beban pikiran, dan terkadang membuat diri kita memilih untuk memikirkannya daripada mengambil aksi untuk memantaskan diri. Sungguh pemikiran ini yang melemahkan, cepat atau lambat kau hanya akan tampak semakin lemah, dan semakin banyak pemuda islam yang lemah semakin cepat pula keruntuhan ini akan segera terjadi. Saya juga pernah merasakan yang seperti ini, tapi justru disinilah titik lemah yang bisa saya jadikan kekuatan. Saya percaya dan amat sangat percaya wanita yang baik hanya untuk pria yang baik. Ketika disepertiga malam mata ini berat sekali untuk terbuka, saya coba membayangkan apa jadinya kalau saya tidak bangun tahajud malam ini, bisa jadi jodoh saya juga gak akan bangun tahajud. Hari ini harusnya puasa, aduh tapi males banget buat bangun sahur dan menjaga lapar-dahaga seharian padahal banyak praktikum dan ujian hari ini, tapi kalau aku gak puasa sunnah hari ini boleh jadi jodohku juga gak puasa. Pemikiran saya tentang dia yang tadinya melemahkan, bisa saya konversikan menjadi sebuah kekuatan besar untuk mengubah hidup saya, menjadikan diri saya untuk terus berbenah. Cinta akan syahwat disini ibaratkan energi yang luar biasa, masih ingat dengan hukum kekekalan energi? Kali ini saya kan mengganti energi itu dengan hukum kekekalan cinta. “Cinta tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tapi cinta bisa konversikan dari bentuk satu ke bentuk yang lain”. Maka sudah saatnyalah ketika cinta itu melemahkan kita harus segera kita ubah untuk menjadi hal yang menguatkan kita. Disinilah pointnya, mungkin pembaca punya cara masing-masing juga untuk mengkonversikan itu semua, percayalah bahwa cinta itu tak melemahkan jiwa-jiwa yang kuat, tapi menguatkan jiwa-jiwa yang lemah. Jika dengan perasaan cinta itu justru kita terbuai dengan kegelisahan, sudah saatnya kita curiga bahwa ini bukanlah cinta, mungkin ini hanyalah nafsu belaka.
          Didunia ini segalanya hanya akan berkutat dengan dua hal yang akan selalu berlawanan, senang-sedih, kaya-miskin, lapang-sempit, tua-muda, kuat-lemah, baik-buruk, dan berbagai macam kosa kata perlawanan lainnya. Dan kita hanya bisa melakukan satu hal dari dua hal yang berlawanan tersebut, jika kita tak disibukkan dengan melakukan kebaikan nisacahya kita akan disibukkan dengan keburukan, semua yang berlawanan itu akan selalu ada, tinggal kita pilih mau yang mana. Ketika energi yang datang itu mulai menggelisahkan kita, segeralah kita lampiaskan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, menyibukkan diri untuk menjadikan jiwa yang lebih baik, dan yang pasti menguatkan hati kita ini.
          Cukuplah Allah yang tahu seberapa besar rasa cinta kita untuk si dia, cukuplah Allah yang tahu bahwa kita berpeluh dalam doa di sepertiga malam menyebut namanya, cukuplah Allah yang tahu seberapa besar usaha kita memantaskan diri untuknya. Tak inginkah kau memiliki cinta mulia? Nikmat berbuka hanya akan dirasakan bagi orang yang berpuasa. Pilihannya adalah kau mau berbuka sekarang atau berbuka disaat ijab qabul telah mengumandang?

8 komentar:

  1. sepertinya pernah denger cerita ini,,:S hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah benarakah? dimana?
      InsyaAllah ini murni bener2 tulisan kami dan baru kali ini kami publish :)

      Hapus
  2. wah Subhanallah sekali. terima kasih atas pengingatnya :)

    BalasHapus
  3. hmm, kebetulan saya agak lagi galau sama seseorang. makasih taujihnya... saya sering berpikir kalau sering keinget dia saja sudah bikin dosa, bahkan kalau sampe ganggu shalat.
    saya pengennya sih ngelupain dan gak mau merasakan 'rasa' itu, tapi kadang muncul sendiri. saya kdg benci diri saya yg gak konsisten. mungkin pandangan saya harus benar" dibatasi kalau sm dia x ya. (gak curi" pandang)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sip2, coba baca yang ini deh
      http://dokterberpeci.blogspot.com/2013/05/wahai-ukhty-sadarilah.html

      Hapus
  4. ijin share ya amik. subhanallah sekali :)

    BalasHapus