Rabu, 17 Juli 2013

Menjadi Mahasiswa Ideal

Pernahkah kita berpikir sudah menjadi mahasiswa ideal? Atau setidaknya pernah terbersit pikiran ingin menjadi mahasiwa ideal? Ideal menurut bahasa berarti sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai dengan yang dicita-citakan. Hmmm bukan berarti penulis sudah menjadi mahasiwa ideal, tapi setidaknya saya ingin berbagi ilmu sedikit tentang mahasiswa yang ideal.
Sebenarnya mahasiswa ideal itu yang kayak gimana sih? Yang akademisnya oke banget, tidak pernah remed, asisten dosen, nilainya diatas rata-rata dan selalu dapat IP cumlaude? Yang ikut dan aktif di banyak sekali organisasi mahasiswa dan punya bargain position tinggi di organiasi? Yang punya banyak relasi teman dan jaringan atau bahkan dekat dengan dosen? Yang semangat sekali berdakwah di masjid atau dimanapun untuk menyeru dalam hal kebaikan? Atau yang suka hedon kesana-kesini jalan-jalan noton dan karaokean bareng temen?
Pastinya dunia kampus ini sudah mengkonversikan kita menuju fase yang lebih tinggi, merubah status kita dari seorang siswa menjadi mahasiswa, merubah image kita sebagai pemuda menjadi seorang figur pemimpin, merubah kita dari yang biasa menjadi luar biasa, dan yang pasti tidak bisa dipungkiri adalah merubah pola berpikir kita yang tadinya mungkin seperti anak ingusan menjadi seorang yang lebih dewasa dan memiliki taraf kemampuan berpikir yang lebih tinggi. Tingkat pemikiran inilah yang nantinya menentukan karakteristik mahasiswa. Secara awam saya melihat beberapa karakteristik yang menentukan orientasi berpikir mahasiswa :
1. Mahasiswa study oriented yang berorientasi pada hal akademik (hard skils)
2. Mahasiswa social oriented yang berorientasi pada organisasi kemahasiswaan (soft skills)
3. Mahasiswa spiritual oriented yang berorientasi pada dakwah kampus (spiritual)
4. Mahasiswa dis-oriented yang tidak memiliki orientasi hidup
5. Mahasiswa ideal yang menjaga keseimbangan antara ketiganya (hard skills, soft skills, dan spiritual)
Kelima jenis mahasiswa yang saya sebutkan diatas tentu saja memiliki sudut pandang yang berbeda tentang makna prestasi. Yang pertama, bagi mahasiswa study oriented prestasi adalah ketika mereka lebih memiliki banyak waktu untuk belajar dan menggali banyak sekali ilmu, memiliki banyak prestasi dibidang tulisa keilmiahan maupun perlombaan di bidang akademik, memiliki jabatan asisten dosen, memiliki nilai diatas rata-rata mahasiswa lain atau bahkan nilai terbaik, memiliki indeks prestasi cumlaude minimal 3,5 atau bahkan harus 4. Dan tolok ukur inilah pencapaian prestasi yang membentuk mindset mahasiswa study oriented, apabila impiannya secara akademik tidak tercapai biasanya mereka akan merasa sangat gagal sekali. Bisa merenung atau bahkan bersedih berjam-jam cuma karena inhal/remed satu mata kuliah doang.
Yang kedua, bagi mahasiswa social oriented berkumpul dengan banyak orang adalah sesuatu yang paling sangat menyenangkan, dan hal postif yang bisa tersalurkan adalah melalui kegiatan organisasi maupun social event. Bagi mereka prestasi adalah ketika mereka memiliki banyak sekali relasi dan jaringan ang nanti bisa mendukung masa depannya, memiliki berjuta pengalaman dari kehidupan sehari-harinya, memiliki jabatan tinggi dan menjadi penentu kebijakan dalam keorganisasiannya. Inilah pencapaian-pencapaian yang mereka sebut prestasi. Kegagalan bagi mereka adalah sebuah kesendirian dan tidak bisa bermanfaat untuk kehidupan sosial disekitarnya.
Yang ketiga, bagi mahasiswa spiritual oriented prestasi adalah ketika mereka bisa mengajak banyak mahasiswa/orang lain untuk menuju kebaikan, mencegah mahasiswa/orang lain terjerumus dalam keburukan, memiliki andil besar dalam perjalanan dakwah kampus, memiliki banyak adik-adik mentoring yang bisa menyerap ilmunya, mempersiapkan kader-kader dakwah terbaik sebagai penerusnya. Inilah beberapa hal tolok ukur pencapaian prestasi bagi mereka. Sebuah kegagalan besar ketika mereka tidak bisa istiqomah memperbaiki diri dan bermanfaat untuk agamanya.
Yang keempat, mahasiswa dis-oriented bagi mereka hidup tidak perlu punya prestasi yang penting bisa hidup senang tanpa masalah, bisa jalan-jalan dan hedon bareng temen-temen. Dan sudahlah saya muak membahas karakter mahasiswa yang seperti ini.
Langsung saja yang kelima, bagi mahasiswa ideal memposisikan ketiga unsur-unsur diatas semuanya sangatlah penting untuk menjadi orientasi hidupnya. Tak mudah memang, tetapi mahasiswa ideal selalu berusaha menyeimbangkan pencapaian prestasi atas ketiganya. Mungkin memang ada salah satu yang lebih dominan dan salah satu yang diresesifkan, tapi mereka akan terus dan akan selalu memberikan porsi yang sama untuk orientasi study, social, dan spiritualnya. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa hard skills, soft skills dan spiritual adalah ketiga hal penting yang harus dimiliki mahasiswa. Semuanya sama-sama penting untuk masa depan mereka. Bagi mereka pencapaian prestasi adalah ketika mereka bisa membagi dan menyeimbangakn katiga unsur itu secara adil, selaras, dan berkesinambungan. Mereka jarang sekali maerasa gagal karena jika ada satu unsur yang gagal masih ada unsur lain yang membuat mereka merasa berhasil. Semisal nih si mahasiswa ideal ini kena inhal/remed, baginya mungkin biasa saja dan kegiatannya di organisasi bisa menjadi obat pelipur laranya. Semisal lagi dia sedang tidak bisa produktif di organisasi, kegiatan spiritual untuk mengaji dan mengajak orang berbuat baik bisa menjadi obat bagi ketidak produktivannya di organisasi. Dan persmisalan terakhir ketika mungkin dia tidak bisa memberikan adik-adik mentoringnya sebuah materi yang menggugah paling tidak setelah ini dia punya waktu belajar lebih untuk kegiatan akademiknya. Selalu ada pencapain prestasi tersendiri dari unsur-unsur yang lain, dan hidup mahasiswa ideal lebih terasa dinamis bukan? Ketika jatuh di satu titik ada titik lain yang membangkitkan, right?
Dari pemaparan diatas, sejatinya mahasiswa turut andil dalam setiap karakter diatas, tetap belajar dan memiliki orientasi akademik di kampus, tidak melupkan cita-cita besar untuk melahirkan karya-karya yang berguna bagi masyarakat, dan tetap memiliki hubungan yang dekat dengan Sang Pencipta. Itulah yang disebut mahasiswa ideal. Mahasiswa yang memiliki pemahaman holistik terhadap kehidupan pribadi, sosial dan negara, bahkan dunia-akhiratnya. Kalau kata Dani Ferdian,”Sederhananya, seorang mahasiswa ideal adalah seorang yang mengenal potensi dirinya sendiri, mencoba mengembangkan hal yang ia mampu, dan selalu berusaha melakukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya sendiri, maupun lingkungan sekitar."
Namun sayangnya tak banyak mahasiswa yang mau atau bahkan hanya mencoba membagi waktunya seperti ini. Dan beruntunglah ketika kita adalah salah satu bagian dari mereka. Apabila kita belum menjadi bagian dari mereka, jangan pernah lelah dan putus asa untuk mencoba. Setidaknya kau harus punya keinginan dan tekad, karena keinginan dan tekad itulah yang akan mentransformasikanmu menjadi mahasiswa ideal. Yang pasti penulis disini juga sama-sama sedang belajar menuju kesana.

"Jangan pernah lelah mencoba, karena hakikatnya malaikat di kanan-kiri pundakmu senantiasa menghitung setiap cucuran tetes keringatmu, setiap degup jantungmu, dan setiap hembusan nafasmu sebagai pemberat timbangan amalan kebaikan"

6 komentar:

  1. saya setuju dgn pemaparan di atas, tetapi yg menjadi pertnyaan bgi diri saya,bgaimana jika seandainya saya sudah berusaha menyeimbangi ketiga nya,namun saya gagal di hard skill. yg dlunya IP sya diatas 3,5 justru malah trun karna porsi blajar sya berkurang karna kegiatan LDK. tpi disisi lain saya menanamkan khoirunnasi anfauhum linnasi. syukron :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya karena antunna sudah mencoba untuk menyeimbangkannya mbak, ketika porsi waktu anda utk LDK naik maka tak heran porsi waktu utk akademik berkurang, tapi harusnya bisa kok manajemen waktunya di tata lagi. Mungkin dgn mengurangi waktu tidur. Kalau boleh cerita justru IP ane malah naik drastis ketika jadi ketua BEM mbak, gara2 kebiasaan begadang malah bisa dimanfaatin buat belajar.

      Hapus
  2. bener juga :) seharusnya kita bisa mengurangi waktu tidur untuk belajar. tpi itu hanya sekedar pertanyaan atas rasa takut saya terhadap kegagalan. saya bru nerima IP smstr 1 kok, dan hasilnya memuaskan. memang waktu itu belum bergelut dalam organisasi.*maklum masih maba
    tpi untuk smster 2 ini saya merasa hanya memaksimalkan wktu bljar di kelas saja, selebihnya untuk organisasi dan mengisi TPA. makanya agak khawatir sama nilai akademik.
    thanks for your advise sir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sip sama2
      keep spirit buat terus bermanfaat utk org lain
      kita masih sama2 belajar, semoga bisa jauh lebih baik kedepannya
      amiiin :)

      Hapus
  3. amin ya mujibassailin
    semoga dengan segala aktifitas yang mulia justru menjadi barokah terhadap kesuksesan kita semua
    yupz ! sama sama belajar, dan sama sama mendoakan

    BalasHapus
  4. bang mohon dibahas dong kapan2 relasi antara idealisme mahasiswa sama visi dan pandangan hidup mahasiswa itu sendiri,
    jazakumullah khoiran buat sharenya :D

    BalasHapus