Selasa, 03 September 2013

Dokter Cinta : Hari Pertama #1

      Mentari pagi ini nampaknya masih malu-malu keluar dari bali bukit seberang. Tapi sinar biasnya cerah, amat sangat cerah bahkan untuk seukuran bulan Januari yang dimana hujan biasanya jarang di-pause oleh Sang Vitae Auctor. Bahkan tak heran banyak orang bergumam bahwa bulan Januari adalah singkatan dari hujan setiap hari.
      Ah lupakan sejenak soal cuaca, hari ini hari ke-21 tertanggal setelah tahun baru 2020, ini adalah hari pertamaku di klinik pribadiku yang baru, karena kurasa klinikku yang sebelumnya kurang representatif sehingga hanya 3 bulan aku berada disana. Klinikku yang sekarang berada di sudut pertigaan kota di salah satu jalan protokol di kota Surakarta, Jawa Tengah. Sungguh benar-benar mencolok jika dibandingkan dengan bangunan sekitarnya yang notabene warisan keraton-keraton kasunanan Surakarta Hadiningrat. Klinik ini lumayan besar, menjulang tiga lantai, tentu sangat timpang kalau dibandingkan dengan klinik-klinik dokter biasanya. Cat temboknya warna merah jambu, mungkin pink lebih mudah untuk disebut, pintu dan jendelanya berwarnakan ungu muda. Kaca jendelanya one dirrection untuk menatap pemadangan lalu lalang kendaraan jalan protokol ini, karena dinamisasi ujung jalan bagiku adalah rereshing paling murah dan menyenangkan. Oh ya ada satu lagi komponen praktik dokter yang tak pernah terlewat, papan ijin praktik digital yang baru dipasang 2 hari lalu berwarna hitam dengan animasi tulisan warna merah yang bertuliskan dr. Habib Fii Qolbi, Sp.C-KH.
      Banyak orang bertanya tentang nama yang terpampang disitu, tak lain dan tak bukan namaku. Habib Fii Qolbi, nama persembahan dari orang tuaku. Berasal dari bahasa Arab, Habib berarti cinta, Fii berarti dalam, Qolbi berarti hati. Kemudian apabila ketiga kata itu dipersatukan dalam untaian nama, berarti cinta dalam hati. Kata orang tuaku, dulu mereka berdua adalah teman sejawat ketika sama-sama duduk di bangku kuliah, disalah satu Fakultas Kedokteran negeri di Surakarta. Sejak semester pertama ternyata beliau berdua saling memperhatikan, tapi hingga sumpah dokter mengumandang masih tetap saja tak ada satu ucap kata cinta pun diantara beliau berdua. Lalu mengapa sekarang beliau berdua bersatu? Nah ini cerita yang panjang, lain waktu aku akan bercerita tentang orang tuaku. Pada intinya cinta yang dipendam dalam hati dalam-dalam sejak awal kuliah itulah yang menginspirasi beliau untuk memberikan nama galau ini padaku. Aku senang, bahkan sangat bangga dengan ini.
      Oh ya usiaku kini 27 tahun, aku mengenyam bangku kuliah di usia 18 tahun dan menyelesaikannya pendidikan preklinik perkuliahan dan pendidikan klinik sebagai dokter muda dalam waktu 4 tahun saja. Padahal disela-sela kegiatan kuliah pun aku masih menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan organisasi dan penelitian di laboratorium kampus. Kemudian setelah itu aku mengambil spesialisasi sebagai dokter spesialis cinta, hanya kutempuh selama 8 semester, padahal normalnya 11 semester sama seperti masa yang ditempuh residen saraf, sekaligus setahun kemarin kuselesaikan pendidikan konsultan hati. PPDS cinta ini pun memang juga baru pertama kali diresmikan 5 tahun yang lalu, jadi tepat aku adalah lulusan pertama dan tercepat untuk program spesialisasi cinta ini.
      Muda, cerdas, ganteng, tegas, berwibawa, bijaksana, dan paham semua teori cinta namun satu hal aku masih belum memiliki kekasih. Bukan karena aku tak laku, mungkin karena terlalu berprinsip ketika masa pendidikan aku tak mau terlibat dulu dengan urusan hati dan harus benar-benar fokus pada studiku, disisi lain mungkin aku juga terlalu selektif untuk memilih calon. Sebenarnya ada satu gadis yang benar-benar bisa menggetarkan hatiku, dia adik tingkat setahun dibawahku. Sholihah, berbudi tinggi, lemah lembut, dan kalem. Fisikly jangan tanya dia cantik, putih, dan menggemaskan bagiku, bahkan tanpa melihatnya pun aku sudah bisa merasakan aura kehadirannya dan yang pasti dia bukan wanita biasa bagiku, mungkin bidadari yang turun dari surga lebih cocok untuk tersemat dalam pribadinya. Tapi apalah daya, terlalu banyak pula pria yang jatuh cinta padanya, dan mungkin nama Habib Fii Qolbi memang sangat cocok sekali dengan keadaanku saat ini. Sama seperti keadaan orang tuaku dulu, tak salah memang kalau banyak orang berkata nama adalah doa.
      Di klinik pribadiku ini aku menerima segala konsultasi permasalahan tentang cinta. Mulai dari kasus cinta monyet yang diderita anak taman kanak-kanak hingga cinta gorila yang diderita para lansia usia diatas 60 tahun, aku paham semua teorinya. Aku memang sudah sering menyelesaikan beberapa kasus-kasus tentang cinta, mulai dari pengalaman pribadiku hingga pengalaman teman-teman sejawat sesama dokter ketika masih menjadi mahasiswa dulu. Tak ada yang meragukan kemampuanku. Bahkan tingkat spesifitas dan sensitivitas penatalaksanaan yang aku berikan utuk keduanya mencapai 99%, ini bukan hasil kalkulasi pribadi, namun memang hasil kalkulasi statistik yang telah sesui dengan metodologi penelitian kedokteran. So jangan ragu untuk berkonsultasi di klinikku. Mulai dari kasus jatuh cinta, putus cinta, patah hati, perselingkuhan, long distance relationship, konsultasi pernikahan, malam pertama, membina keluarga, dan segala sesuatu tentang cinta bisa didapatkan solusinya disini.
      Oh ya satu lagi tentang klinikku yang belum aku sebutkan, disini ada tiga lantai dengan desain interior yang luar biasa menawan. Lantai pertama telah aku alokasikan untuk lobi, pendaftaran, dan pusat infomasi. Lantai kedua adalah ruang praktikku lengkap dengan fasilitas dan alat operasi cinta untuk skala minor. Dan dilantai ketiga adalah biro jodoh untuk mereka-mereka yang ingin mencari pasangan, tentu saja mulai dari anak taman kanak-kanak sampai lansia kami layani disini. Semua karyawanku yang ada disini adalah hasil boyongan dari klinik sebelumnya, mereka semua staff-staff yang terididik dan juga luar biasa. Disini aku juga menerima dokter muda dan residen cinta titipan beberapa rumah sakit pendidikan.
      Cukup sekian untuk hari pertama ini, mungkin kita bisa jumpa lagi esok dengan kasus-kasus yang aku hadapi. Tentu saja dengan tetap menjadi pembaca setia cerita bersambung “Dokter Cinta” di blog kesayanganmu ini.

0 komentar:

Posting Komentar