Senin, 05 Agustus 2013

Dan Tak Kan Pernah Terlahir Yang Serupa Dengannya

Benarlah apa yang dikatakan orang-orang itu tentang pahlawan. Bahwa mereka tak akan pernah mati. Meski tak pernah kita jumpai sesosok raga yang mampu berdiri sendiri, tapi namanya kan tetap hidup. Dia berlari menyusuri pelosok negeri. Mengabarkan bahwa dirinya pernah terlahir, dan melakukan kerja besar untk memakmurkan bumi ini. Dan benar pula kata mereka tentang orang sombong dan kesombongannya. Mereka tak kan pernah hidup, bahkan saat kaki masih mampu berlari. Karena nama mereka telah mati. Atau setidaknya, membusuk sebelum raganya benar-benar hancur tak terbentuk.


Lihatlah kesombongan yang keluar dari mulut besar panglima romawi. Saat dua pasukan itu berhadapan dengan jumlah yang tak sepadan. 240ribu kaki-kaki angkuh itu berdiri. Siap menebas kerongkongan pasukan muslim. Mencari kemenangan untuk menyebarluaskan perbudakan. Dada yang telah sesak dengan kesombongan itu membusung tinggi. Seolah mereka lah tuhan yang memang berhak menyombongkan diri. Dan orang-orang mulia yang mereka hadapi, hanya 46ribu! Mereka pun siap. Bukan hanya untuk menebas budak-budak romawi. Tapi mereka siap ditebas. Jiwa raga telah mereka siapkan. Bukan untuk menang, tapi untuk mati. Mati di jalan Allah.
Menjelang pertempuran dimulai, saat dua pasukan telah berhadapan, keangkuhan panglima romawi memuncak. Dia panggil panglima besar kaum muslimin. Dia ingin berbicara dengannya. Khalid pun maju. Kuda mereka berhadapan. Banyaknya pasukan romawi sedikitpun tak mampu menggetarkan khalid, bahkan kuda perang yang ia tunggangi.
Panglima dengan kesombongan itu bernama mahan. Dia katakan pada khalid “kami tahu bahwa yang menyebabkan kalian keluar dari negeri kalian adalah kelaparan dan kesulitan hidup. Jika kalian setuju, saya beri setiap orang dari kalian sepuluh dinar, pakaian, dan makanan, asalkan kalian pulang ke negeri kalian. Tahun depan saya juga kirimkan pemberian yang sama.”
Lihatlah. Betapa mulut besar itu telah membuat khalid geram. Khalid menggertakkan gigi-giginya. Inilah pemuda terbaik quraisy yang sedang mengajarkan kita tentang keberanian. Inilah pria yang bahkan lebih memilih menerjang malam bersama pasukan muslim daripada malam pertama dengan seorang gadis, akan mengajari kita bahwa sudah seharusnya kita tidak terima dengan segala bentuk penghinaan. Sekecil apapun. Inilah dia pemuda yang tidak tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur, mengajari kita bagaimana membungkan mulut-mulut besar tak berpendidikan. “kami ini satu kaum yang meminum darah manusia. Yang kami tahu, darah yang paling nikmat adalah darah orang-orang romawi. Kami datang untuk itu”.
Ia tarik tali kekang kudanya, kembali ke pasukannya dan mengangkat bendera tanda pintu syurga telah terbuka.
Berkahilah mereka, ya rob.. Hembuskan angin kencang pertanda kemenangan. Sebagai peneguh di dada mereka yang penuh dengan iman.
Khalid dan panglima-panglimanya tak terbendung. Gelora keimanan mereka mengobrak-abrik kekuatan lawan yang hanya terletak pada lengkapnya persenjataan. Tapi sekali lagi keimanan itu bicara. Bahwa kebenaran akan selamanya mendapat kemenangan. (Saya benar-benar menginginkan berada disana. Bersama khalid, abu ‘ubaidah bin jarrah dan para pasukannya).
Perang yarmuk adalah prasasti sejarah yang telah bersaksi bahwa banyaknya jumlah tak akan berarti apapun tanpa ada kekuatan lain yang membentenginya.
Tentu anda ingat tentang achilles dengan pasukan myrmidonnya? Yang kemudian menjadi inspirasi akan pentingnya sebuah pasukan khusus yang memang berjumlah terbatas.
Jauh sebelum pasukan berbendera hitam di sejarah mitologi yunani itu terbentuk, khalid sudah memiliki pasukan serupa. Dan kali ini, pasukan yang langsung berada dibawah komandonya itu harus berhadapan dengan 40ribu prajurit di sayap kiri romawi! Ya, 40ribu prajurit. Lalu berapa pasukan khusus khalid? 100 orang.
Anda pun tahu. Satu orang kopassus, yang merupakan pasukan terbaik ketiga di dunia saat ini, “hanya” mampu melawan 5 orang. Iya, pasukan elite terbaik ketiga setelah SAS dan MOSSAD itu setara dengan 5 orang pasukan. Dan saat itu, satu pasukan khalid harus bisa berhadapan dengan 400 pasukan lawan. 400! Dan ini bukan jackie chan atau jet li. Ini perang sungguhan,men. Kalian heran? Saya pun juga. Tapi itulah iman.
Anda tak perlu memiliki iman untuk menjadi prajurit hebat. Tapi anda tak akan menjad besar jika tak memiliki iman. Atau setidaknya, anda tak bisa sebesar khalid. Seperti yang sering saya katakan pada adik-adik mentoring saya. Jika ingin menjadi pemimpin hebat, apalagi untuk taraf uns, cukup pelajari teori-teori kepemimpinan. Baca buku-buku leadership dan belajar dari pemimpin yang telah diakui kepemimpinannya, lalu kalian pasti akan menjadi hebat. Setidaknya, anda akan mendapat pengakuan untuk itu. Tapi untuk menjadi besar dan mendunia, kalian perlu rumus lain. Dan itulah iman. Karena dengan iman, Allah lah yang akan menjadi mentormu. Yang akan menunjukkanmu cara-cara yang tak pernah tertulis di buku ciptaan manusia.
Khalid dan pasukan khususnya benar-benar membuat romawi kelabakan. Mata-mata para budak dunia itu terbelalak. Terpukau dengan kepahlawanan kaum muslim, terutama khalid. Dan sekali lagi, sejarah merekam percakapan khalid. Kali ini dengan jurjah, panglima romawi yang didadanya masih tersisa seidikit keimanan.
“khalid, apakah Allah telah menurunkan sebilah pedang kepada nabimu dari langit, lalu pedang itu diberikannya kepadamu, sehingga setiap kau hunuskan terhadap siapapun, pedang itu pasti membinasakannya?”
Khalid menjawab “tidak”
“lalu mengapa engkau dijuluki ‘si pedang Allah’?”
Khalid berucap “sesungguhnya, Allah mengutus Rasul-Nya kepada kami. Diantara kami ada yang percaya dan ada yang mendustakannya. Dahulu, aku termasuk yang mendustakannya. Lalu, Allah menjadikan hati kami menerima islam, dan memberi petunjuk kepada kami melalui rasul-Nya. Kami berjanji setia kepadanya. Rosul mendoakanku, dan beliau berkata kepadaku, ‘engkau adalah Pedang llah diantara sekian banyak pedang-pedang-Nya. Demikianlah aku diberi julukan ‘Pedang Allah’.”
“apa yang kalian serukan?”
“mengesakan Allah dan kebenaran Islam”
Jurjah memastikan “apakah orang-orang yang masuk islam sekarang akan mendapat pahala dan ganjaran seperti kalian?”
“ya.. bahkan lebih” khalid mantap.
“bagaimana mungkin, padahal kalian lebih dahulu masuk islam?”
Khalid berucap “kami hidup bersama Rasulullah, kami melihat tanda-tanda kerasulan dan mukjizatnya. Orang-orang yang melihat tanda-tanda dan mukjizat yang kami lihat dan mendengar ayat-ayat Allah serta sabda Rasul yang kami dengar, sudah sewajarnya masuk Islam dengan mudah. Sedangkan kalian yang tidak melihat dan mendengarnya, lalu kalian beriman kepada perkara-perkara yang ghaib, maka pahala kalian lebih besar jika kalian benar-benar ikhlas.”
Sejurus kemudian, jurjah mendekatkan kudanya kearah khalid, lalu dia berkata “ajarkan padaku tentang islam, wahai khalid”
Lalu dia sholat dua rokaat. Sebagai tanda bahwa iman telah memenuhi hatinya dengan segera. Dan bahwa Allah telah menggugurkan dosa-dosa yang telah dia perbuat. Panglima romawi itu kini telah ber-islam. Dan saat kedua pasukan kembali bertemu setelah masa istirahat, panglima gagah itu berperang di barisan kaum muslimin. Dia kejar cita-citanya yang baru dia temukan. Dan dia mendapatkannya. Gugur sebagai syuhada.


*Simak episode selanjutnya dari "serial kesempurnaan peperangan khalid"  yang insyaallah akan segera terbit di blog kesayangan anda. dokterberpeci.blogspot.com :)



0 komentar:

Posting Komentar