Selasa, 13 Agustus 2013

Wayang, dalam Budaya dan Tradisi Leluhur

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya juga tak terpisahkan dari tradisi. Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun  lisan.
Karya seni juga merupakan hubungan timbal balik yang tak terpisahkan dari budaya. Seni adalah sesuatu yang indah, diakui oleh masyarakat, dan dicintai oleh masyarakat. Sejak jaman dahulu, masyarakat suku Jawa sudah terkenal dengan keseniannya yang sangat indah nan adiluhung. Selain indah, kesenian jawa juga mengandung ajaran-ajaran hidup yang tersembunyi. Petuah-petuah kehidupan yang tersirat ini menjadikan kesenian jawa memiliki nilai lebih bagi penikmatnya. Produk-produk kesenian dan budaya jawa yang bisa kita temui sehari-hari adalah seni wayang, seni tari, gamelan, batik, dan keris.
Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa menonjol di antara banyaknya khazanah budaya nusantara. Wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Wayang juga memiliki fungsi sebagai media penerangan, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, hiburan, serta dakwah.
Kemunculan wayang hingga berbentuk seperti sekarang ini erat akitannya dengan masuknya Islam ke tanah Jawa. Salah satu anggota Wali Songo (Sunan Kalijaga) menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam, sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa (manusia). Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.
Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha esa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang. Dalang diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok niyaga (pemain gamelan) dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden (penyayi). Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang aslinya berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Versi lain mengatakan kalau wayang berasal dari kata awang awang lan ayang ayang yang berarti harapan dan keinginan manusia yang terlukis dalam bayangan di kelir. Sedangkan dalang berasal dari kata ngudal-udal piwulang yang berarti yang menyampaikan ilmu tersebut. Ilmu tentang kehidupan.
Selain sebagai karya seni, wayang adalah suatu karya kerajinan yang indah. Wayang kulit terbuat dari bahan kulit kerbau/ sapi/ kambing/ domba yang telah dikeringkan dan ditipiskan menurut kebutuhan, dan dipahat/ditatah secara halus dengan motif-motif yang khas, untuk selanjutnya diwarnai/disungging dengan paduan warna yang indah dan khas pula. Selanjutnya diberi tangkai (gapit/ cempurit) dan penyangga tangan (dhudhing) yang dibuat dari tanduk (sungu) kerbau atau cangkang penyu yang dikerjakan sangat halus.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan).
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukkan ini dibawa masuk oleh pedagang India. Namun demikian, berkat kearifan lokal, kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu disatukan dengan perkembangan seni pertunjukkan yang masuk sehingga memberi warna tersendiri pada seni pertunjukkan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukkan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi “si Galigi mawayang”.
Akhirnya dunia pun mengakui keindahan wayang. UNESCO pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia. Banyak negara memiliki pertunjukkan boneka. Namun, pertunjukkan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikkan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia.

1 komentar: